Kamis, 11 November 2010 pukul 10:36:00
Setelah Obama Datang
Barack Obama secara pribadi memang memukau. Namun, masa kecilnya selama empat tahun tinggal di Indonesia ikut menguatkannya. Apalagi, ia pandai memainkan emosi dengan gelontoran ucapannya dengan bahasa Indonesia yang fasih. Ia juga tak segan melafalkan cara pedagang bakso dan sate kala keliling menjajakan dagangannya.
Ia mengenang masa lalunya sehingga mampu mengikat publik Indonesia dengan dirinya. Tak heran, jika media massa dan ribuan audiens kuliah umum di Universitas Indonesia begitu gegap gempita menyambutnya. Stasiun televisi melakukan siaran langsung, audiens berkali-kali bertepuk tangan, berteriak histeris, dan memberikan //standing ovation. Padahal, Obama berkunjung hanya sekitar 20 jam.
Jika kita mencermati pidatonya di Istana maupun di UI, Obama lebih banyak berbicara soal demokrasi, toleransi, dan hak asasi manusia. Tentu saja, itu sangat bermanfaat. Namun, di era modern seperti saat ini, tema ekonomi jauh lebih nyata. Justru tema inilah yang terlalu sedikit disinggung. Itu pun lebih berkisar pada sumber daya alam dan pasar Indonesia yang besar yang empuk sebagai sasaran produk-produk negerinya. Padahal, yang lebih kita butuhkan adalah seberapa besar investasi yang akan ditanamkan di Indonesia pada sektor industri.
Selain itu, juga pentingnya meningkatkan volume perdagangan Indonesia-Amerika Serikat, yang ternyata terlalu kecil jika dibandingkan negara-negara lain. Dalam konteks perdagangan ini, juga ada ketidaksejajaran posisi. Sejumlah produk Indonesia tak bisa masuk negeri itu. Dulu dengan alasan politis, kini dengan alasan keamanan pangan dan lingkungan hidup. Padahal, itu tak lebih dari proteksi dan kepentingan ekonomi dalam negerinya belaka. Karena itu, kunjungan Obama tersebut tak memunculkan komitmen ekonomi yang nyata selain seremoni dan pidato.
Pada konteks ini, kita tak bisa mengharapkan belas kasihan pihak lain. Kita yang harus memperjuangkan nasib kita sendiri sebagaimana Obama tetap pada posisinya untuk membawa kepentingan nasional negerinya. Justru, pesona pribadi maupun ikatan emosional masa kecilnya dengan Indonesia mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Obama untuk menancapkan pengaruh negerinya di tiap negeri yang ia kunjungi.
Pada akhirnya, setiap negeri harus tegak di atas kepentingannya masing-masing. Namun, sedihnya, para pemimpin kita tak cukup tegak di atas pijakan kepentingan nasionalnya. Di setiap pemilihan presiden, selalu ramai diisukan tentang pentingnya dukungan dan hubungan baik dengan Amerika. Untuk sejumlah posisi penting di kabinet, seperti menteri keuangan dan gubernur Bank Indonesia, juga diisukan hal yang sama plus dari Bank Dunia dan IMF. Apakah dalam praktiknya benar atau tidak, tentu sejarah yang akan membuktikan.
Hal ini menunjukkan masih inferiornya para elite kita. Jadi, tak heran jika Obama hanya mengolah tema politik di Indonesia, sedangkan di negeri lain justru bicara soal ekonomi. Jangkauan elite kita masih di seputar syahwat berkuasa saja, belum mewujudkan kesejahteraan.
Tulisan ini bukan hendak mengecilkan Obama, tetapi kita justru mendapat pelajaran penting dari kedatangannya. Dalam hal isu Islam, Obama yang memiliki ayah tiri dan saudara tiri dari Indonesia itu mampu menarik simpati dengan berkunjung ke Masjid Istiqlal. Istrinya, Michelle, pun mengenakan kerudung saat ke Istiqlal. Di UI, ia mengawali dan mengakhiri pidatonya dengan ucapan 'assalamualaikum'. Ia juga hanya sekali menyebut Alqaidah dan sama sekali tak menggunakan kata teroris. Ia menggantinya dengan kata ekstremis.
Pilihan diksi ini menunjukkan kehati-hatiannya dan kepekaannya untuk menjaga perasaan umat Islam Indonesia. Namun, ungkapan verbal itu masih harus dibuktikan selama masa kepemimpinannya. Misalnya, ia akan diuji dalam menyelesaikan soal Palestina serta pendudukan Amerika di Irak dan Afghanistan. Ia juga akan diuji oleh isu Muslim Amerika Serikat, yang akhir-akhir ini terus mendapat tekanan.
Apakah minoritas Muslim Amerika akan mendapat kedudukan yang setara di muka hukum serta mendapat jaminan kebebasan beribadah, berekspresi, berorganisasi, dan menyampaikan pendapat. Semoga kita bisa memetik hikmah dari kedatangan Obama bagi kemajuan dan kejayaan negeri kita tercinta.
http://koran.republika.co.id/koran/47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar