Selasa, 29 September 2009

Darul Kutub Akui Bajak Kitab Karya Ulama Indonesia

Darul Kutub Akui Bajak Kitab Karya Ulama Indonesia

By Republika Newsroom
Minggu, 27 September 2009 pukul 17:12:00
Darul Kutub Akui Bajak Kitab Karya Ulama Indonesia

JAKARTA--Kasus pembajakan kitab Sirajut Thalibin oleh penerbit Darul Kutub Al-Ilmiah di Lebanon, diakui oleh direktur penerbit itu sebagai keteledoran. Pihaknya menyadari telah melakukan kesalahan karena mengganti nama penulis kitab, Syekh Ihsan Jampes asal Kediri, di halaman sampul dan di halaman mukadimah. Serta telah membuang kata pengantar dari pendiri NU KH Hasyim Asy’ari.

Darul Kutub Al-Ilmiyah secara resmi telah menyatakan permohonan maaf kepada Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi di Jakarta pekan lalu. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai bahwa Darul Kutub Al-Ilmiah menunjukkan kebesaran hati, karena bersedia mengakui kekeliruannya dan meminta maaf.

”Kita menyambut baik permintaan maaf ini. Ternyata Darul Kutub Ilmiyah mau berbesar hati mengakui kesalahannya,” kata Rais Syuriyah PBNU KH Hafidz Utsman yang menjadi koordinator pengusutan kasus pembajakan ini atas nama ahli waris Syekh Ihsan.

Namun, menurutnya, proses penyelesaian kasus ini tetap berjalan. ”Kita telah menerima surat permintaan maaf yang ditandatangani oleh Direktur penerbit, Mohamed Ali Baydoun ini, dan nanti akan kita bicarakan lebih lanjut,” jelasnya, seperti dikutip NU Online.

Dalam surat itu Darul Kutub Al-Ilmiyah juga menyertakan copy sampul dan halaman pertama kitab Sirajut Thalibin edisi ketiga yang telah mencantumkan nama penulis aslinya. Pada edisi kedua, penerbit mengganti nama pengarang kitab menjadi Syekh Ahmad Zaini Dahlan, Al-Quraisyi dari Makkah.

“Kami meminta maaf atas pencantuman nama yang tidak sebenarnya dari kitab Sirajut Thalibin yang merupakan syarah dari kitab Minhajul Abidin,” kata Ali Baydoun dalam suratnya yang ditulis dengan bahasa Arab.

Ia juga menyatakan, penggantian nama itu hanya dilakukannya pada terbitan edisi kedua. Sementara pada edisi pertama telah menyantumkan nama penulis yang sebenarnya.

Sejak kasus pembajakan ini mencuat, desakan permohonan maaf dilakukan oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Lebanon. Hingga kemudian keluar surat resmi bernomor 7629 tertanggal 11 September 2009 tentang permintaan maaf kepada PBNU.

Akan tetapi, seperti dijelaskan oleh Muhammad Zainal Aziz, ketua PCINU Lebanon, Darul Kutub Al-Ilmiyah tidak mungkin menarik semua buku yang telah beredar luas ke beberapa negara Muslim di dunia. Yang akan ditarik hanya buku-buku yang masih berada dalam jangkauan penerbit.

Zainal Aziz melihat langsung proses pencetakan edisi ketiga kitab Sirajut Thalibin di kota kecil dekat Beirut. Ia menjelaskan, cetakan ketiga itu belum memuat pengantar dari KH Hasyim Asyari. Pihak penerbit, katanya, berkilah bahwa pengantar semacam itu tidak penting khususnya di dunia Arab. rid/taq