Senin, 18 Oktober 2010

Poligami Dalam Pandangan Liberal dan Ulama Selasa, 12 Oktober 2010 15:53

Oleh Abdul Rohman Shobari[1]
A. Pendahuluan
Sebagai sebuah istilah maupun realitas empiris, Poligami,[2] telah lama terkurung dalam wilayah perdebatan yang tidak ada habis-habisnya. Jika diteliti, pemicu sebetulnya bukanlah terletak pada ke-dhannĂ®-an (ketidaktegasan) dalil mengenai kebolehannya, tetapi lebih banyak didorong oleh sejumlah kepentingan pihak tertentu atau buruknya praktik poligami yang ditunjukkan oleh pasangan yang berpoligami. Hal inilah kemudian dijadikan sebagai jastifikasi (pembenar) oleh sebagian kalangan untuk menolak keabsahan poligami sebagai sebuah realitas hukum Islam.

Ukhuwah dalam Pandangan Ibnu Taimiyah

Oleh: Thoriq

Ikhtilaf Dalam Masalah Ijtihad
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang orang-orang yang bertaklid kepada sebagian ulama dalam masalah ijtihad, apakah harus dingkari dan dijauhi? Beliau menjawab: “Alhamdulillah, dalam masalah-masalah ijtihad, barang siapa mengamalkan pendapat ulama tidak boleh diingkari atau dijauhi. Dan barang siapa mengambil salah satu dari dua pendapat juga tidak boleh dingkari, jika dalam sebuah masalah ada dua pendapat. Apabila seseorang mengetahui ada salah satu dari dua pendapat yang lebih rajih, maka hendaklah ia mengamalkannya, jika tidak maka dibolehkan dia bertaklid terhadap beberapa ulama yang bisa dijadikan rujukan untuk menjelaskan pendapat yang lebih rajih diantara dua pendapat, wallahu’alam.” (Majmu’ah Al Fatawa, vol. 20, hal. 115)

Berseberangan, tetapi Bersahabat

Selasa, 19 Oktober 2010 | 03:31 WIB
C WAHYU HARYO PS
Dinamika pergulatan gagasan maupun sikap politik Ignatius Joseph Kasimo (1900-1986) dan para tokoh pergerakan pada awal kemerdekaan sangat luar biasa. Mereka bisa bersitegang serius dalam forum-forum persidangan negara, tetapi di luar itu mereka demikian akrab dan meletakkan rajutan persahabatan di atas segalanya.

Panutan Politik Bermartabat

Selasa, 19 Oktober 2010 | 03:29 WIB
MAWAR KUSUMA WULAN KM
Pengabdian dan pengorbanan hidup Kasimo yang mengedepankan nasionalisme Indonesia dinilai masih relevan dijadikan panutan di tengah karut- marutnya kondisi Indonesia saat ini.

IJ Kasimo Jawa yang Mengindonesia

Selasa, 19 Oktober 2010 | 03:27 WIB
 ST SULARTO
Siapakah Kasimo? Kecuali diingat sambil tertunduk hormat saat menyebut nama itu, orang spontan teringat pada sosok yang senantiasa tersenyum lebar, berbadan kekar, biasa berpakaian Jawa tradisional lengkap, pendiri dan Ketua Partai Katolik (1924-1960), penganut Katolik yang religius, politisi yang tidak gegap gempita revolusioner, terjun ke bidang politik sebagai pengabdian untuk rakyat dengan penuh pengorbanan diri.