Senin, 31 Agustus 2009

Belanda Hentikan Bantuan ke Sekolah Islam

Minggu, 30 Agustus 2009 pukul 01:34:00

Belanda Hentikan Bantuan ke Sekolah Islam


Kabar

AMSTERDAM -- Sekolah dasar yang didirikan oleh komunitas Muslim di Belanda, kemungkinan tidak akan lagi mendapatkan bantuan pendanaan dari pemerintah negeri kincir angin tersebut. Deputi Menteri Pendidikan Belanda, Sharon Dijksma, menyatakan, pihaknya akan memotong sebagian dana yang selama ini dialokasikan bagi sekolah dasar Islam di Kota Amsterdam.

Pernyataan tersebut, seperti dilansir situs Radio Netherlands Worldwide, ia sampaikan setelah membaca hasil laporan Inspektorat Pendidikan Pemerintah yang mendapati bahwa salah satu sekolah Islam, As Siddieq School, diketahui tidak memberikan mata pelajaran mengenai nilai-nilai dasar demokrasi dan sikap toleransi terhadap masyarakat non-Muslim kepada para murid-muridnya. Pemerintah Belanda sendiri sebelumnya telah memberikan tenggat hingga 1 Maret lalu kepada pihak sekolah untuk melakukan perbaikan nyata.

Langkah yang diambil oleh Deputi Menteri Pendidikan Belanda ini diikuti oleh sejumlah pemerintah daerah. Anggota dewan Kota Amsterdam, Lodewijk Asscher, yang menangani bidang pendidikan, berencana mencabut subsidi yang selama ini diberikan kepada pihak As Siddieq School. Di hadapan seluruh anggota dewan, Asscher mengatakan dirinya telah kehilangan kepercayaan terhadap pihak dewan sekolah.

Tidak hanya kali ini, kritikan serupa juga pernah dilayangkan kepada pihak As Siddieq School. Menyusul adanya laporan dari salah seorang mantan pengajar di sekolah tersebut. Kepada pihak berwenang, ia mengatakan bahwa di sekolah Islam tersebut tidak ada tempat untuk pengajaran kebudayaan-kebudayaan lain. Saat ini, lembaga pendidikan Islam As Siddieq mengoperasikan tiga sekolah yang masing-masing berada di wilayah Amsterdam De Baarsjes, Noord, dan Zeeburg. dia

Fi Zhilal al-Qur'an Di Bawah Naungan Alquran

Minggu, 30 Agustus 2009 pukul 01:35:00

Fi Zhilal al-Qur'an Di Bawah Naungan Alquran


Kitab ini ditulis Sayyid Quthb ketika berada di balik jeruji besi. Ia menjadikan kitab ini sebagai sarana dakwah.

Pasca-Revolusi Mesir tahun 1952, hubungan antara Dubbath al-Ahrar (serdadu pembebasan) pimpinan Jamal Abdul Nasir dan organisasi Ikhwan al-Muslimin terus memanas. Ikhwan al-Muslimin dicurigai pihak penguasa akan mendirikan negara Islam. Bahkan, tokoh-tokohnya dituduh bersekongkol hendak menggulingkan Jamal dari kursi kepresidenan.Perselisihan itu mengantarkan tokoh-tokoh organisasi Ikhwan al-Muslimin ke bilik penjara. Di antara mereka adalah Hasan Hudaybi, Abdul Qadir Awdah, Syekh Muhammad Farghali, dan Sayyid Quthb.

Dalam artikelnya berjudul A Critical Reading of Sayyid Quthb's Qur'anic Exegesis , Umej Bhatia, peneliti di Pusat Studi Timur Tengah, Universitas Harvard, AS, mengatakan, dalam kondisi sosial dan politik itulah karya-karya Sayyid Quthb tentang pergerakan melawan penguasa tiran harus dipahami. Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an (Di Bawah Naungan Alquran) merepresentasikan gagasan-gagasan pergerakan tersebut.

Umej Bhatia menilai Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an menyajikan cara baru menafsirkan Alquran yang belum pernah dilakukan oleh ulama-ulama klasik. Sayyid Quthb memasukkan unsur-unsur politik dan ideologi dengan sangat serasi. Boleh dibilang, tafsir yang satu ini paling unik karena menjadikan Alquran sebagai pijakan utama melakukan revolusi politik dan sosial.

Menurut Umej, pemikiran Sayyid Quthb sangat dipengaruhi oleh dua ulama agung sebelumnya, yakni Muhammad Abduh dan Muhammad Rashid Ridla. Tafsir Al-Manar karya kedua ulama tersebut, lebih memfokuskan penafsiran Alquran dalam konteks sosial masyarakat, ketimbang mengupas makna kata per kata.''Akan tetapi, Sayyid Quthb selangkah lebih maju daripada kedua pendahulunya itu. Ia berhasil mengolaborasikan teori-teori sosial Barat ke dalam pesan-pesan agung Alquran,'' kata Umej.

Penilaian serupa juga disampaikan oleh Dr Ahzami Samiun Jazuli, pakar tafsir Alquran dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Menurut Ahzami, tafsir yang ditulis oleh Sayyid Quthb ini merupakan tafsir haraki (tafsir pergerakan) atau tafsir dakwah. Sang ulama tidak menggunakan manhaj (metode) penulisan tafsir seperti ulama-ulama terdahulu, misalnya tafsir tahlili (tafsir analitis) yang memulai penafsiran dari penjelasan kata di dalam ayat Alquran.

''Sayyid Quthb tidak menjelaskan panjang lebar makna kata di dalam suatu ayat. Tidak pula menerangkan secara detail aspek-aspek fiqhiyyah (hukum-hukum fikih), karena pembahasan semacam itu sudah banyak dikupas dalam kitab-kitab tafsir klasik,'' jelas Ahzami.

Alquran bagi Sayyid Quthb, lanjut Ahzami, merupakan kitab pedoman hidup yang komprehensif ke arah kehidupan yang diridhai Allah SWT. Oleh sebab itu, ia menamai tafsirnya itu Fi Zhilal al-Qur'an , supaya umat Islam benar-benar berada dalam tuntunan dan naungan Alquran.

Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an merupakan hasil dari dinamika akademis dan dinamika politik dan sosial. Ia tidak semata-mata rekreasi intelektual yang mendekati Alquran dari perspektif ilmu pengetahuan. Tetapi, juga menggunakan pendekatan atas dasar pengalaman hidup sang penulis. Tidak mengherankan, kata Ahzami, kalau kitab tafsir ini berpengaruh besar terhadap umat Islam di seluruh dunia, terutama mereka yang aktif dalam gerakan dakwah.

Dr Muchlis Hanafi, ahli tafsir lulusan Universitas Al-Azhar Kairo, melihat fenomena Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an ini dari sudut pandang yang berbeda. Menurutnya, ada beberapa aspek yang menonjol di dalam karya Sayyid Quthb itu. Di antaranya, al-zauq al-adabi (ketinggian nilai sastra). Sayyid Quthb, menurut Muchlis, menjelaskan makna ayat-ayat Alquran dengan gaya bahasa yang sangat indah. Sehingga, punya kekuatan magnetik dan pengaruh yang besar terhadap pembacanya.

Kelebihan lainnya, menurut Muchlis, adalah al-wihdah al-maudhu'iyyah (kesatuan tema). ''Setiap surat yang ia tafsirkan diawali dengan mukadimah. Dan, mukadimah itu menjelaskan secara komprehensif isi surah sehingga tampak benang merah dan kesatuan tema sebuah surat,'' papar Muchlis.

Metode ini bukanlah hal baru dalam tradisi penafsiran Alquran, tetapi Sayyid Quthb berhasil menggunakannya dengan sangat baik. Saat ini dapat disaksikan sebuah tafsir kontemporer yang bernilai tinggi. Namun demikian, tafsir ini tidak serta-merta lolos dari kritik para pegiat tafsir.
Dari segi metodologi, banyak yang menilai Sayyid Quthb melanggar tata aturan penafsiran Alquran yang dianut oleh para ulama salaf. Ia terlalu banyak menggunakan akal daripada merujuk pada Alquran, hadis Nabi, dan tradisi para sahabat.

Fenomena perbedaan pendapat dalam penafsiran, menurut Ahzami, adalah hal yang lumrah. ''Kalau ada yang mengatakan Sayyid Quthb banyak berpedoman pada akal, bukan berarti ia tidak menggunakan dalil dari Alquran dan hadis sama sekali. Pun, demikian dengan tafsir ulama klasik. Meskipun tafsir mereka masuk dalam kategori tafsir bil ma'tsur (tafsir dengan pedoman Alquran dan sunah), mereka juga menuangkan pendapat-pendapat pribadinya sesuai dengan pemahaman akalnya,'' jelas Ahzami.

Ide-ide revolusioner

Umej Bhatia berpendapat bahwa penjara dan penyiksaan berperan penting dalam membentuk karakter pemikiran Sayyid Quthb. Di samping mengalami penyiksaan, ia juga menyaksikan penderitaan rekan-rekan seperjuangannya di tempat yang sama. Umej Bhatia memakai istilah prison perspective (perspektif penjara) bagi perspektif Sayyid Quthb dalam penafsiran Alquran. Yaitu, sebuah cara pandang korban keganasan rezim otoriter terhadap realitas sosial politik di masanya.

Kepahitan pengalaman politik Sayyid Quthb, mendorongnya menyerukan konsep Hakimiyatullah (kekuasaan hanya milik Allah) sebagaimana diusung oleh Abu al-'Ala al-Maududi di Pakistan. Hakimiyatullah berarti kekuasaan harus dikembalikan kepada Allah, bukan dikuasai manusia zalim yang melanggar hukum-hukum Tuhan. Umat Islam wajib berjihad mengembalikan tata aturan itu sesuai dengan doktrin Alquran.

Untuk itu, menurut Sayyid Quthb, perlu ada gerakan At-Thali'ah al-Islamiyah , yaitu menyiapkan generasi Muslim baru yang berpegang teguh pada ajaran-ajaran Allah; mendidik mereka untuk menjadi pemimpin umat di masa depan. Ide-ide pergerakan dan perlawanan Sayyid Quthb itu tampak jelas dalam mukadimah tafsirnya pada surat al-An'am.

Ia memaparkan konsep masyarakat ideal sesuai dengan tuntunan Islam; menyeru kepada para juru dakwah untuk konsisten berada di jalan ini; menancapkan akidah agar sistem pemerintahan yang terbentuk kelak tidak melanggar tata aturan yang ditetapkan Allah SWT. ''Orang-orang yang tidak memiliki akidah adalah pribadi-pribadi jahiliah. Kejahiliahan mereka memenuhi akal, pikiran, dan hati,'' kata Sayyid Quthb menegaskan. rid



Menawarkan Pemecahan Problem Umat


Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an ditulis oleh Sayyid Quthb selama kurang lebih 15 tahun, yaitu sejak tahun 1950-an hingga 1960-an. Pada mulanya, ia mulai menulis tafsirnya itu atas permintaan rekannya yang bernama Said Ramadhan, redaktur majalah Al-Muslimun yang terbit di Kairo dan Damaskus.

Said Ramadhan meminta Sayyid Quthb untuk mengisi rubrik khusus mengenai penafsiran Alquran yang terbit satu kali dalam sebulan. Sang mufasir menyambut baik permintaan itu dan memberi nama rubrik tersebut Fi Zhilal al-Qur'an . Tulisan pertama yang dimuat adalah penafsiran surat al-Fatihah, kemudian surat al-Baqarah.

Namun, pemuatan tulisan di majalah Al-Muslimun itu tidak berlangsung lama. Sayyid Quthb menghentikan kontrak kerja sama dengan majalah itu, karena memutuskan untuk menyusun satu kitab tafsir sendiri yang juga diberi nama Fi Zhilal al-Qur'an .

Karyanya lantas dicetak dan didistribusikan oleh penerbit al-Bab al-Halabi. Penerbitan pertamanya tidak langsung berjumlah 30 juz, namun setiap satu juz. Setiap juznya terbit dalam dua bulan sekali. Proses penyempurnaan penafsiran selanjutnya ia selesaikan di dalam penjara.

Edisi pertama dalam bentuk 30 juz diterbitkan pada tahun 1979. Sejak saat itu, persebarannya meluas hingga mencapai hampir seluruh negara Muslim di dunia. Umej Bhatia mencatat kitab tafsir ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia, Turki, Urdu, Bengali, Indonesia, dan Melayu.

Di negara-negara Arab, volume penjualan tafsir Fi Zhilal al-Qur'an bak kacang goreng. Selama bertahun-tahun, kitab tersebut menjadi best seller . Menurut cerita Syekh Abdullah Azzam, pada pertengahan 1980-an jika di Libanon ada percetakan mulai bangkrut, pemiliknya mencetak Fi Zhilal al-Qur'an dan juga buku-buku Sayyid Quthb yang lain, percetakan tersebut dapat terhindar dari kebangkrutan.

Gaya bahasa dan kualitas penafsiran Sayyid Quthb merupakan daya pikat utama bagi para pembaca untuk menyelami samudra ilmu Alquran. Di dalamnya, tersaji konsep-konsep Islam modern tentang jihad atau perjuangan, masyarakat jahiliah dan Islam, serta ummah .

Konsep-konsep tersebut menumbuhkan kesadaran baru akan gerakan sosial-politik berdasarkan doktrin Islam. Tak ayal, banyak peneliti Barat yang melabeli Sayyid Quthb sebagai pengusung ide radikalisme, ekstremisme, fundamentalisme, atau atribut-atribut yang menjurus pada nuansa kekerasan lainnya.

Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an sesungguhnya mengajak pembaca menyelami ilmu dan hikmah di dalam Alquran. Nilai-nilai luhur Alquran, hadis nabawi, dan tradisi sahabat dijelaskan dengan bahasa beraroma sastra yang indah, kemudian dikaitkan dengan situasi dan kondisi saat ini.

Tentang konsep umat, Sayyid Quthb mengutarakan bahwa pembentukan pribadi umat harus berdasarkan keimanan yang kokoh, optimisme pada rahmat dan pertolongan Allah, dan rasa percaya diri sebagai umat terbaik yang diutus Allah di muka bumi ini. Segala permasalahan umat, menurutnya, harus dicarikan solusinya dari kitab Allah SWT dan sunah Nabi.

''Keimanan berimplikasi pada sikap pasrah dan menyerah kepada hukum-hukum Allah. Jiwa-jiwa yang tulus akan menerima segala sistem hukum dan perundangan Islam secara sukarela. Tidak terdetik satu penentangan pun sejak aturan tersebut dikeluarkan. Juga, tak ada sedikit pun keengganan untuk melaksanakan ketika hukum itu diterima,'' kata Sayyid Quthb dalam mukadimah surat al-An'Am.

Secara umum, tema yang ditekankan dalam tafsir Fi Zhilal al-Qur'an meliputi gagasan tentang hubungan antarsesama manusia. Allah SWT, menurutnya, menghendaki sebuah bangunan sosial yang harmonis berdasarkan keimanan dan cinta kasih. Konsep ini menghindarkan terbentuknya kekuasaan tiran yang menebarkan kebencian, kebodohan, dan kekafiran. rid

Ulama Italia Kecam Pernyataan Mourinho

Minggu, 30 Agustus 2009 pukul 01:37:00

Ulama Italia Kecam Pernyataan Mourinho


Kabar

Bagi Kanoute, berpuasa membuat dirinya menjadi lebih baik dalam bermain bola.



MILAN-- Pelatih klub sepak bola Inter Milan, Jose Mourinho, mendapat kritikan keras dari seorang pemimpin umat Islam Italia atas komentarnya tentang bulan Ramadhan. Komentar pedas tersebut dilontarkan Mourinho pada saat Inter Milan menjamu Bari dalam laga Seri A yang berlangsung Ahad (23) lalu waktu setempat.

Komentar Mourinho ini bermula saat pelatih asal Portugal ini menarik mundur gelandang Inter Milan, Sulley Ali Muntari, keluar lapangan pada babak pertama saat kedudukan imbang 1:1.Mourinho mengatakan bahwa Muntari yang asli Ghana tersebut, permainannya kurang bagus dan tidak bertenaga karena sedang menjalankan puasa di bulan Ramadhan.

''Muntari sudah beberapa kali mengalami masalah yang berkaitan dengan Ramadhan, mungkin dengan panas itu tidak baik baginya untuk melakukan hal ini,'' katanya kepada wartawan. ''Ramadhan bukan saat yang ideal bagi seorang pemain untuk bertanding sepak bola.''Mantan manajer Chelsea ini terkenal karena komentarnya yang blak-blakan. Setelah insiden tersebut, ada indikasi Muntari tidak akan dilibatkan pada pertandingan akhir pekan ini melawan rivalnya AC Milan dalam derby della madonnina .

''Saya pikir sebaiknya Mourinho jangan terlalu banyak berbicara,'' kata Mohamed Nour Dachan, presiden dari persatuan organisasi dan komunitas Muslim Italia, kepada Sky Television .
''Seorang pemain yang beragama Kristen, Yahudi, atau Islam pasti memiliki watak psikologis yang sangat tenang dan hal tersebut akan banyak menolongnya,'' imbuhnya.

''Seorang pemain yang berpuasa tidak secara otomatis melemah, karena kami mengetahui dari lembaga kesehatan olahraga bahwa mental dan psikologis yang stabil, akan bisa memberikan olahragawan tambahan semangat sewaktu berada di lapangan.''

Kritikan serupa juga disampaikan oleh pelatih pribadi Muntari, Stefano Tirelli. Menurut Tirelli, tidak semua orang bereaksi dengan cara yang sama untuk mengubah kebiasaannya di bulan Ramadhan. ''Beberapa atlet memang mengalami kelelahan dan kekurangan energi pada saat latihan dan bertanding. Sementara yang lain, berdasarkan karakter, emosi, dan genetika, dapat tetap mempertahankan performa mereka pada saat yang bersamaan. Dan, Muntari adalah salah satu dari (kategori) yang terakhir,'' jelasnya.

Dokter Yacine Zerguni, seorang anggota FIFA dan komite kesehatan olahraga CAF, telah bekerja sama dengan F-marc (pusat lembaga pengkajian dan penelitian medis FIFA) yang telah melakukan penelitian serta pengamatan terhadap efek dari berpuasa Ramadhan bagi seorang olahragawan. Hasilnya, dia menyimpulkan bahwa berpuasa pada bulan Ramadhan tidak masalah bagi atlet sepak bola level atas.

Frederic Kanoute, penyerang klub sepak bola Spanyol Seville, telah mengatakan kepada situs Goal.com awal pekan ini bahwa berpuasa, membuat dirinya menjadi lebih baik lagi bermain bola.
Namun, kondisi berbeda dihadapi para pemain sepak bola di Italia. Sebab, bila di Spanyol pertandingan sepak bola dimulai malam hari, sedangkan di Italia pada sore hari.

Kondisi ini pula yang akhirnya memaksa striker Siena, Abdel Kader Ghezzal, untuk tidak berpuasa. ''Saya selalu puasa di Ramadhan, tapi saya harus mengubah kebiasaan saya untuk alasan kesehatan sejak tahun pertama saya menjadi pemain profesional,'' ujar Ghezzal, yang pada pekan perdana lalu mencetak gol ke jalan Milan, kendati Siena akhirnya kalah dengan skor 2:1. Iol/footbal-italia/dia/dip

Mahar Pohon Lalongasu

Minggu, 30 Agustus 2009 pukul 01:49:00

Mahar Pohon Lalongasu


Oleh: Malem Sambat Ka'ban

Bulan sabit menyelinap di kerimbunan hutan Lalongasu Alaaha, Tolaki, Sulawesi Tenggara. Melangkah menyayat malam. Melangkah untuk meyakinkan Fouza Daulay nun jauh di Padang Bolak, Tanah Batak, bahwa mahar nikah bukan sekadar basa-basi budaya, emosional kisah-kasih, tapi harus mempunyai nilai ekonomi dan masa depan!

''Baguslah itu!'' ucap Fouza, beberapa minggu sebelum kakiku menapaki tanah becek Lalongasu. ''Memang elok kau beri anakku satu stel perangkat shalat, tapi tak enak hati ini bah! Apa kata orang, oooi boru daulay hanya mendapat seperangkat alat sholat. Kalau itu, masih sangguplah aku beli.''

Di sini, sunyi menepi. Saya bergerak menyelinap di antara puluhan warga Alaaha. Beberapa orang memandangku dengan tatapan asing. Tapi, Tetua Adat meyakinkan mereka bahwa saya akan menanam bibit jati di tanah hutan perawan ini. ''Sebuah pernikahan, menyibak kelambu temanten juga bermakna memulai suatu yang baru, sebut saja membuka hutan perawan,'' tuturku di hadapan Zuestri Boru Daulay di bandara Soekarno-Hatta.

''Membelah tanah, menanam benih juga bermakna sedekah bumi. Dari sebuah pohon yang kita tanam, kita akan banyak mendapatkan berbagai hal yang pada awalnya biasa-biasa saja, tapi insya Allah, kelak menjadi hal yang luar biasa. Sebut saja ini prosesi cinta kita, seperti halnya pohon jati yang akan kita tanam, kita akan mempunyai anak, cucu, dan cicit!''

Prosesi Sumoru Ndiolu masih berlangsung. Ini diawali dengan pembakaran sebutir telur untuk menentukan ke arah mana tapak kaki ini harus melangkah. Telur yang telah dibolongi atasnya dengan jarum diapit dengan bambu kanan dan kirinya. Beberapa orang menyiapkan bambu kering. Mortal membakar bambu kering itu. Telur itu pun dibakar. Dalam pembakaran ini api yang melewati telur dari bawah hanya selewat jadi tidak dipanggang. Saya lihat lubang kecil telur itu menyemburkan putih kuning telur. Beberapa orang bertariak girang.''Ini pertanda baik,'' ucap Mortal. ''Langkah kita sudah benar.''

Saya mengangguk pelan. Mataku merayapi asap putih di seputar telor itu. '' Nah ! Itulah kau! Itulah yang aku suka,'' ucap Fouza Daulay. ''Aku tak suka hanya dengan sekian gram emas atau entah apa juga. Aku mau kau beri anakku itu ladang luas. Kau tanami di ladang itu bibit jati atau apa yang kalian suka. Dan, jadikan itu mahar nikah. Baru kau boleh beristri Zuestri!''

Fouza Daulay bicara lugas, beberapa minggu yang lalu. Matanya melihat peta. Dan? Telunjuknya mengarah ke Alaaha Tolaki. Awalnya ini sulit! '' Ah ! Cam mana kau!'' sambung Fouza, meyakinkan saya untuk tetap melangkah menuju Alaaha. ''Seorang antropolog tidak akan pernah merasa asing di bumi manapun juga. Ini bumi Allah.''

Mosehe ! Ya! Sangat menggetarkan kolbuku. Prosesi permohonan kepada Sang Pemilik Hutan agar masih menyisakan kesuburan tanah. Seekor ayam dipotong. Darah muncrat membasahi sirih, daun sirih, dan kapur sirih. Terus? Sebuah golok ditancapkan di batang pohon beringin. Ayam putih dilepaskan.''Jika ayam tersebut kembali ke rumah, daerah tersebut tidak dapat untuk dibuka. Jika ayam tersebut tidak kembali, daerah tersebut dapat dibuka menjadi daerah perladangan,'' ungkap Mortal. ''Dan, itu jadi milik kamu.''''Kamu lihat lebah itu Tara?'' tanya Mortal.

Saya mengangguk.''Itu Lalongasu! Wilayah ini merupakan tempat lebah membuat sarang dan tempat rotan tumbuh subur, selain itu berbagai hasil ikutan hutan yang tumbuh di daerah Lalongasu. Ini sangat menunjang kehidupan ekonomi masyarakat Desa Alaaha. Kita tidak akan pernah menebangnya.''
''Kearifan lokal sekaligus konservasi hutan bersifat tradisional?''
Mortal mengangguk.
''Tapi, kamu yakin akan menanam 99 jati di sini sebagai mahar nikah kamu?''
Saya mengangguk.
Penentuan lokasi biasanya dilakukan pada waktu pemberahi. ''Pemberahi jatuh pada bulan ke-8 sesuai dengan perhitungan bulan Laiwoi, perhitungan bulan mulai terbit hingga terbenam. Pemahaman waktu ini adalah sesuai dengan bentukan bulan di langit dari mulai langit tanpa bulan, purnama, hingga kembali langit tanpa bulan,'' ungkap Mortal. ''Yaitu, hari mencari lokasi, namun jika hari tersebut telah lewat dapat dilakukan pada hari ke molambu, tuluno, dan keruo.''

Choking Susilo Sakeh tertawa saat saya katakan bahwa saya akan memberikan mahar Lalongasu. ''Akan saya tanam 99 benih jati. Dan, ini saksi sejati betapa saya sangat mencintai Zuestri.''
''Ini namanya pernikahan ekonomi. Dagang!'' tanya Sultan Jawer tuturnya melalui komunitas jejaring sosial www.facebook.com.
''Ya! Mahar nikah mutlak milik mempelai wanita! Kita berharap pernikahan menjadi abadi. Tapi, siapa bisa menebak ke arah mana angin pernikahan berembus? Suatu saat, bisa saja, nasib berkata lain. Terus cerai! Mahar Nikah itulah yang menjadi pegangan hidup seorang janda.''
''Kamu sudah berpikir buruk.''

''Saya cuma berpikir langkah kita ada di genggaman Tangan Allah! Lagi pula, tidak pernah saya temukan dalam sejarah Rasullulah SAW, beliau memberi mahar nikah separangkat alat shalat. Beliau selalu memberikan mahar yang terbaik, termahal untuk calon istrinya.''
''Tapi, apa ini tidak mengada-ada?''
Saya diam. Tapi, Fouza Daulay bicara lain, ''Itu pun untuk masa depan kau, anakku, dan cucu-cucuku kelak. Kau tidak bisa hitung masa depan kau hanya dengan perhitungan saat sekarang. Tapi, dengan menanam jati? Alah mak ! Lihat itu Babah Hing Ho. Tinggal duduk ongkang-ongkang kaki, uang di kantong tak jua hilang ditelan krisis.''
Pagi-pagi saya sudah dibangunkan.
''Ayam putih tidak kembali,'' ucap Mortal. ''Ini berita baik. Kita bisa melangkah ke prosesi selanjutnya.''

Beberapa orang Uluiwoi sudah mempersiapkan peralatan untuk pencarian tanah baru. Mereka membawa parang, owule (daun siri), sebatang kayu (tokule), dan rotan. Beberapa peralatan tersebut nantinya digunakan untuk melihat keberadaan lokasi sebelum dijadikan daerah perladangan. Kesuburan tanah dapat dilihat dari warna tanah yang gelap dan batang kayu yang bagus, selain itu tumbuhan bambu, rotan, dan kayu-kayu lembek dapat menentukan kesuburan Lalongasu. Kesuburan tanah juga bisa dilihat dari warna tanah, jenis pohon, pertumbuhan rumput dan tanaman-tanamannya yang tidak layu pada masa kemarau. Meski begitu, biasanya terdapat daerah tanah putih yang tidak bisa ditanami karena tanahnya keras dan padi ladang tidak akan tumbuh subur.
''Alaaha di beberapa daerah merupakan kawasan karst dengan jenis batuan karst yang keras sehingga sulit untuk ditanami,'' ujar Mortal.
''Tapi, dari laboratorium CHkI Kweang Hiong Korea Utara, kawasan karst ini sangat kondusif untuk menanam jati,'' ujarku.
''Kamu sudah ke Kweang Hiong?'

Saya tersenyum. Beberapa minggu setelah Fouza Daulay mengultimatum agar saya ke Alaaha Tolaki, langsung saya dan Zuestri terbang ke Kweang Hiong, Korea Utara. Hmm , aku terpukau! Zuestri ternganga, sebuah kawasan hijau begitu luas. Sepanjang mata memandang yang terlihat hamparan melengkung pohon-pohon jati, langit biru, butir-butir salju bagai debu turun. Dan, sekumpulan burung putih She Giok Keh berterbangan mengitari areal tanah rendah.
''Inikah masa depan kita Iwan Tara?'' tanya Zuestri.
'' Yah ! Tapi, tidak di negeri orang,'' ucapku seraya memeluknya erat-erat. ''Kita akan menciptakan hal yang sama di negeri kita sendiri. Ladang jati di Alaaha.''

Zuestri tersenyum. ''Tanah Alaaha tanah surga. Kita tanam jati! Biarkan saja begitu. Beberapa tahun kemudian, bisa saja saat kita butuh cost untuk sekolah anak-anak kita, kita cukup jual satu dua pohon jati. Selesai! Atau saat kita merayakan pernikahan perak kita, kita bisa jual sepuluh atau dua puluh pohon jati. Selesai!''
Saya tertawa. Impian-impian indah, gemah ripah loh jinawi, yang bermula dari mahar nikah berupa 99 pohon jati, tunai!
Tetua adat menancapkan tokule [2] dan meletakkan owule [3] dan rotan di atas tanah. Sambil duduk bersila, tetua adat itu menuturkan kalimat-kalimat panjang yang tentu saja tidak saya mengerti.

'' Waonggoleu Mombewula`ako O`uka Waonggo Monda`u Hada ,'' Yang bermakna saya berniat membuka lahan baru, hendaknya bisa ditunjukkan lahan yang baik, kalau ada tanda tidak baik, beri kami tanda. Terus? Beberapa orang menebang kayu sebanyak 4 kali di sekitar tempat membacakan niat.

''Keesokan harinya, jika tokule dan okule berhamburan, tanah ataupun lokasi tersebut tidak baik untuk dijadikan daerah perladangan, namun jika keadaannya tetap utuh, berarti dapat dibuka menjadi daerah perladangan,'' ucap Mortal.
''Oh, ya?''.
''Kita belajar dari alam. Kita belajar dari hari-hari kemarin. Dan, memang dari sejarah, kita akan banyak mendapatkan kearifan-kearifan kulturistik,'' ucap Mortal.
Mortal meneguk minuman Jomaik.

''Selama masa pencarian atau penentuan lokasi dan selama masa perladangan, orang Uluiwoi memperhatikan keberadaan meualo. Suara-suara burung murai atau burung tekiki (tolaki). Apabila melihat babi yang sedang menggali tanah atau tikus mati, kegiatan pada hari itu harus ditunda,'' ungkap Mortal.
Mortal menepuk bahuku.
''Kamu dengar suara alam, Iwan Tara?''
''Yah ...''
''Meualo dibagi dalam dua waktu, yaitu siang mosui dan malam woroko. Pertanda dari burung pada waktu siang hari (mosui) dilihat berdasarkan 3 kriteria bunyi, yaitu pertanda baik (meroi), pertanda kosong atau tidak ada tanda-tanda (tekiki), dan pertanda buruk (huanika). Pada malam hari, worokou ditandai dengan bunyi ganjil yang berarti pertanda baik dan bunyi genap atau kosong yang berarti pertanda buruk.''
''Ada pesan cerdas dari alam sekitar untuk kita?''
''Masalahnya, apakah kita bisa menangkap pesan cerdas alam itu atau tidak?''
''Maksud kamu?''

''Dari pemotongan ayam juga dapat diketahui pertanda apa yang bakalan terjadi. Jika tulang leher ayam tersebut tertutup oleh kulitnya, berarti ada pertanda tidak baik untuk pembukaan lahan. Namun, jika ayam tersebut terlihat mati merangkak, berarti akan ada pertanda baik. Bahkan, ada mitos yang berkembang bahwa jika tulang leher ayam tertutup oleh kulit biasanya sebelum berhasil dalam perladangan, peladang akan meninggal atau tertimpa musibah.''

Saya seperti melihat cermin masa silam yang cendekia.
Dan? Tetua adat menyalamiku erat-erat.
''Selamat Iwan Tara! Kamu sudah memiliki Lalongasu! Tapi, Lalongasu baru bisa ditanami setelah biasanya 3-5 tahun. Kepemilikan Lalongasu adalah orang yang pertama kali membuka daerah tersebut dan tidak bisa orang lain mengambilnya, kecuali meminta pada yang memiliki. Kamu mengerti apa yang aku katakan?''
''Saya mengerti, Pak.''
Ia menjabat erat tanganku, merangkulku erat-erat.
''Andai tidak hanya kamu yang menunaikan mahar nikah dengan sebidang Lalongasu,'' ucap tetua adat.
Suara saya agak parau saat saya katakan lahan lalongasu tidak bisa langsung ditanami 99 benih pohon jati. Wajah Fouza Daulay tertekuk ke belakang. Ada seleret kecewa di dahinya.
''Jadi?''
''Yah, itulah itu.''
''Artinya, kau akan nikahi anakku nanti lima tahun yang akan datang saat lahan Lalongasu itu bisa ditanami 99 benih pohon jati?''
Saya diam. Zuestri menepuk bahuku.

''Saya pikir tidak harus ditunda, ayah. Hijab kabul mahar nikah bisa dalam bentuk utang. Artinya, sebuah pengakuan bahwa Mas Iwan Tara menikahiku dengan mahar lahan Lalongasu berikut 99 benih pohon jati di atas lahan itu, utang!''

Fouza Daulay tertawa. Ia berdiri mendekatiku. Memeluk saya, erat-erat.
''Kamu punya keberanian untuk mengatakan itu, Iwan Tara?''
Saya mengangguk. Meski hal itu, mustahil saya katakan.
''Yakin kamu bisa mengatakan itu?''
''Untuk Zuestri dan lahan Lalongasu.''
''Coba kamu katakan ...''
Saya pandangi Zuestri. Wanita paling manis di mataku itu mengangguk, pelan.
''Kamu bisa, Iwan Tara ...''
Saya menghela napas. Saya lihat di mata Zuestri ada bulan sabit di atas lahan Lalongasu. Saya lihat di wajah Zuestri ada anak-anak kecilku berlari di antara ratusan pohon jati. Saya lihat di hidung Zuestri ada keringat kecil. Dan, impian yang terus berlari di hamparan lahan luas yang di atasnya tumbuh pohon-pohon kecil jati. Saya menghela napas panjang dan berkata lirih, ''Saya terima nikah Zuestri binti Fouza Daulay dengan mahar nikah separangkat alat sholat dan lahan Lalongasu, Alaaha Tolaki seluas 500 hektare tunai yang di atasnya terdapat 99 benih pohon jati, utang.



ESAY
Syair dalam Sastra Sufistik
Oleh Naan Suherman*

Hati yang kosong dari cahaya sama sekali bukan hati;
Jika tidak ada ruh, maka tak ada bagian dari keseluruhan.
Botol yang tidak mengandung cahaya kehidupan,
Jangan menyebutnya lampu, ia hanyalah sebuah botol berisi air seni.

(Jalauddin Rumi)

Sufisme adalah sebuah faham atau ajaran keagamaan yang berbasiskan ihsan. Ihsan sendiri adalah buah karya dari keberserahan (Islam) dan keyakinan (iman). Orang yang berada di jalan ini dan mengamalkan ajarannya disebut sufi. Spiritualitas adalah dunianya.Bagi kaum sufi, spiritualitas merupakan kenyataan, dan bukan khayalan. dalam bingkai inilah kaum sufi berharap bisa berlama-lama menikmati lezatnya manifestasi ekstasenya.

Spiritualitas merupakan wilayah hal atau keadaan, di mana keberadaannya tidak kasat mata, tidak menetap, dan hanya dapat disentuh oleh rasa batin yang terdalam. Wujud dzahir dari pengalaman ini, tertuang dalam ungkapan-ungkapan indah dalam sajak-sajak. Sajak karya Jalaluddin Rumi di atas adalah salah satunya.

Pesan sajak tersebut adalah sindiran sekaligus sebagai alarm bagi orang-orang yang ghoflah . Lalai terhadap perintah Allah, bahkan jauh dari mengingat-Nya. sedangkan hati yang dipenuhi dengan dzikir asma-Nya dilingkupi cahaya terang-benderang, menghangatkan ruang hati, dan menyejukkan jiwa. Hati yang seperti inilah bagaikan lentera yang akan terus menyala di sepenjang malam yang gelap.

Cinta sebagai tema sastra sufistik
Dalam cinta-Mu, rasa sakit dan kepedihan ini semuanya hilang;
Ketika berjumpa denganmu, kepedihan perpisahanku usai sudah.
Seberkas cahaya penyingkapan-Mu telah menghapuskan
Semua perbedaan antara lebih dan kurang, baik dan buruk.


Syair ini adalah gambaran sang pencinta yang telah mencapai cinta hakiki. Dalam keadaan ( haal ) mistis ini, ketika pencerahan esensi Ilahi disingkapkan, seperti laron, ruh menceburkan diri ke dalamnya dan musnah ditelan cahayanya; ia tidak sadar dirinya sendiri, dan substansi Tuhan dengan sifat-sifat ilahi pun digantikan. Ruh pun mendapatkan kedamaian. Firman Allah yang artinya: ''Allah telah menuliskan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan ruh dari-Nya,'' (QS 58: 22).

Cinta menjadi sentral, sebab cinta dapat mengantarkan sang salik (orang yang menempuh perjalanan ruhani) pada tujuan utama, yakni Tuhan.Untuk menggapai cinta-Nya, salik harus menyucikan dirinya (tazkiyah al-nafs) sebagai persyaratan mutlak. Dalam proses tazkiyah al-nafs ini, sang salik yang memiliki semangat yang tinggi dan bersungguh-sungguh akan mendapatkan pengalaman spiritual yang luar biasa. ''Dan mereka yang berjuang dan bersungguh-sungguh demi Kami, Kami pasti akan menunjuki mereka jalan-jalan kami.'' (QS.29:69)

Jalan-jalan menuju Yang Mahacinta terhampar luas. Memiliki banyak perlintasan dan persimpangan, lembah menurun yang dalam hingga kepada jalan yang terjal. Masing-masing jalan itu, ada penggodanya, wanita cantik, harta berlimpah, prestise strategis, juga anak dan istri yang bisa menjadi fitnah. Biang keroknya adalah jiwa yang menipu. Penyair Sa'di berkata:

Wahai, engkau yang punya kemahiran di telapak tanganmu;
Dan menyembunyikan segenap kelemahan di ketiakmu;
Wahai orang tak berguna! Apa yang ingin engkau beli
Dengan perak tiruan pada hari kiamat nanti?


Tipu daya jiwa yang selalu mengarah kepada keburukan ini, akan terhindarkan hanya oleh seorang salik yang istiqamah pada jalan-Nya. Ujian-ujian yang ada di setiap persimpangan riyadhah -nya justru akan semakin memantapkan keimanannya, dan memperkaya pengalaman spiritualnya. Berpaling dari dunia bukanlah suatu hal yang merugikan. Alam dunia hanya sekelebat, hanya persimpangan sementara, bersifat fana dan menipu. Hasan al-Bashriseorang zahid besar yang memengaruhi perkembangan tasawuf awal mengatakan:

Dunia ini laksana mimpi atau bayang-bayang fana,
Seorang bijak tak bakal tertipu oleh hal semacam ini


Untaian kata-kata kaum sufi baik dalam bentuk aporisma ataupun dalam syair merupakan apresiasi gejolak jiwa, pengalaman spiritual, dan pembacaan atas realitas yang terindra. Kesan yang bisa ditangkap sebagian besarnya adalah nasihat.

Pesan-pesan yang berisikan nasihat itu, sebenarnya merupakan pengalaman spiritual yang disamarkan dengan menggunakan analogi-analogi.
Tidak ada kesan semu dalam karya sufistik, apalagi bersifat komersial. Karya yang terlahir bukanlah tujuan, tapi lebih sebagai alat bantu. Sa'di menyinggung orang semu ini dalam syairnya:

Hatiku bersama-Mu, tetapi mataku entah melihat ke mana,
Agar tak seorang pun curiga kalau aku tengah menatap-Mu
Terima kasih Tuhan, hatiku pedih karena cinta-Mu,
Dan terbebas berbagai tumpukan kesedihan dan kedukaan.


Syair-syair semu, biasanya tak bisa bertahan lama, dan hanya dikenang sesaat saja. Meskipun tema-tema yang diusung sama dengan apa yang diungkapkan kaum sufi. Ia hanyalah karya debu yang menempel pada permukaan hati yang sewaktu-waktu akan terbang bersama angin yang mengempaskannya. Fenomena karya sastra jenis ini masuk dalam kategori pseudo sastra sufistik.

Naan, S.Psi.I
Pemerhati budaya dan penulis buku. Tinggal di Bogor

Hima Konservasi Alam Warisan Islam

Hima Konservasi Alam Warisan Islam

By Republika Newsroom
Rabu, 26 Agustus 2009 pukul 09:04:00

Hima Konservasi Alam Warisan Islam

Islam mengajarkan umatnya untuk melindungi dan menjaga alam dan lingkungan. Pada masa kekhalifahan, peradaban Islam di Semenanjung Arab memiliki dan menjaga kawasan konservasi yang disebut Hima. Hima merupakan zona yang tak boleh disentuh atau digunakan untuk apapun bagi kepentingan manusia. Tempat tersebut digunakan sebagai konservasi alam, baik untuk kehidupan binatang liar maupun tumbuh-tumbuhan.

Sebelum ajaran Islam turun, masyarakat Arab juga telah mengenal hima. Para era pra-Islam, hima sering digunakan untuk melindungi suku-suku nomaden tertentu dari musim kemarau yang panjang. Hima yang cenderung subur karena mengandung banyak air dan rumput digunakan sebagi tempat menggembala ternak. Para pemimpin suku-suku nomaden yang cerdik menggunakan hima untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Murut al-Shafi‘i, seorang ilmuwan Muslim di era keemasan, pada masa pra-Islam, hima digunakan sebagai alat untuk melakukan penindasan terhadap suku-suku lain.

Para sejarawan Muslim di masa kekhalifahan juga kerap mengupas masalah itu. Pada masa pra-Islam, hima berada di bawah perlindungan dewa suku-suku tertentu. Baik tumbuhan maupun binatang di dalam hima sangat dilindungi. Sehingga binatang-bintang di dalam hima memiliki hak istimewa yakni berkeliaran sesuka hati, merumput tanpa ada gangguan manusia. Setelah datangnya agama Islam, konsep hima sebagai tempat perlindungan binatang dan tumbuhan tetap dilestarikan. Para khalifah terus menyerukan dan mempraktikkan perlindungan terhadap hima. Pada masa kejayaan Islam, para khalifah kerap mengatakan, setiap spesies binatang memiliki bangsanya sendiri.

Pada masa itu, menjaga hima menjadi sebuah kewajiban relijius dibandingkan kewajiban komunitas. Bahkan para ulama juga sering menyerukan pentingnya hima. Agar sesuai dengan hukum Islam, sebuah hima itu harus memenuhi beberapa syarat yang telah dipraktikkan Nabi dan para khalifah.

Syarat hima itu antara lain; pertama, harus berada di bawah perlindungan kekuasaan pemerintah Islam. Kedua, hima harus dikembangkan sesuai dengan jalan Allah SWT untuk kesejahteraan umat manusia. Ketiga, area yang dijadikan sebagai hima tidak boleh terlalu luas. Keempat, hima harus lebih menguntungkan bagi masyarakat dari pada merugikan masyarakat.

Selain itu, ajaran Islam menegaskan kehadiran sebuah hima harus memberi keuntungan lingkungan bagi masyarakat. Khalifah Umar bin Khattab pernah memerintahkan penjaga Rabadhah hima. Sang Amirul Mukminin itu berkata, Bukalah tanganmu bagi orang-orang yang membutuhkan, dengarkanlah keluhan orang-orang yang tertindas, biarkanlah para gembala yang hidupnya tergantung kepada unta dan domba masuk ke dalam hima, dan tinggalkanlah ternak milik Ibn ‘Awf dan Ibn ‘Affan (dua aorang kaya teman Nabi Muhammad).

Mereka memiliki banyak pohon kelapa sawit dan ladang jika ternak mereka membutuhkan makan. Tetapi jika ternak mereka kekurangan makan dan hampir mati, mereka bisa datang padaku. Namun lebih mudah bagiku menyediakan rumput bagi mereka dari pada menyediakan emas dan perak.Umar juga menuturkan, Semua properti milik Allah SWT. Dan semua makhluk di muka bumi ini tiada lain adalah hamba Allah. Jika bukan karena Allah, aku tidak akan melindungi tanah ini.

Nabi Muhammad SAW juga pernah membuat hima al-Naqi yang terletak di dekat Madinah sebagai tempat kavaleri dan membuat kota Makkah dan Madinah sebagai dua tempat suci yang tidak boleh diganggu gugat keberadaanya. Nabi melarang berburu binatang pada radius empat mil di sekitar kota Madinah. Selain itu, masyarakat juga dilarang merusak tanaman dalam radius 12 mil di sekitar kota tersebut.

Nabi Muhammad dan para kalifah benar-benar keras dalam menerapkan hukum terhadap hima. Dalam ajaran Islam, hima menjadi tempat yang diharamkan untuk perburuan dan menjadi tempat yang sakral di mana binatang dan tumbuhan yang di dalamnya dilindungi.

Pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin-Khattab, ada seorang komandan perang bernama Sa'ad bin Abi Waqqas menemukan seorang budak memotong tumbuhan yang ada di dalam hima. Kemudian Sa'ad bin Abi Waqqas memukul budak tersebut dan mengambil kapak dari tangannya.Lalu wanita yang merupakan saudara si budak mendatangi Khalifah umar dan melaporkan apa yang dilakukan Sa'ad terhadap budak tersebut. Kemudian Umar berkata, Kembalikan kapak dan baju budak tersebut. Semoga Allah SWT mengampunimu.

Sa‘ad menolak dan berkata, Saya tidak akan melanggar apa yang Nabi perintahkan kepada saya. Tetapi jika kamu suka, saya akan mengganti rugi. Kemudian Sa‘ad mengatakan bahwa Nabi pernah bersabda, ''Siapapun yang melihat seseorang memotong pohon di dalam hima, maka dia harus memukul orang yang memotong pohon tersebut dan menyita alat yang digunakan untuk memotong pohon tersebut.

Setelah itu, Khalifah Umar menerapkan hukuman tersebut bagi siapa saja yang merusak pohon di wilayah hima. Di kota Madinah, ketika sahabat Nabi Abu Sa‘id al-Khudri melihat seekor burung berada di tangan beberapa pemuda, dia mengmbil burung tersebut dari tangan pemuda itu dan membebaskan burung tersebut terbag ke alam bebas. Sementara itu, sahabat Nabi Abu Ayyub al-Ansari pernah melihat beberapa anak laki-laki mengepung seekor rubah di sebuah sudut kota Madinah. Kemudian dia berkata, ini merupakan tanah yang diharamkan untuk berburu. Sedangkan Abu Hurairah pernah berkata, Jika aku melihat kijang di Madinah, aku tidak akan mengganggu mereka.

Ada beberapa tipe hima di tanah Arab yang memiliki aturan berbeda dalam melindunginya. Pertama, ada hima yang tak boleh digunakan untuk menggembala ternak . Namun, memotong pohon di wilayah hima diperbolehkan selama periode tertentu di mana pohon telah tua dan sudah menghasilkan bunga dan buah.Kedua, ada hima yang boleh digunakan untuk menggembala ternak dan memotong pohon diperbolehkan hanya setelah pohon berbunga dan menghasilkan buah. Hal ini membantu pembibitan alami di tanah pada musim berikutnya.

Ketiga, menggembalakan ternak diperbolehkan sepanjang tahun, tetapi jumlah dan tipe binatangnya ditentukan. Selain itu, memotong rumput tetap diperbolehkan. Keempat, hima sebagai tempat perlindungan lebah-lebah. Sehingga menggembalakan ternak hanya diperbolehkan setelah musim bunga.Kelima, sebagai tempat konservasi hutan, seperti pohon Juniperus procera, Acacias spp., Haloxlon persicum. Memotong pohon hanya diperbolehkan pada saat emergensi. Keenam, konservasi hutan guna mencegah terjadinya pembentukan padang pasir.

Konsep Hima di Era Modern


Zaman telah berubah. Suku-suku nomaden di Semanajung Arab, kini berada di bawah pengawasan pemerintah. Sedangkan binatang ternak berada di peternakan dan mendapatkan makanan dari pabrik dan pemiliknya. Namun negara-negara Arab tetap melestarikan hima beserta fungsinya hingga sekarang.Berdasarkan sebuah laporan, pada 1950, di Arab Saudi terdapat 3.000 hima. Kini jumlah hima di negara itu sudah mulai berkurang. Tetapi Arab Saudi banyak membangun tempat-tempat konservasi alam seperti The National Commission for Wildlife Conservation and Development (NCWCD) yang dibangun pada 1986.

Konsep tempat konservasi alam sebenarnya mengadopsi konsep hima di mana binatang dan tumbuh-tumbuhan di tempat konservasi alam itu dilindungi. Binatangnya tidak boleh diburu dan pohon-pohonnya harus dilestarikan. Sedangkan hima di Suriah memiliki sistem yang memungkinkan binatang besar seperti unta dan kuda diperbolehkan masuk hima.

Tetapi kambing yang merusak rerumputan dengan makan secara rakus tidak boleh masuk hima. Namun peraturan tersebut sepertinya banyak dilanggar karena kurangnya pengawasan dari pemerintah.Di Yaman, sistem hima sangat efektif dan menyebar luas di hampir seluruh wilayah negara tersebut. Namun sejak pertengahan abad ke-20, hima mulai berkurang jumlahnya karena adanya faktor sosial ekonomi yang kian mendesak. Hal serupa juga terjadi pada hima yang berada di Yordania.

Hima sebelum abad ke-20 jumlahnya sangat banyak di negara-negara Arab, meskipun akhirnya jumlahnya semakin menurun dari tahun ke tahun. Tetapi pada zaman sekarang negara-negara di dunia lebih mengenal konsep konservasi alam yang sebenarnya juga merupakan konsep hima. Guna melestarikan konservasi alam, masyarakat perlu memiliki pengetahuan luas tentang pentingnya untuk menjaga alam tetap lestari termasuk binatang dan tumbuhan. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah di negara-negara di dunia lebih gencar untuk mengkampanyekan program pelestarian alam.

Program pelestarian alam bisa berupa pembentukan agen-agen yang bergerak dalam pelestarian lingkungan, mendidik para siswa sejak dini dan masyarakat terhadap pentingnya melestarikan alam, membekali masyarakat dengan berbagai macam training untuk melestarikan alam. Namun untuk membangun masyarakat modern yang peduli terhadap lingkungan memang tidak mudah. Semua itu membutuhkan waktu dan pengorbanan. Akibat kurangnya kepedulian umat manusia dalam melestarikan lingkungan hidup, dunia kini mengalami pemanasan global. dya

Maroko, Islam Radikal vs Reformasi

Maroko, Islam Radikal vs Reformasi

By Republika Newsroom
Kamis, 27 Agustus 2009 pukul 21:22:00


Maroko, Islam Radikal vs ReformasiNEW YORK TIMES

Raja Maroko, Mohammed VI berusaha membaur dengan mengunjungi kawasan utara Maroko, kawasan yang dulu tak mau dikunjungi ayahnya

CASABLANCA, Moroko--Maroko telah lama dipandang sebagai negara Islam yang tengah memodernkan dan meliberalkan diri. Negara itu terbuka pada Barat dan menjadi jembatan potensial untuk menenangkan konflik Timur Tengah.

Namun di bawah tekanan radikalisme Islam, Raja Mohammed VI memperlambat langkah perubahan. Kekuasaan masih terpusat di kerajaan, demokrasi pun terlihat tampilan ketimbang nyata. Ketika kerajaan berkeras tetap komitmen pada reformasi lebih dalam, pejabat senior berbicara soal keseimbangan antara kebebasan dan kohesi sosial.

Sejak serangan bom besar di hotel-hotel pusat kota dan area perbelanjaan oleh radikal Islam pada 2003 dan percobaan pengeboman lain pada 2007, ada serangan terus-menerus yang diduga dilakukan oleh kelompok ekstrimis di negara itu.

Pada 2003, setiap orang dengan janggut panjang cenderung ditahan. Bahkan kini, sekitar 1.000 tahanan yang dianggap penganut radikal Islam, tetap dikurung dibalik penjara Maroko. Enam politisi Islam (juga seorang reporter dari stasiun televisi Hizbullah, Al Manar) dipenjara baru-baru ini. Mereka dituduh terlibat dalam plot terorisme skala besar.

Kasus penangkapan sering kali acak dan dasar utama pada bukti tertentu saja, demikian menurut seorang kuasa hukum dari tahanan, Abelaziz Nouayadi dan Pengamat Hak Asasi Manusia, seperti yang dilansir oleh New York Times, 26 Agustus.

Dalam sebuah wawancara sangat jarang dengan kepala intelijen Maroko, Yassine Mansouri, mengatakan penahanan politisi "menggunakan aktivitas politik sebagai kedok untuk kegiatan teroris," "Bukan tujuan kami untuk menghentikan sebuah partai politik tertentu," ujarnya. "Ada sebuah undang-undang yang harus diikuti,"

Maroko dipenuhi ancaman, ujar Yassine, oleh dua tipe ekstrimis, Wahabisme konservatif yang disebarkan oleh Saudi Arabia dan Syiah yang disebarkan Iran. "Kami menganggap kedua golongan agresif," kata Yassine. "Islam radikal memiliki angin untuk berlayar, dan tetap kami anggap ancaman,"

Al Qaidah, masih oleh Yassine, kelompok yang terutama aktif di Aljeria, tetap menjadi masalah utama bagi Maroko. Pejabat itu mengatakan situasi sangat genting pada kaum muda dan kelompok itu menciptakan ulang rute latihan ke Afghanistan melalui Paksitan sekaligus baru saja mensponsori bom bunuh diri di Mauritania.

Sementara Menteri Luar Negeri, Taïeb Fassi Fihri berkata, “Kami tahu di mana letak risiko pada stabilitas kami. Kami tahu anak-anak mendengarkan lagu-lagu Islami tersebut, sehingga kami perlu bertindak cepat,"

Raja Mohammed, yang merayakan 10 tahun sebagai pemegang mahkota tahun ini telah bersumpah membantu kaum papa dan menghapus area kumuh, dikenal "bidonville" dimana radikalisme diduga berbenih di sana. Salah satu area kumuh, Sidi Moumen, adalah tempat di mana para pengebom tinggal telah dikembangkan.

Setengah dari penghuni ditarik keluar dan sekitar 700 keluarga dipindah ke batas luar kota, di mana mereka diberi lahan kecil berharga murah untuk membangun perumahan baru. Hamid al-Gout, 34 tahun, dilahirkan di Sidi Moumen dan membangun tempat tinggal seadanya di sana. Hampir setiap orang, menurut Hamid, telah dipenjara hal itu membuat grup-grup politik islam mengadakan pertemuan diam-diam.

"Kadang kita berbicara, sekitar 12 atau 14 orang, tentang kehidupan kami," ujar Hamid. Ia menambahkan hati hati, "Namun kini tidak ada pemikiran radikal di sini,"

Raja, yang menganggap dirinya sebagai pembaharu dan reformis, telah berinvestasi besar dalam pembangunan ekonomi, mengendorkan pengawasan ketat pada media, memberi lebih banyak hak pada kaum wanita dan memberikan titik terang pada kekerasan hak asasi manusia di masa lalu.

Itu semua, oleh dunia internasional, dianggap langkah besar di dalam wilayah yang didominasi negara dengan kontrol tanpa kompromi, macam Aljeria, Tunisia, Libya dan Mesir.

Lalu pada Maret, raja memutus hubungan diplomatik dengan Iran. Maroko menuduh Teheran melakukan "campur tangan tanpa toleransi terhadap urusan dalam negeri" dengan mencoba menyebarkan Syiah di Maroko dan merekrut warga Maroko di Eropa, terutama Iran untuk berpartisipasi dalam kegiatan terorisme, demikian disampaikan oleh Yassine.

Raja juga mencoba lebih membaur, contoh bepergian ke Maroko utara, di mana sang ayah dulu menolak pergi ke sana. Kawasan utara juga dianggap sebagai lahan subur ekstremisme dan rumah bagi anggota Al Qaidah, pengebom kota Madrid. Raja bahkan menggelar upacara tradisional yakni kerja sama atau baiaa, tahun ini, di Tetouan dan memberi pendanaan pengembangan secara signifikan di sana.

Namun respon dari warga Maroko juga mengerem upaya reformasi tersebut, bahkan masih ditemukan pengadilan korup dan peraturan yang menekan wanita demi tidak membakar pihak konservatif dan tradisional, terutama di sisi kaum miskin di mana kaum ekstrimis kerap ditemukan.

Berbagai serangan di dalam negeri pun mau tak mau ikut merusak jejak rekam hak asasi Maroko. Tahanan Muslim sering diperlakukan kasar di dalam penjara, kadang di sodomi dengan botol, demikian menurut penuturan Abdel Rahim Moutard, mantan tahanan. Ia juga mengatakan tangannya patah selama interogasi.

Ia dulu adalah pengelola Ennasir, organisasi kanan untuk para tahanan dan mantan tahanan. Namun, ketika ia dan beberapa orang keluar, mereka hanya mendapat sedikit bantuan baik dari masjid maupun Ennasir.

"Banyak yang terkejut setengah mati mengetahui negara akan memperlakukan kita seperti ini," ujar Abdel Rahim. "Setelah tindakan dengan botol itu, setiap kali pergi ke toilet pasti kami teringat, dan berpikir untuk membalas dendam,"

Para Kritikus juga melihat raja dan kawan-kawan dekatnya sebagai "kerabat kerajaan" antidemokrasi. Raja telah memusatkan banyak kekuatan ekonomi di dalam istana, demikian argumen mantan redaktur Journal Hebdomadaire, Aboubkr Jamai. Langkah menuju sistem lebih demokratis, dengan pembagian kekuasaan ke Parlemen atau monarko konstitusional masih jauh dari terwujud, paling tidak menurut Aboubkr, untuk saat ini.

Memang, penjabat menyatakan siap menghapus kemiskinan, buta huruf namun korupsi tetap menjadi tantangan serius. Raja, menurut para kritikus, telah membuat reformasi hukum sebagai tujuan utama.

Hanya saja dalam pesan yang ditayangkan di televisi nasional pada ulang tahun ke-10 sebagai raja, Mohammed VI berbicara soal kemiskinan dan pengembangan. Namun ia tidak menyebut kata korupsi, alih-alih ia hanya menyebutkan satu hal tentang "keadilan sosial" dan bukan tak mengungkit reformasi hukum. itz

Geliat Ilmu Pengetahuan di Era Dinasti Seljuk

Geliat Ilmu Pengetahuan di Era Dinasti Seljuk

By Republika Newsroom
Jumat, 28 Agustus 2009 pukul 09:10:00

Geliat Ilmu Pengetahuan di Era Dinasti Seljuk

Pada abad ke-11 hingga 14 M, kawasan Asia Tengah dan Timur Tengah dikuasai sebuah dinasti Islam bernama Seljuk. Pada masa itu, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Di zaman itu, madrasah dan rumah sakit tumbuh bak cendawan di musim hujan. Dinasti Seljuk pun tercatat telah turut mengibarkan bendera kejayaan Islam pada abad pertengahan.

Dinasti Seljuk dipimpin oleh suku Oguz Turki yang berasal dari Asia Tengah. Bangsa Seljuk mulai bermigrasi ke Anatolia sejak abad ke-11 M dan membentuk basis kekuatan yang hebat dalam dunia Islam. Migrasi bangsa Seljuk ke Anatolia yang begitu cepat dari timur menuju barat telah mengubah wajah dan karakter Anatolia yang sebelumnya memiliki karakter seperti negara Eropa.

Seiring pesatnya migrasi bangsa Seljuk, telah membuat Anatolia lebih berkarakter Turki dibandingkan Eropa, sejak abad ke-12 M. Seiring bergulirnya waktu, bangsa Seljuk pun berhasil membangun Kekaisaran Seljuk Agung yang wilayah kekuasaannya terbentang dari Anatolia hingga Asia Selatan.

Tak heran, jika sejarah menuliskan kebesaran dan keagungan Kekaisaran Seljuk Agung dengan tinta emas. Pada masa Pemerintahan Sultan Meliksah I, wilayah kekuasaan Dinasti Seljuk begitu luas, terbentang dari Kashgor sebuah daerah di ujung daerah Turki, sampai ke Yerussalem.

Wilayah yang luas itu dibagi menjadi lima bagian: Pertama, Seljuk Besar. Wilayahnya meliputi Khurasan, Rayy, Jabal, Irak, Persia, dan Ahwaz. Ia merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah seluruhnya delapan orang. Kedua, Seljuk Kirman. Wilayah kekuasaannya berada di bawah keluarga Qawurt Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Seljuk. Jumlah syekh yang memerintah dua belas orang.

Ketiga, Seljuk Irak dan Kurdistan. Pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din Mahmud. Seljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan syekh. Keempat Seljuk Suriah. Diperintah oleh keluarga Tutush ibnu Alp Arselan ibnu Daud ibnu Mikail ibnu Seljuk, jumlah syekh yang memerintah lima orang.

Kelima Seljuk Ruum. Diperintah oleh keluarga Qutlumish ibnu Israil ibnu Seljuk dengan jumlah syeikh yang memerintah seluruhnya 17 orang. Pada era kekuasaan Seljuk terdapat sejumlah penelitian mengenai kemajuan ilmu pengetahuan. Ada sejumlah peneliti yang menyebutkan bahwa pada masa ini terjadi stagnasi dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra, seni, juga ilmu filsafat di Dunia Islam.

Namun, berbagai macam peningggalan baik berupa buku-buku pengetahuan karya ilmuwan Muslim serta peninggalan budaya Islam pada era kekuasaan Dinasti Seljuk telah mematahkan dugaan itu. Megahnya sejumlah monumen dan masjid membuktikan bahwa pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk justru ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat di Dunia Islam.

Ada dua institusi penting yang berkembang pesat pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk, yakni madrasah dan rumah sakit. Pada masa itu, madrasah dan rumah sakit dibangun di mana-mana. Madrasah, perpustakaan dan rumah sakit bermunculan di wilayah-wilayah yang dikuasai Dinasti Seljuk, seperti kota Baghdad, Merv, Isfahan, Nishapur, Mosul, Damaskus, Kairo, Aleppo, Amid (Diyarbakir), Konya, Kayseri dan Malatya.

Insititusi itu berkembang menjadi pusat-pusat kebudayaan Seljuk Islam. Pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk, arsitektur bangunan banyak yang terbuat dari batu-batuan yang tahan lama. Sehingga berbagai macam bangunan yang dibangun bangsa Seljuk kebanyakan masih bertahan selama beberapa abad. Salah satu bukti bahwa ilmu pengetahuan dan sastra tidak padam pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk adalah banyaknya para ilmuwan dan intelektual Muslim yang terus mengembangkan ilmunya.

Beberapa ilmuwan dan budayawan terkemuka yang lahir pada masa itu antara lain; el-Juvayni, Ebu Ishak al-Shirazi, Omer al-Hayyam, al-Bedi' al-Usturlabi, Ebu'l-Berekat Hibetullah bin Malka el-Bagdadi, Samav'el al-Magribi, Serefeddin al-Tusa, Kamal al-din bin Yunus, Shahabeddin Yahya bin Habes al-Suhrawardi, Fahr al-din al-Razi, Ibnu al-Razzaz al-Jezeri, Ibnu al-Esir, serta Seyfeddin el-Amidi.

Pada era kepemimpinan Sultan Dinasti Seljuk Meliksah I (1072 -1092) di dunia islam pernah berdiri observatorium besar di kota Isfahan. Sedangkan seorang ilmuwan bernama Omer el-Hayyam dan teman-temannya memanfaatkan observatorium tersebut untuk melakukan penelitian hingga akhirnya menghasilkan karya berjudul Zic-i Melikshahi atau (Buku Tabel Astronomi) dan Takvim-i Jalali (Kelender Jalalaean).

Pada masa itu, seorang ilmuwan bernama El-Bed' al-Usturlabi menuliskan bukunya yang berjudul al-Zij al-Mahmudi (Buku Tabel Astronomi Mahmudi). Sedangkan, seorang ilmuwan yang bernama Ebu Mansur membuat karya berjudul el-Zij al-Senceri ( Buku Tabel Astronomi Senceri). Istana para Sultan Seljuk baik di Baghdad, Isfahan serta Merv selalu dipenuhi para pelajar, ilmuwan, juga para penulis. Mereka menuliskan karya-karyanya baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Persia. Bahkan Literatur Islam Persia mulai mendunia di bawah Dinasti Seljuk.

Beberapa penulis besar yang karyanya masih bisa dinikmati pada saat ini antara lain karya Jalaladdin-i Rumi Hakani, Senayi, Nizami, Attar, Mevlan, dan Sa'di. Para penulis besar tersebut hidup dan mempersembahkan karya-karyanya kepada para sultan Dinasti Seljuk. Kondisi ekonomi dan kesehatan masyarakat yang membaik di bawah kekuasaaan Dinasti Seljuk berhasil meningkatkan aktivitas dan prestasi masyarakatnya dalam bidang literatur, seni dan ilmu pengetahuan. Peningkatan aktivitas masyarakat dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan ini mendapat dorongan yang signifikan dari pemerintah Dinasti Seljuk.

Sejak abad-ke 14 M, ratusan madrasah ditemukan tersebar luas di Anatolia. Hampir setiap wilayah Anatolia terdapat madrasah. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Dinasti Seljuk sangat memperhatikan dunia pendidikan bagi rakyatnya. Gambaran berbeda terlihat di pusat Kekuasaan Islam di wilayah yang dikuasai bangsa lain seperti di Mesir, Syuriah, dan Palestina di mana madrasah hanya ditemukan di kota-kota besar saja, tidak seperti di Anatolia, baik di desa dan di kota pemerintah membangun madrasah. Madrasah-madrasah yang dibangun Dinasti Seljuk tersebut masih banyak yang berdiri dengan tegak hingga saat ini dan dapat ditemukan di berbagai kota besar, kota kecil, juga desa yang berada di Anatolia.

Saksi Kemajuan Sains Dinasti Seljuk


Berbagai macam peninggalan yang diwariskan Dinasti Seljuk telah menjadi bukti bahwa ilmu pengetahuan berkembang dengan baik, seperti ilmu fisika dan geometri. Hal itu tampakdari bangunan-bangunan peninggalan Dinasti Seljuk yang hingga kini masih berdiri kokoh dan megah.

* Masjid

Kehebatan para arsitektur Dinasti Seljuk terlihat pada arsitektur dan teknik bangunan masjid-masjidnya. Masjid Seljuk sering disebut Masjid Kiosque. Bangunan masjid ini biasanya lebih kecil yang terdiri dari sebuah kubah, berdiri melengkung dengan tiga sisi yang terbuka. Itulah ciri khas masjid Kiosque. Model masjid khas Seljuk ini seringkali dihubungkan dengan kompleks bangunan yang luas seperti karavanserai serta madrasah.

* Karavanserai


Para sultan Dinasti Seljuk banyak membangun karavanserai sebagi tempat singgah bagi para musafir. Selain itu, karavanserai juga dibangun untuk kepentingan perdagangan dan bisnis. Para musafir maupun pedagang dari berbagai negeri akan dijamu di karavanserai selama beberapa hari secara gratis.

Bangunan karavanserai sendiri terdiri dari halaman, dan ruang utama di mana terdapat banyak kamar untuk menginap. Karavanserai pertama kali dibangun pada 1078 M oleh Sultan Nasr di antara rute Bukhara hingga Samarkand. Struktur bangunan karavanserai Seljuk meniru istana padang pasir Dinasti Abbasiyah yang berbentuk segi empat.

* Madrasah

Bangunan madrasah Dinasti Seljuk pertama kali muncul di Khurasan pada awal abad ke-10 M, sebagai sebuah adaptasi dari rumah para guru untuk menerima murid. Pada pertengahan abad ke-11 M, bangunan madrasah diadopsi oleh penguasa Seljuk Emir Nizham Al-Mulk menjadi bangunan publik.

Emir Nizham Al-Mulk sendiri terispirasi oleh penguasa Ghaznawiyyah dari Persia. Di Persia, madrasah dijadikan tempat pembelajaran teknologi. Madrasah tertua yang dibangun Nizham Al-Mulk terdapat di Baghdad pada 1067 M.

Madrasah yang dibangun Dinasti Seljuk terdiri dari halaman gedung yang dikelilingi tembok dan dilengkapi dengan asrama untuk menginap para pelajar. Selain itu, di dalam madrasah juga terdapat banyak ruang belajar. Bangunan madrasah Seljuk sesuai dengan arsitektur Iran.

* Menara

Bentuk menara masjid yang dibangun oleh Dinasti Seljuk cenderung mengadopsi menara silinder sebagai ganti menara berbentuk segi empat.

* Mausoleum


Bangunan mausoleum (makam yang indah dan megah) warisan Dinasti Seljuk menampilkan beragam bentuk termasuk oktagonal (persegi delapan), berbentuk silinder dan bentuk-bentuk segi empat ditutupi dengan kubah (terutama di Iran). Selain itu ada pula yang atapnya berbentuk kerucut terutama yang berada di Anatolia.

Bangunan mausoleum biasanya dibangun di sekitar tempat tinggal tokoh atau bisa pula letaknya dekat masjid atau madrasah. Dinasti seljuk membangun mausoleum untuk memakamkan dan menghormati kebesaran para penguasa dinasti tersebut. dya

Imam Hanbali, Pemegang Teguh Hadis Nabi

Imam Hanbali, Pemegang Teguh Hadis Nabi

By Republika Newsroom
Jumat, 28 Agustus 2009 pukul 12:01:00


Imam Hanbali, Pemegang Teguh Hadis Nabi

Karyanya yang terkenal adalah Musnad Imam Ahmad.

''Ia murid paling cendekia yang pernah saya jumpai selama di Baghdad. Sikapnya menghadapi sidang pengadilan dan menanggung cobaan akibat tekanan khalifah Abbasiyah karena menolak doktrin resmi Muktazilah merupakan saksi hidup watak agung dan kegigihan yang mengabdikannya sebagai tokoh besar sepanjang masa.'' Penilaian ini diungkapkan oleh Imam Syafi'i, yang tak lain adalah guru Imam Hanbali.

Imam Hanbali yang bernama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hanbal adalah seorang ulama besar di bidang hadis dan fikih yang pernah dimiliki dunia Islam. Dilahirkan di Salam, Baghdad, pada 164 H, Imam Hanbali sudah menunjukkan kecerdasannya sejak usia dini. Ketika usianya relatif muda, ia sudah hafal Alquran.

Beliau mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota Baghdad. Saat itu, kota Baghdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam, yang penuh dengan manusia yang berbeda asalnya dan beragam kebudayaannya, serta penuh dengan beragam jenis ilmu pengetahuan. Di sana tinggal para qari’, ahli hadis, para sufi, ahli bahasa, filosof, dan sebagainya.

Perhatiannya sangat besar pada ilmu pengetahuan. Ia dengan tekun belajar hadis, bahasa, dan administrasi. Ia banyak menimba ilmu dari sejumlah ulama dan para fukaha besar, antara lain Abu Yusuf (seorang hakim dan murid Abu Hanifah) dan Hisyam bin Basyir bin Abi Kasim (ulama hadis di Baghdad). Ia juga berguru kepada Imam Syafi'i, dan mengikutinya sampai ke Baghdad. Suatu ketika seseorang menegurnya, ''Anda telah sampai ke tingkat mujtahid dan pantas menjadi imam. Mengapa masih menuntut ilmu?Apakah Anda akan membawa tinta ke kuburan?'' Imam Hanbali pun menjawab, ''Saya akan menuntut ilmu sampai saya masuk ke liang kubur.''

Disamping itu ia juga menaruh perhatian besar kepada hadis-hadis Nabi SAW. Karena perhatiannya yang besar, banyak ulama, seperti Ibnu Nadim, Ibnu Abd al-Bar, at-Tabari, dan Ibnu Qutaibah, menggolongkan Imam Hanbali ke dalam golongan ahli hadis, bukan golongan mujtahid. Namun inilah sebenarnya karakteristik Mazhab Hanbali. Mazhab itu selalu berpedoman pada teks-teks hadis dan mempersempit ruang penggunaan kias dan akal.

Begitu besar perhatiannya kepada hadis, sehingga ia pergi melawat ke berbagai kota untuk mendapatkan hadis, antara lain ia pernah ke Hedzjaz, Kufah, dan Basra. Atas usahanya itu, akhirnya ia dapat menghimpun ribuan hadis yang dimuat dalam karyanya Musnad Ahmad ibn Hanba. Beliau menyusun kitabnya yang terkenal itu dalam jangka waktu sekitar enam puluh tahun.

Kitab ini menghimpun 40.000 hadis yang diseleksi dari sekitar 700.000 hadis yang dihapalnya. Namun Imam Abdul Aziz al-Khuli (seorang ulama yang menulis banyak biografi tokoh-tokoh sahabat dan tabiin) berpendapat bahwa ada 10.000 hadis yang berulang dalam kitab itu. Jadi menurutnya, kitab itu hanya mengandung 30.000 hadis. Sebagian besar ulama menganggap hadis dalam kitab ini sahih, tetapi ada juga ulama yang menyatakan beberapa hadis dalam kitab itu lemah.

Disamping Musnad Ahmad Ibn Hanbal, Imam Hanbali juga menyusun kitab Tafsir Alquran dan kitab an-Nasikh wa al-Mansukh (kitab mengenai ayat-ayat yang menghapuskan dan dihapuskan hukumnya). Beliau juga menyusun kitab al-Manasik ash-Shagir dan al-Kabir, kitab az-Zuhud, kitab ar-Radd ‘ala al-Jahmiyah wa az-Zindiqah (bantahan kepada Jahmiyah dan Zindiqah), kitab as-Shalah, kitab as-Sunnah, kitab al-Wara ‘ wa al-Iman, kitab al-‘Ilal wa ar-Rijal, kitab al-Asyribah, satu juz tentang Ushul as-Sittah, Fadha’il ash-Shahabah.

Tak hanya pandai, Imam Hanbali dikenal tekun beribadah dan dermawan. Imam Ibrahim bin Hani, salah seorang ulama terkenal yang jadi sahabatnya menjadi saksi akan kezuhudan Imam Hanbali. ''Hampir setiap hari ia berpuasa dan tidurnya pun sedikit sekali di waktu malam. Ia lebih banyak shalat malam dan witir hingga Subuh tiba,'' katanya.

Mengenai kedermawanannya, Imam Yahya bin Hilal, salah seorang ulama ahli fikih, berkata, ''Aku pernah datang kepada Imam Hanbali, lalu aku diberinya uang sebanyak empat dirham sambil berkata, ''Ini adalah rezeki yang kuperoleh hari ini dan semuanya kuberikan kepadamu.''

Pujian dan Penghormatan

Imam Syafi‘i pernah mengusulkan kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, pada hari-hari akhir hidup khalifah tersebut, agar mengangkat Imam Hanbali menjadi qadhi di Yaman, tetapi Imam Hanbali menolaknya dan berkata kepada Imam Syafi‘i, ''Saya datang kepada Anda untuk mengambil ilmu dari Anda, tetapi Anda malah menyuruh saya menjadi qadhi untuk mereka.'' Setelah itu pada tahun 195 H, Imam Syafi‘i mengusulkan hal yang sama kepada Khalifah al-Amin, tetapi lagi-lagi Imam Hanbali menolaknya.

Suatu hari, Imam Syafi‘i masuk menemui Imam Ahmad dan berkata, ''Engkau lebih tahu tentang hadis dan perawi-perawinya. Jika ada hadis shahih (yang engkau tahu), maka beri tahulah aku. Insya Allah, jika (perawinya) dari Kufah atau Syam, aku akan pergi mendatanginya jika memang shahih.'' Imam Syafi‘i juga berkata, ''Aku keluar (meninggalkan) Baghdad, sementara itu tidak aku tinggalkan di kota tersebut orang yang lebih wara’, lebih faqih, dan lebih bertakwa daripada Ahmad bin Hanbal.''

Abdul Wahhab al-Warraq berkata, ''Aku tidak pernah melihat orang yang seperti Ahmad bin Hanbal''. Orang-orang bertanya kepadanya, “Dalam hal apakah dari ilmu dan keutamaannya yang engkau pandang dia melebihi yang lain?'' Al-Warraq menjawab, ''Dia seorang yang jika ditanya tentang 60 ribu masalah, dia akan menjawabnya dengan berkata, ‘Telah dikabarkan kepada kami,’ atau, 'Telah disampaikan hadis kepada kami’.''

Sementara Ahmad bin Syaiban berkata, ''Aku tidak pernah melihat Yazid bin Harun memberi penghormatan kepada seseorang yang lebih besar daripada kepada Ahmad bin Hanbal. Dia akan mendudukkan beliau di sisinya jika menyampaikan hadits kepada kami. Dia sangat menghormati beliau, tidak mau berkelakar dengannya.'' Padahal seperti diketahui bahwa Yazid bin Harun adalah salah seorang guru beliau.

Perlawanan Terhadap Muktazilah

Imam Hanbali juga dikenal teguh memegang pendirian. Mazhab yang didirikan oleh Imam Hanbali dan mucul paling akhir adalah Mazhab Hanbali. Mazhab itu berpegang kepada hadis Nabi SAW dan tradisi para sahabat. Para pengamat menganggap mazhab itu merupakan kristalisasi paling nyata dari mazhab para sahabat karena Hanbali menaruh perhatian besar terhadap fatwa para sahabat.

Kemunculan mazhab Hanbali merupakan reaksi terhadap sikap yang berlebihan dari beberapa aliran Islam, seperti Syiah, Khawarij, Muktazilah, Kadariah, dan Murji'ah. Aliran Muktazilah, misalnya, yang di masa hidup Imam Hanbali tengah berjaya. Dukungan Khalifah Al Ma'mun dari Dinasti Abbasiyah yang menjadikan aliran ini sebagai madzhab resmi negara. Salah satu ajaran yang diyakini penganut Muktazilah adalah bahwa Alquran merupakan makhluk atau ciptaan Tuhan. Banyak umat Islam yang menolak pandangan itu.

Imam Hanbali termasuk yang menentang paham tersebut. Akibatnya, ia pun dipenjara dan disiksa oleh Khalifah al-Mu'tasim, putra Al Ma'mun. Siksaan ini berlangsung hingga kepemimpinan Dinasti Abbasiyah dipegang oleh al-Wasiq yang menggantikan ayahnya, al-Mu'tasim. Siksaan tersebut makin meneguhkan sikap Hanbali menentang paham Muktazilah. Sikapnya itu membuat umat makin bersimpati kepadanya sehingga pengikutnya makin banyak kendati ia mendekam dalam penjara.

Sepeninggal Khalifah al-Wasiq, Imam Hanbali menghirup udara kebebasan. Khalifah al-Mutawakkil, sang pengganti, membebaskan Imam Hanbali dan memuliakannya. Namanya pun makin terkenal dan banyaklah ulama dari berbagai pelosok belajar kepadanya. Diantara para ulama yang belajar kepadanya adalah Imam Hasan bin Musa, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Abu Zur'ah Ad Dimasyqi, Imam Abu Zuhrah, Imam Ibnu Abi, dan Imam Abu Bakar Al Asram.

Pada awalnya mazhab Hanbali hanya berkembang di wilayah Irak. Baru pada abad ke-6 H, mazhab ini berkembang hingga ke Mesir. Perkembangan pesat terjadi pada abad ke-11 dan ke-12 H, berkat usaha Ibnu Taimiyyah (wafat 728 H) dan Ibnu Qayyim (wafat 751 H). Kedua tokoh inilah yang membuka mata banyak orang untuk memberikan perhatian pada fikih Imam Hanbali, khususnya dalam bidang muamalah. Kini, mazhab tersebut banyak dianut umat Islam di kawasan Timur Tengah.

Sebagaimana ketiga Imam lainnya, Syafi'i, Hanafi dan Maliki, oleh para muridnya, ajaran-ajaran Imam Hanbali dijadikan patokan dalam praktik ritual keagamaan, khususnya dalam masalah fikih. Sebagai pendiri mazhab tersebut, Imam Hanbali memberikan perhatian khusus pada masalah ritual keagamaan, terutama yang bersumber pada sunah Nabi SAW.

Menurut Ibnu Qayyim, ada lima landasan pokok yang dijadikan dasar penetapan hukum dan fatwa mazhab Hanbali. Pertama, Alquran dan Hadis. Jika pada keduanya tidak ditemukan jawaban, ia melakukan langkah kedua, yaitu merujuk kepada fatwa sahabat yang diketahui tidak ada yang menentangnya.

Adapun yang ketiga adalah menggunakan pendapat sahabat yang lebih sesuai dengan Alquran dan Sunah Nabi SAW. Jika tidak ditemukan juga jawabannya, ia melakukan langkah keempat, yaitu menggunakan hadis mursal (hadis yang tidak menyebutkan nama sahabat yang meriwayatkannya) dan daif (lemah).

Terakhir, apabila ia tidak menemukan penjelasan pada kedua hadis itu, ia menggunakan metode kias. Namun metode ini hanya dilakukan dalam keadaan darurat. dia/taq/berbagai sumber

Piri Reis, Kartografer Terkemuka di Abad XVI

Piri Reis, Kartografer Terkemuka di Abad XVI

By Republika Newsroom
Jumat, 28 Agustus 2009 pukul 13:01:00

Peradaban Islam pernah memiliki seorang geografer dan kartografer (pembuat peta) terkemuka pada abad ke-16 M. Sang kartografer berhasil membuat peta yang kerap disebut sebagai petunjuk dunia baru. Geografer sekaligus kartografer kebanggaan Kekhalifahan Turki Usmani itu bernama Piri Reis..

Geografer masyhur itu bernama lengkap Hadji Muhiddin Piri Ibnu Hadji Mehmed. Ia terlahir di kota Gallipoli yang terletak di dekat Pantai Aegea pada 1465. Selain dikenal sebagai seorang geografer dan kartografer, Piri juga sembat menduduki jabatan Laksamana di Kekhalifahan Turki Usmani.

Jejak hidup Piri mulai diperbincangkan, ketika para sejarawan menemukan peta dunia yang dibuatnya pada 1513 M. Peta dunia yang diciptakan Piri ditemukan di Istana Topkapi Istanbul pada 1929. Yang paling menakjubkan, peta buatan Piri itu mampu menampilkanpeta Amerika zaman kuno.

Tak heran, jika peta yang diciptakannya ditabalkan sebagai ''petunjuk dunia baru''. Salah satu peta Amerika tertua lainnya sempat dibuat Juan de la Cosa pada 1500 M, yang sampai saat ini masih disimpan di dalam Museum Kelautan di Madrid, Spanyol.

Peta karya Piri begitu fenomenal. Betapa tidak, dalam peta dunia pertamanya, Piri berhasil menampilkan peta dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi dalam menggambarkan jarak dan posisi antarbenua yang ada di dunia. Posisi benua Afrika dan Amerika dibuat demikian detil dan teliti, termasuk memasukkan gambar Amerika Selatan.

Kehebatan Piri juga terletak pada kemampuannya menggambarkan posisi-posisi benua maupun negara-negara dengan letak yang akurat. Sangat sulit untuk menemukan kartografer sehebat Piri, pada zamannya. Peta buatan Piri dikenal sangat akurat. Berkat kehebatannya itulah, Piri pun menjelma menjadi kartografer terkemuka pada zamannya.

Sejumlah ahli mengatakan Piri membuat peta dunia pertamanya dengan pusatnya di Sahara.
Namun, seorang ilmuwan yang bernama Charles Hapgood dalam bukunya yang berjudul Maps of the Ancient Sea Kings: Evidence of Advanced Civilization in the Ice Age, menduga, Piri membuat peta dunia pertamanya berdasarkan pengetahuannya tentang Antartika dari peradaban Zaman Es.

Pada 1528, Piri membuat peta dunianya yang kedua dengan menggambarkan Greenland dan Amerika Utara dari Labardor, Newfoundland, hingga ke arah utara menuju Florida, Kuba, dan bagian dari Amerika Tengah.

Sebelum berkiprah dalam bidang geografi dan kartografi, Piri mulai bekerja di Angkatan Laut Kekhalifahan Turki Usmani pada 1481. Ia mengikuti jejak pamannya yang bernama Kemal Reis, pelaut ulung pada masa itu. Berbagai ekspedisi diikuti Piri dalam kariernya sebagai seorang marinir.Pada saat berekspedisi bersama Angkatan Laut Turki Usmani, Piri ikut bertarung melawan pasukan angkatan laut Spanyol, Genoa, juga Venezia. Dia juga ikut bertempur dalam Pertempuran Lepanto I pada 1499. Pa 1500, ia terlibat dalam Pertempuran Lepanto II, yang juga dikenal sebagai Pertempuran Modon.

Setelah pamannya Kemal Reis meninggal pada 1511, Piri kembali dari pertempuran menuju Gallipoli. Dia lalu mulai menulis bukunya yang berjudul Kitab-i Bahriye (Buku Tentang Navigasi). Pada 1513, dia membuat peta dunianya yang pertama berdasarkan puluhan peta tua yang dia koleksi dan dari perjalanannya.

Rupanya Piri juga memiliki koleksi peta buatan Christopher Columbus. Menurut catatan sejarah, Piri mendapatkan peta dari pamannya Kemal Reis yang diperoleh saat bertempur dengan pasukan Spanyol. Pada waktu itu, pamannya menangkap tujuh kapal Spanyol di Valencia, di sana terdapat beberapa kru Columbus yang membawa peta itu, dan merebutnya dari mereka.

Pada 1516, Piri kembali melaut dengan kapal milik Kekaisaran Turki Usmani. Dia ikut bertempur melawan Mesir pada 1516 hingga 1517. Pada tahun yang sama, dia juga berhasil menunjukkan peta dunianya yang pertama kepada Sultan Selim I.

Piri kemudian menyelesaikan karyanya Kitab-i Bahriye pada 1521. Lalu dia ikut bertempur melawan Ksatria St John dengan pasukan Kekaisaran Turki Usmani. Dalam pertempuran tersebut Ksatria St John kalah dan menyerahkan Pulau Rhodes kepada Turki Usmani pada t25 Desember 1522.

Dua tahun kemudian, Piri didaulat menjadi kapten kapal Turki Usmani dan mengantarkan Wazir Kekaisaran Turki Usmani, Makbul Ibrahim Pasah menuju Mesir. Sang wazir kemudian memberitahu Piri untuk mengedit bukunya dan menghadiahkan buku tersebut kepada Sultan Sulaiman Yang Agung pada 1525.

Tiga tahun kemudian, dia mempersembahkan peta dunia keduanya kepada Sultan Sulaiman. Berkat prestasinya yang semakin moncer, pada 1547, Piri diangkat sebagai laksamana armada Turki Usmani. Dia memimpin armadanya ke Samudera Hindia dan ke Mesir lalu membuat kantor di terusan Suez.

Setahun kemudian, tepatnya pada 26 Februari 1548, dia mengambil Aden dari Portugis dan mengambil Muskat, Oman yang berada di bawah kekuasaan Portugis sejak 1507 dan menjadi pulau yang penting di Kish. Dalam ekspedi berikutnya, Piri menaklukan Pulau Hormuz yang terletak di Selat Hormuz yang menjadi pintu masuk menuju Teluk Persia.

Ketika Portugis mulai meningkatkan perhatiannya ke Teluk Persia, Piri berusaha keras menaklukkan Semenanjung Qatar dan Pulau Bahrain. Penaklukan kedua wilayah tersebut dilakukan oleh Piri untuk mengusir dan mendesak Portugis supaya tidak memiliki armada di pantai-pantai di Arab. Hal itu tentu saja akan menyulitkan Portugis untuk menaklukan wilayah-wilayah di Timur Tengah.

Setelah melakukan penaklukan kedua wilayah tersebut, dia kembali lagi ke Mesir. Ketika usianya mencapai 90 tahun, dia menolak permintaan Gubernur Basra di bawah kekaisaran Turki Usmani untuk membantu melawan Portugis di bagian Utara Teluk Persia mengingat usianya yang semakin renta. Dia khawatir dengan kekuatan kondisi fisiknya yang semakin lemah.

Hingga kini, kiprah dan dedikasi Piri terus dikenang masyarakat Turki. Guna mengenang jasanya yang tak ternilai, sejumlah kapal perang dan kapal laut milik Angkatan Laut Turki diberi nama Piri Reis.

Kitab-i Bahriye, Adikarya Sang Kartografer

Kitab-i Bahriye berarti buku tentang Navigasi. Ini merupakan salah satu karya Piri Reis yang sangat legendaris. Buku tersebut merupakan buku navigasi yang diaukui kehebatannya, sangat bagus dan detail. Kitab-i Bahriye berisi informasi yang mendetil tentang pelabuhan-pelabuhan utama, laut, teluk, semenanjung, tanjung, berbagai pulau, selat, juga tempat-tempat peristirahatan di Laut Mediterania.

Dalam buku tersebut, Piri juga menuliskan tentang informasi yang berhubungan antara astronomi dengan navigasi. Selain itu, dia juga menginformasikan tentang berbagai macam teknik navigasi di lautan. Buku tersebut juga berisi mengenai orang-orang lokal dari setiap negara yang terletak di Laut Mediterania, termasuk juga budaya lokalnya.

Kitab-i Bahriye ditulis Piri antara 1511 hingga 1521. Lalu buku tersebut diedit lagi dengan penambahan berbagai macam informasi baru pada 1524. Piri mendedikasikan buku itu untuk Sultan Sulaiman. Buku tersebut merupakan hasil perjalanan bersama pamannya Kemal Reis selama berkeliling Laut mediterania.

Dalam buku setebal 434 halaman itu terdapat sebanyak 290 peta. Kitab-i Bahriye memiliki dua bagian penting. Bagian pertama berisi tentang tipe-tipe badai di laut, teknik menggunakan kompas, juga informasi tentang pelabuhan dan pantai-pantai. Dia juga menuliskan teknik navigasi berdasarkan bintang dan karakteristik samudera-samudera utama.

Bagian kedua dari Kitab-i Bahriye berisi tentang pentujuk pelayaran. Setiap topik berisi gambar peta tentang pulau maupun pantai. Di bagian kedua dia menggambarkan Selat Dardanela, terus menggambarkan pulau-pulau dan pantai-pantai di Laut Aegea, Laut Ionea, Laut Adriatik, Laut Tirania, Laut Liguria serta Riviera Prancis.

Piri juga melengkapinya dengan Pulau-pulau Balearik, Pantai Spanyol, Selat Gibraltar, Pulau Canary, Pantai-pantai di Afrika Utara, Mesir, Sungai Nil, juga pantai-pantai di Anatolia. Pada bagian ini, dia juga menuliskan berbagai macam bangunan penting maupun monumen di setiap kota yang dia kunjungi.

Kopian pertama Kitab-i Bahriye banyak ditemukan di berbagai perpustakaan dan museum di seluruh dunia. Kopian yang pertama yang diterbitkan pada 1521, ditemukan tersimpan di Istana Topkapi, sedangkan kopian lainnya tersimpan di perpustakaan Nuruosmaniye dan perpustakaan Suleymaniye di Istanbul, di Perputakaan Nasional Vienna, di Perputakaan Nasional Prancis, di Museum Inggris di London, di Perpustakaan Bodleian di Oxford, juga di museum seni Walters di Baltimore.

Sedangkan kopian kedua Kitab-i Bahriye juga ditemukan di Istana Topkapi, di Perpustakaan Kopruluzade Fazil Ahmed Pasa dan di Perpustakaan Suleymaniye Turki, juga di Perpustakaan nasional Prancis. dya

Piri Reis, Kartografer Terkemuka di Abad XVI

Piri Reis, Kartografer Terkemuka di Abad XVI

By Republika Newsroom
Jumat, 28 Agustus 2009 pukul 13:01:00

Peradaban Islam pernah memiliki seorang geografer dan kartografer (pembuat peta) terkemuka pada abad ke-16 M. Sang kartografer berhasil membuat peta yang kerap disebut sebagai petunjuk dunia baru. Geografer sekaligus kartografer kebanggaan Kekhalifahan Turki Usmani itu bernama Piri Reis..

Geografer masyhur itu bernama lengkap Hadji Muhiddin Piri Ibnu Hadji Mehmed. Ia terlahir di kota Gallipoli yang terletak di dekat Pantai Aegea pada 1465. Selain dikenal sebagai seorang geografer dan kartografer, Piri juga sembat menduduki jabatan Laksamana di Kekhalifahan Turki Usmani.

Jejak hidup Piri mulai diperbincangkan, ketika para sejarawan menemukan peta dunia yang dibuatnya pada 1513 M. Peta dunia yang diciptakan Piri ditemukan di Istana Topkapi Istanbul pada 1929. Yang paling menakjubkan, peta buatan Piri itu mampu menampilkanpeta Amerika zaman kuno.

Tak heran, jika peta yang diciptakannya ditabalkan sebagai ''petunjuk dunia baru''. Salah satu peta Amerika tertua lainnya sempat dibuat Juan de la Cosa pada 1500 M, yang sampai saat ini masih disimpan di dalam Museum Kelautan di Madrid, Spanyol.

Peta karya Piri begitu fenomenal. Betapa tidak, dalam peta dunia pertamanya, Piri berhasil menampilkan peta dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi dalam menggambarkan jarak dan posisi antarbenua yang ada di dunia. Posisi benua Afrika dan Amerika dibuat demikian detil dan teliti, termasuk memasukkan gambar Amerika Selatan.

Kehebatan Piri juga terletak pada kemampuannya menggambarkan posisi-posisi benua maupun negara-negara dengan letak yang akurat. Sangat sulit untuk menemukan kartografer sehebat Piri, pada zamannya. Peta buatan Piri dikenal sangat akurat. Berkat kehebatannya itulah, Piri pun menjelma menjadi kartografer terkemuka pada zamannya.

Sejumlah ahli mengatakan Piri membuat peta dunia pertamanya dengan pusatnya di Sahara.
Namun, seorang ilmuwan yang bernama Charles Hapgood dalam bukunya yang berjudul Maps of the Ancient Sea Kings: Evidence of Advanced Civilization in the Ice Age, menduga, Piri membuat peta dunia pertamanya berdasarkan pengetahuannya tentang Antartika dari peradaban Zaman Es.

Pada 1528, Piri membuat peta dunianya yang kedua dengan menggambarkan Greenland dan Amerika Utara dari Labardor, Newfoundland, hingga ke arah utara menuju Florida, Kuba, dan bagian dari Amerika Tengah.

Sebelum berkiprah dalam bidang geografi dan kartografi, Piri mulai bekerja di Angkatan Laut Kekhalifahan Turki Usmani pada 1481. Ia mengikuti jejak pamannya yang bernama Kemal Reis, pelaut ulung pada masa itu. Berbagai ekspedisi diikuti Piri dalam kariernya sebagai seorang marinir.Pada saat berekspedisi bersama Angkatan Laut Turki Usmani, Piri ikut bertarung melawan pasukan angkatan laut Spanyol, Genoa, juga Venezia. Dia juga ikut bertempur dalam Pertempuran Lepanto I pada 1499. Pa 1500, ia terlibat dalam Pertempuran Lepanto II, yang juga dikenal sebagai Pertempuran Modon.

Setelah pamannya Kemal Reis meninggal pada 1511, Piri kembali dari pertempuran menuju Gallipoli. Dia lalu mulai menulis bukunya yang berjudul Kitab-i Bahriye (Buku Tentang Navigasi). Pada 1513, dia membuat peta dunianya yang pertama berdasarkan puluhan peta tua yang dia koleksi dan dari perjalanannya.

Rupanya Piri juga memiliki koleksi peta buatan Christopher Columbus. Menurut catatan sejarah, Piri mendapatkan peta dari pamannya Kemal Reis yang diperoleh saat bertempur dengan pasukan Spanyol. Pada waktu itu, pamannya menangkap tujuh kapal Spanyol di Valencia, di sana terdapat beberapa kru Columbus yang membawa peta itu, dan merebutnya dari mereka.

Pada 1516, Piri kembali melaut dengan kapal milik Kekaisaran Turki Usmani. Dia ikut bertempur melawan Mesir pada 1516 hingga 1517. Pada tahun yang sama, dia juga berhasil menunjukkan peta dunianya yang pertama kepada Sultan Selim I.

Piri kemudian menyelesaikan karyanya Kitab-i Bahriye pada 1521. Lalu dia ikut bertempur melawan Ksatria St John dengan pasukan Kekaisaran Turki Usmani. Dalam pertempuran tersebut Ksatria St John kalah dan menyerahkan Pulau Rhodes kepada Turki Usmani pada t25 Desember 1522.

Dua tahun kemudian, Piri didaulat menjadi kapten kapal Turki Usmani dan mengantarkan Wazir Kekaisaran Turki Usmani, Makbul Ibrahim Pasah menuju Mesir. Sang wazir kemudian memberitahu Piri untuk mengedit bukunya dan menghadiahkan buku tersebut kepada Sultan Sulaiman Yang Agung pada 1525.

Tiga tahun kemudian, dia mempersembahkan peta dunia keduanya kepada Sultan Sulaiman. Berkat prestasinya yang semakin moncer, pada 1547, Piri diangkat sebagai laksamana armada Turki Usmani. Dia memimpin armadanya ke Samudera Hindia dan ke Mesir lalu membuat kantor di terusan Suez.

Setahun kemudian, tepatnya pada 26 Februari 1548, dia mengambil Aden dari Portugis dan mengambil Muskat, Oman yang berada di bawah kekuasaan Portugis sejak 1507 dan menjadi pulau yang penting di Kish. Dalam ekspedi berikutnya, Piri menaklukan Pulau Hormuz yang terletak di Selat Hormuz yang menjadi pintu masuk menuju Teluk Persia.

Ketika Portugis mulai meningkatkan perhatiannya ke Teluk Persia, Piri berusaha keras menaklukkan Semenanjung Qatar dan Pulau Bahrain. Penaklukan kedua wilayah tersebut dilakukan oleh Piri untuk mengusir dan mendesak Portugis supaya tidak memiliki armada di pantai-pantai di Arab. Hal itu tentu saja akan menyulitkan Portugis untuk menaklukan wilayah-wilayah di Timur Tengah.

Setelah melakukan penaklukan kedua wilayah tersebut, dia kembali lagi ke Mesir. Ketika usianya mencapai 90 tahun, dia menolak permintaan Gubernur Basra di bawah kekaisaran Turki Usmani untuk membantu melawan Portugis di bagian Utara Teluk Persia mengingat usianya yang semakin renta. Dia khawatir dengan kekuatan kondisi fisiknya yang semakin lemah.

Hingga kini, kiprah dan dedikasi Piri terus dikenang masyarakat Turki. Guna mengenang jasanya yang tak ternilai, sejumlah kapal perang dan kapal laut milik Angkatan Laut Turki diberi nama Piri Reis.

Kitab-i Bahriye, Adikarya Sang Kartografer

Kitab-i Bahriye berarti buku tentang Navigasi. Ini merupakan salah satu karya Piri Reis yang sangat legendaris. Buku tersebut merupakan buku navigasi yang diaukui kehebatannya, sangat bagus dan detail. Kitab-i Bahriye berisi informasi yang mendetil tentang pelabuhan-pelabuhan utama, laut, teluk, semenanjung, tanjung, berbagai pulau, selat, juga tempat-tempat peristirahatan di Laut Mediterania.

Dalam buku tersebut, Piri juga menuliskan tentang informasi yang berhubungan antara astronomi dengan navigasi. Selain itu, dia juga menginformasikan tentang berbagai macam teknik navigasi di lautan. Buku tersebut juga berisi mengenai orang-orang lokal dari setiap negara yang terletak di Laut Mediterania, termasuk juga budaya lokalnya.

Kitab-i Bahriye ditulis Piri antara 1511 hingga 1521. Lalu buku tersebut diedit lagi dengan penambahan berbagai macam informasi baru pada 1524. Piri mendedikasikan buku itu untuk Sultan Sulaiman. Buku tersebut merupakan hasil perjalanan bersama pamannya Kemal Reis selama berkeliling Laut mediterania.

Dalam buku setebal 434 halaman itu terdapat sebanyak 290 peta. Kitab-i Bahriye memiliki dua bagian penting. Bagian pertama berisi tentang tipe-tipe badai di laut, teknik menggunakan kompas, juga informasi tentang pelabuhan dan pantai-pantai. Dia juga menuliskan teknik navigasi berdasarkan bintang dan karakteristik samudera-samudera utama.

Bagian kedua dari Kitab-i Bahriye berisi tentang pentujuk pelayaran. Setiap topik berisi gambar peta tentang pulau maupun pantai. Di bagian kedua dia menggambarkan Selat Dardanela, terus menggambarkan pulau-pulau dan pantai-pantai di Laut Aegea, Laut Ionea, Laut Adriatik, Laut Tirania, Laut Liguria serta Riviera Prancis.

Piri juga melengkapinya dengan Pulau-pulau Balearik, Pantai Spanyol, Selat Gibraltar, Pulau Canary, Pantai-pantai di Afrika Utara, Mesir, Sungai Nil, juga pantai-pantai di Anatolia. Pada bagian ini, dia juga menuliskan berbagai macam bangunan penting maupun monumen di setiap kota yang dia kunjungi.

Kopian pertama Kitab-i Bahriye banyak ditemukan di berbagai perpustakaan dan museum di seluruh dunia. Kopian yang pertama yang diterbitkan pada 1521, ditemukan tersimpan di Istana Topkapi, sedangkan kopian lainnya tersimpan di perpustakaan Nuruosmaniye dan perpustakaan Suleymaniye di Istanbul, di Perputakaan Nasional Vienna, di Perputakaan Nasional Prancis, di Museum Inggris di London, di Perpustakaan Bodleian di Oxford, juga di museum seni Walters di Baltimore.

Sedangkan kopian kedua Kitab-i Bahriye juga ditemukan di Istana Topkapi, di Perpustakaan Kopruluzade Fazil Ahmed Pasa dan di Perpustakaan Suleymaniye Turki, juga di Perpustakaan nasional Prancis. dya

Kamis, 27 Agustus 2009

Ali Syari'ati, Simbol Kaum Muda Iran Abad 20

Ali Syari'ati, Simbol Kaum Muda Iran Abad 20

By Republika Newsroom
Rabu, 26 Agustus 2009 pukul 06:25:00
Selain Ayatullah Ruhollah Khomeini, Iran juga memiliki tokoh besar yang amat berpengaruh khususnya di kalangan intelektual muda, dalam memobilisasi perlawanan terhadap Syah Iran. Tokoh itu bernama Ali Syari’ati. Ia merupakan seorang pemikir sosial terkemuka Iran abad ke-20. Di samping juga seorang ahli politik dan ahli syariat.

Dilahirkan di Khurasan, Iran, pada 1933, sejak muda Ali Syari’ati sudah terlibat dalam berbagai organisasi dan gerakan yang menentang kediktatoran Syah Iran. Semangat juang yang mengalir dalam diri Ali Syari’ati, tak lain diwarisi dari ayahnya, Muhammad Taqi Syari’ati, yang merupakan seorang pengajar di sekolah lanjutan atas dan ahli dalam ilmu keislaman (Islamologi). Sang ayah juga merupakan pendiri Gerakan Sosialis Penyembah Tuhan, sebuah organisasi yang bergerak di bidang dakwah Islamiah.

Pada usia 17 tahun, Ali Syari’ati telah belajar pada sebuah lembaga pendidikan, Primary Teacher’s Training College. Masa belajar tersebut dimanfaatkannya untuk mengajar. Pada usia 20 tahun, ia mendirikan organisasi Persatuan Pelajar Islam di Mashad, Iran. Pada tahun 1958 (ketika berusia 25 tahun) ia meraih gelar sarjana muda dalam ilmu bahasa Arab dan Perancis. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Sorbonne, Paris, setelah berhasil memenangkan beasiswa untuk belajar di negara itu. Ia belajar di Perancis sampai meraih gelar doktor pada tahun 1963.

Setahun kemudian, ia pulang ke negara kelahirannya. Setibanya di Iran, ia mengawali langkahnya dengan menyampaikan ilmu yang diperolehnya dari berbagai sekolah dan akademi. Kemudian ia mengadakan perjalanan keliling dalam rangka mendirikan Husyaimiah Irsyad, sebuah lembaga pendidikan pengkajian Islam yang kelak menjadi wadah pembinaan kader militan pemuda-pemuda revolusioner.

Karena aktivitas politiknya yang menentang kediktatoran Syah Iran, Ali Syari’ati mengalami banyak kesulitan dalam hidupnya. Ia sudah harus menjalani kehidupan di belakang terali besi dalam usia muda. Namun, hal tersebut tidak membuatnya mundur sama sekali.

Periode kedua tahun 1960-an, Ali Syari’ati bergabung dengan Universitas Mashad. Kuliah-kuliahnya di masjid kampus ini sangat diminati oleh sejumlah besar mahasiswa. Karena ada kekhawatiran akan meningkatnya pengaruh Ali Syari’ati, pada tahun 1968 pemerintah Iran memaksanya menjalani masa pensiun pada usia yang relatif masih muda, 35 tahun.

Setelah pensiun Ali Syari’ati giat mengajar di Husyaimiah Irsyad. Aktivitas-aktivitasnya di Husyaimiah Irsyad ini dinilai membahayakan penguasa, sehingga lembaga tersebut ditutup oleh pemerintah pada tahun 1972. Walaupun demikian, ia tetap sering berceramah di berbagai perguruan tinggi dan masjid di kota-kota besar Iran.

Kuliah-kuliahnya yang simpatik dan berbobot menimbulkan kepercayaan diri bagi jutaan muslimin di Iran. Sejumlah intelektual Islam, para mahasiswa, dan masyarakat Iran tertarik kembali untuk mengkaji Islam yang memberikan potensi besar dalam upaya memberi makna bagi kehidupan pribadi dan nasib bangsa.

Ali Syari’ati adalah seorang orator luar biasa, lidahnya setajam penanya. Dengan kelihaiannya, kampus dan masjid-masjid di Iran menjadi pusat kegiatan organisasi revolusioner. Ia juga tampil memimpin perlawanan terhadap pemerintahan Syah Iran. Oleh karena aktivitas politiknya, pada tahun 1974, Ali Syari’ati ditangkap. Ia kemudian menjalani tahanan rumah sampai tahun 1977.

Sebagai seorang pemikir sosial, Ali Syari’ati amat mengagumi prinsip-prinsip sosialisme, menentang sistem kapitalis, dan mendukung pemerintahan nasionalis. Salah satu tokoh sejarah yang disukai dan diklaim sebagai model bagi kehidupannya sendiri adalah Abu Dzar al-Ghifari, sahabat Nabi Muhammad SAW. Abu Dzar merupakan penganjur utama paham kesamarataan dan pembagian kekayaan secara adil. Bagi Syari’ati, Abu Dzar adalah salah satu contoh prinsip sosialisme yang sejalan dengan agama Islam.

Kematian misterius
Pada bulan Mei 1977, ia terpaksa meninggalkan Iran menuju Inggris untuk menghindarkan diri dari kejaran penguasa. Namun, rezim Syah tidak mengizinkannya ke luar negeri untuk berbicara serta menulis secara bebas, serta menawan istri dan anak Ali Syari’ati. Tidak lama setelah itu, tepatnya tanggal 21 Juni 1977, Ali Syari’ati ditemukan tewas di rumah kerabatnya di Southampton, Inggris.

Meskipun berita resmi menyatakan bahwa ia terkena serangan jantung, namun banyak orang percaya bahwa ia diracuni oleh agen rahasia pemerintah Iran. Jenazahnya kemudian dikebumikan di Damaskus, Suriah.

Setahun setelah kematian Ali Syari’ati, Dinasti Pahlevi runtuh dan lahirlah Republik Islam Iran pada 16 Januari 1979. Ia dinilai memainkan peran penting menjelang Revolusi Iran yang dipimpin Ayatullah Ruhollah Khomeini pada tahun 1978, yang melahirkan berdirinya Republika Islam Iran.

Mengagumi Sekaligus Membenci Barat

Walaupun kurang menguasai kitab-kitab klasik, namun Ali Syari’ati mampu menggunakan teori-teori Barat sebagai pijakan bagi kajian doktrin-doktrin keagamaan. Ia berpendapat bahwa para nabi selalu berpihak kepada kaum lemah dalam upaya menghancurkan kekuasaan lalim yang disebut dalam Alquran sebagai mutrafin. Ia menggunakan istilah mustad’afin (lemah) sebagai pengganti istilah proletar dalam teori Karl Marx dan istilah mutrafin sebagai pengganti istilah borjuis, meskipun ia menentang paham moralisme.

Dalam bukunya Marxisme and Other Western Fallacies (Marxisme dan Kekeliruan Pemikiran Barat Lainnya), Ali Syari’ati menyatakan bahwa baik Marxisme maupun Islam adalah dua ideologi yang mencakup seluruh dimensi kehidupan dan pemikiran manusia. Ia juga secara tegas mmengatakan bahwa antara Islam dan Marxisme terdapat kontradiksi (pertentangan). Marxisme berdasarkan filsafat materialisme, sedangkan Islam, walaupun melihat dunia materi sebagai kenyataan eksistensial, percaya pada adanya Tuhan dan memiliki konsep yang gaib.

Pernyataan yang disampaikan Ali Syari’ati selalu didukung oleh pendapat-pendapat atau teori-teori para pemikir Barat, ayat-ayat Alquran, dan sunah Nabi Muhammad SAW. Meski mengagumi teori para pemikir Barat, namun ia juga membeci Barat. Ia secara terbuka, misalnya, mengakui bahwa proses pendewasaan intelektual yang dilaluinya dibimbing oleh beberapa sarjana Barat. Namun di sisi lain, ia menilai bahwa Barat adalah puncak gunung materialisme dan amoralitas.

Sebagai seorang muslim, Ali Syari’ati percaya Islam sejalan dengan pemikiran yang modern dan progresif. Untuk itu ia mengembangkan sebuah filsafat yang menggabungkan agama dan etika sosialisme.

Dalam karyanya, Eslamshenasi (Islamologi), ia melakukan pembedaan atas Islam, yakni Islam asli dan murni yang menganjurkan agar manusia mengembangkan ilmu pengetahuan, kebebasan, intelektual, dan demokrasi, serta Islam masa kini yang pasif sebagaimana ditawarkan oleh ulama konservatif. Menurutnya, seluruh kaum muslim wajib untuk meneguhkan kembali Islam yang asli. Karena pandangannya ini, ia dimusuhi baik oleh pemerintah Syah maupun ulama konservatif, dan karya-karyanya dilarang beredar.

Sebagai penganut paham Syiah, dalam banyak hal ia memegang prinsip-prinsip keyakinan Syiah. Kecuali dalam masalah imamah (pemimpin), ia berbeda pendapat dengan pendapat umum kalangan Syiah. Dalam hal imamah, ia berupaya memadukan teori musyawarah Suni dan wasiat Syiah dalam pengangkatan pemimpin. Ia mencoba menghapus kesan bahwa para khalifah Suni telah merampas hak Ali bin Abi Thalib dalam imamah. Pemikirannya ini didukung dengan teori sosiologi-politik yang memang merupakan keahliannya.

Pemikirannya selalu diarahkan untuk menggalang ukhuwah Islamiah (persaudaraan dalam Islam). Ukhuwah Islamiah ini, menurutnya, dapat dilakukan melalui gagasan solidaritas di kalangan negeri muslim. Di samping ingin menumbuhkan kesatuan di kalangan umat Islam, ia juga bermaksud agar pemikirannya dapat diterima semua pihak, baik yang berpaham Suni maupun Syiah. Dalam pandangannya, tanpa adanya solidaritas di kalangan negeri muslim, maka persatuan dunia Islam tidak akan tercapai.

Ceramah-ceramah Ali Syari’ati yang dibukukan adalah Marxism and Other Western Fallacies, What is To Be Done (Apa yang Harus Dilakukan), On The Sociology of Islam (Sosiologi Islam), al-Ummah wa al-Imamah (Umat dan Kepemimpinan), Intizar Madab-I’tiraz (Menunggu Kritik), The Role of Intellectual in Society (Peranan Cendikiawan dalam Masyarakat). dia/taq/berbagai sumber (doc Republika April 2009)
http://www.republika.co.id/berita/71936/Ali_Syari_ati_Simbol_Kaum_Muda_Iran_Abad_20