Senin, 15 Agustus 2011

Analisis Ekonomi: Meperkokoh Daya Tahan

Faisal Basri

Analisis Ekonomi: Meperkokoh Daya Tahan

OPINI | 15 August 2011 | 04:40
Oleh Faisal Basri

”Capitalism without failure is like religion without sin—It just doesn’t work.” (anonim)

Di Tengah Episentrum Krisis AS

Di Tengah Episentrum Krisis AS

Minggu, 14 Agustus 2011 09:04 WIB
Oleh: 
Penurunan rating Amerika Serikat yang dirilis S&P dari AAA menjadi AA+ pada 5 Agustus 2011 berdampak pada pelemahan berbagai indeks di AS, Eropa serta Asia di sesi penutupan perdagangan minggu pertama Agustus 2011. Pasar saham Asia dibuka langsung anjlok pada perdagangan, Jumat, 5 Agustus 2011. Kekhawatiran melanda Asia setelah malam sebelumnya indeks Dow Jones AS ditutup  turun 4,3 persen. Indeks S&P 500 turun 4,8 persen dan indeks saham teknologi Nasdaq melemah 5,1 persen. Pasar saham Eropa juga dibuka melemah, indeks FTSE 100 London turun 3,43 persen, DAX Jerman turun 3,4 persen, dan CAC Perancis turun 3,9 persen.

Penyakit Kronis dan Sistem Jaminan Sosial Nasional

Penyakit Kronis dan Sistem Jaminan Sosial Nasional

Minggu, 14 Agustus 2011 09:16 WIB
Beberapa hari yang lalu media memberitakan ucapan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih yang mengatakan bahwa untuk penyakit katastrofik (penyakit berat yang jarang) seperti Sindroma Guilliane Barre, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tidak akan membayari karena akan dapat menjebol keuangan negara. Saya menduga pers salah mengutip ucapan Menkes. Mungkin yang diucapkan Menkes Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), bukan SJSN yang memang belum berlaku.

Instrumen Likuiditas di Bursa Komoditas

Senin, 15 Agustus 2011 pukul 09:55:00
Instrumen Likuiditas di Bursa Komoditas

Rifki Ismal
Pemerhati Bank Syariah, meraih PhD Ekonomi Islam dari Durham University, Inggris

Otoritas bursa komoditas dan pihak-pihak terkait akan segera meluncurkan suatu instrumen di bursa komoditas untuk maksud manajemen likuiditas di industri perbankan syariah. Semua persiapan telah dilakukan, sistem transaksi akan dilakukan online, dan mekanisme transaksi yang diusulkan konon telah mendapatkan lampu hijau dari Dewan Syariah Nasional (DSN) dengan nama komoditas syariah, untuk membedakannya dari komoditas murabahah yang umum dipraktikkan di Malaysia dan negara-negara Timur Tengah.

Blackhole Nazaruddin

Senin, 15 Agustus 2011 pukul 09:58:00

Blackhole Nazaruddin


Irfan Ridwan Maksum
Guru Besar Tetap Ilmu Administrasi Negara UI, Staf Pengajar di UMJ

Dalam ilmu alam, diyakini ada satu titik di jagat raya ini berupa blackhole (lubang hitam). Lubang ini memiliki energi yang sangat besar berpusar dan bergerak pada porosnya mengitari jagat. Bahkan kian hari kian besar energinya. Pergerakannya membawa petaka benda-benda apa pun. Lubang ini akan menyerap dan melenyapkan semua benda yang dilewatinya. Seiring dengan benda-benda yang dilenyapkan, diameter lubangnya makin membesar.

Jumat, 06 Mei 2011

The Seven Shaolin Heroes

Da yang punya film "The Seven Shaolin Heroes" gak?? AKu liatnya baru nyampai episode 24... nanggung banget kan........

Senin, 25 April 2011

DAM Sukoharjo 2011

DARUL ARQOM MADYA (DAM)
Pimpinan Cabang
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Sukoharjo

“Memperkokoh Intelektualisme Pelaku Gerakan IMM Melalui Transformasi Nilai dan Identitasnya Dalam Re-Konseptualisasi Gerakan”

Rabu, 05 Januari 2011

Sifat Tamak Dan Ekonomi Islam

Sifat Tamak Dan Ekonomi Islam

Prof Dr. H. Imam SuprayogoBerbicara tentang ekonomi Islam adalah sangat tidak relevan manakala masih memberi peluang bagi orang-orang tamak. Sebab salah satu misi Islam adalah membangun kebersamaan, memperhatikan antara sesama dan juga tolong menolong. Ekonomi Islam menjadikan bagi siapapun dalam upaya memenuhi kebutuhannya tidak merugikan orang lain. Demikian sebaliknya, orang tamak selalu mementingkan diri sendiri, sekalipun orang lain menderita oleh karena ketamakannya.

Ekonomi Islam berbeda secara paradigmatic dengan ekonomi lainnya. Ekonomi Islam memandang bahwa sebenarnya kebutuhan manusia itu adalah terbatas, sedangkan sumber-sumber ekonomi adalah tidak terbatas. Pandangan ini berbalik dengan paradigm ekonomi pada umumnya. Sementara ini paradigma ekonomi pada umumnya mengatakan bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas, sedangkan ketersediaan pemenuhan kebutuhan selalu terbatas.

Mempercayai pandangan ekonomi pada umumnya menjadikan orang kapan saja dan di mana saja selalu berebut harta, khawatir tidak berhasil memenuhi kebutuhannya sendiri. Kebutuhan dimaksud biasanya tidak terbatas jumlahnya. Padahal harta yang dikumpulkan dengan jumlah yang tidak terbatas itu belum tentu dimanfaatkan bagi hidupnya. Kita melihat fenomena misalnya, terdapat orang berhasil mengumpulkan triliyunan dolar, sementara dalam jumlah sekian banyak orang tidak memiliki kekayaan dan bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Berbeda dengan hal tersebut adalah paradigma ekonomi Islam yang dianut, maka seseorang tidak akan menumpuk harta sebanyak-banyaknya, oleh karena diyakini bahwa kebutuhannya terbatas, sedangkan ketersediaan bahan untuk mencukupi itu selalu tidak terbatas. Orang akan berpikir untuk apa mengejar dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, sebab tanpa menyimpan dan mengumpulkannya, ----hingga berakibat kebutuhan sesamanya terganggu, tidak akan mengalami kekurangan.

Selama ini, di antara sebab-sebab yang menjadikan munculnya persoalan ekonomi hingga melahirkan kemiskinan adalah terdapatnya orang-orang yang bersifat rakus dan tamak. Hal itu dengan mudah kita lihat gambarannya di kota-kota besar, seperti Jakarta dan lainnya. Kita akan segera menyaksikan bentuk bangunan rumah yang tidak seimbang. Sebagian orang memiliki rumah yang sedemikian besar, luas, tetapi juga banyak jumlahnya. Sedangkan sebagian besar lainnya, tidak memiliki sama sekali. Kelompok yang disebutkan terakhir berteduh di tempat-tempat seadanya. Atau mereka membuat gubug-gubug yang tidak pantas dihuni oleh orang.

Apa yang tampak di kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya itu, sebenarnya adalah oleh karena terdapat orang-orang yang rakus, menumpuk-numpuk harta oleh karena terlalu mencintainya. Perilaku orang tamak ini mengakibatkan orang lain tidak kebagian, sekaluipun sebatas untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu, ketidak-cukupan ekonomi bukan karena keterbatasan sumber-sumber ekonomi, melainkan justru disebabkan oleh banyaknya orang tamak itu. Sebagai anak keturunan dari sifat orang tamak, adalah terjadi kesenjangan, penghisapan, dan bahkan juga perilaku korup di mana-mana yang tidak mudah dihentikan.
Ekonomi Islam sebagaimana ditunjukkan dalam al-Qur'an, bahwa Tuhan akan memenuhi kebutuhan ekonomi manusia, sehingga jika dipahami secara mendalam menghindarkan bagi siapapun perperilaku tamak. Maka sebenarnya bukan sumber-sumber ekonomi yang terbatas, hingga menyebabkan kekurangan, melainkan kemampuan manusia dalam mengeksploitasi sumber-sumber ekonomi itu yang masih terbatas dan sifat ketamakan itu. Andaikan saja, paradigm Qur'ani dikembangkan dalam membangun ekonomi Islam, maka tidak akan terjadi perebutan sebagaimana terjadi pada saat ini. Melalui paradigma itu, maka orang berhasil menghindar dari sifat tamak yang sangat membahayakan bagi banyak kalangan.

Oleh karena itu, berbicara ekonomi Islam, namun sehari-hari pandangannya masih sama dengan pandangan ekonomi konvensioonal, sehingga sifat tamak masih belum bisa dicegah, maka perbincangamn ekonomi Islam tidak relevan. Memang bisa jadi riba berhasil dihindari, jual beli dilakukan secara Islami, usaha ekonomi dilakukan dengan bagi hasil, dan seterusnya. Akan tetapi jika orang-orangnya masih berperilaku tamak, menumpuk harta dengan melupakan pihak lainnya yang kekurangan, ketakutan tidak tercukupi kebutuhannya sendiri, maka hal itu kontra produktif dengan ekonomi Islam. Ekonomi Islam mencegah siapapun bersifat tamak, menumpuk harta yang tidak diperlukan sehingga mengakibatkan kebutuhan orang lain tidak tercukupi dan menderita. Wallahu a'lam.

Penulis adalah Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
http://www.pkesinteraktif.com/edukasi/opini/2228-sifat-tamak-dan-ekonomi-islam.html