Jumat, 08 Januari 2010

Di Bandara Dulles, Seluruh Badan Nadia Digeledah

Jumat, 08/01/2010 17:24 WIB Cetak | Kirim

Seorang muslimah jadi korban Islamofobia AS lagi. Nadia Hassan mengeluhkan tindakan aparat Bandara Dulles Intenational Airport, Washington yang memerintakan pemeriksaan seluruh tubuh hanya karena Nadia mengenakan jilbab.

Insiden itu terjadi hari Selasa (5/1) ketika Nadia akan naik pesawat dari Washington menuju Los Angeles. Nadia menolak melepas jilbabnya untuk kepentingan pemeriksaan itu. "Peristiwa itu sangat memalukan dan membuat saya tidak nyaman," kata Nadia pada Detroit News.

Menurut Nadia, aparat bandara sudah memeriksa koper, pakaian, laptop dan telepon genggamnya dengan alat pendeteksi bahan peledak. "Saya cuma diam karena tidak mau menimbulkan masalah. Tapi saya orang Amerika, bukan warga negara asing. Mengapa negara saya memperlakukan saya seperti ini," ujar Nadia.

Nihad Awad, direktur eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR) menilai aparat bandara sudah melakukan diskriminasi. "Banyak perempuan yang mengenakan pakaian longgar dan gaun panjang, tapi mereka tidak diperiksa sedemikan rupa, seperti yang dialami Nadia. Satu-satunya alasan untuk kasus ini karena Nadia seorang Muslim," ujar Awad.

Ia sudah menulis surat pada Direktur Transportation Security Administration (TSA), Gale Rossides dan mempertanyakan apakah para muslimah yang berjilbab akan dipisahkan secara khusus di bandara untuk menjalani pemeriksaan tambahan. Dalam suratnya, Awad menyatakan, kalau kebijakan yang mengganggu ini benar diterapkan, makan kebijakan merupakan pemeriksaan berdasarkan kecurigaan berlatar belakang agama dalam bentuk yang mengerikan. "Jika kebijakan itu memang benar diterapkan, apakah berlaku buat semua yang mengenakan simbol agama, seperti penganut sikh yang mengenakan penutup kepalanya yang khas, biarawati dan kaum perempuan Yahudi ortodoks, atau hanya diterapkan pada Muslim saja," tanya Awad dalam suratnya.

Awad menegaskan akan menindaklanjuti kasus ini karena pihak TSA belum memberikan jawaban atas suratnya. Menyusul insiden yang terjadi di pesawat Northwest Arlines di Detroit sepekan yang lalu, TSA mengumumkan akan memeriksa secara khusus orang-orang yang datang atau melalui 14 negara dalam penerbangan ke AS. 14 negara itu semuanya negara Muslim, kecuali Kuba.

Dalam kasus Nadia, aparat TSA di bandara Dulles mengatakan pada Nadia bahwa berdasarkan aturan baru itu, penumpang yang mengenakan pakaian longgar dan panjang, termasuk yang mengenakan jilbab harus menjalani pemeriksaan tambahan. (ln/iol)

Di Bandara Dulles, Seluruh Badan Nadia Digeledah

Jumat, 08/01/2010 17:24 WIB Cetak | Kirim

Seorang muslimah jadi korban Islamofobia AS lagi. Nadia Hassan mengeluhkan tindakan aparat Bandara Dulles Intenational Airport, Washington yang memerintakan pemeriksaan seluruh tubuh hanya karena Nadia mengenakan jilbab.

Insiden itu terjadi hari Selasa (5/1) ketika Nadia akan naik pesawat dari Washington menuju Los Angeles. Nadia menolak melepas jilbabnya untuk kepentingan pemeriksaan itu. "Peristiwa itu sangat memalukan dan membuat saya tidak nyaman," kata Nadia pada Detroit News.

Menurut Nadia, aparat bandara sudah memeriksa koper, pakaian, laptop dan telepon genggamnya dengan alat pendeteksi bahan peledak. "Saya cuma diam karena tidak mau menimbulkan masalah. Tapi saya orang Amerika, bukan warga negara asing. Mengapa negara saya memperlakukan saya seperti ini," ujar Nadia.

Nihad Awad, direktur eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR) menilai aparat bandara sudah melakukan diskriminasi. "Banyak perempuan yang mengenakan pakaian longgar dan gaun panjang, tapi mereka tidak diperiksa sedemikan rupa, seperti yang dialami Nadia. Satu-satunya alasan untuk kasus ini karena Nadia seorang Muslim," ujar Awad.

Ia sudah menulis surat pada Direktur Transportation Security Administration (TSA), Gale Rossides dan mempertanyakan apakah para muslimah yang berjilbab akan dipisahkan secara khusus di bandara untuk menjalani pemeriksaan tambahan. Dalam suratnya, Awad menyatakan, kalau kebijakan yang mengganggu ini benar diterapkan, makan kebijakan merupakan pemeriksaan berdasarkan kecurigaan berlatar belakang agama dalam bentuk yang mengerikan. "Jika kebijakan itu memang benar diterapkan, apakah berlaku buat semua yang mengenakan simbol agama, seperti penganut sikh yang mengenakan penutup kepalanya yang khas, biarawati dan kaum perempuan Yahudi ortodoks, atau hanya diterapkan pada Muslim saja," tanya Awad dalam suratnya.

Awad menegaskan akan menindaklanjuti kasus ini karena pihak TSA belum memberikan jawaban atas suratnya. Menyusul insiden yang terjadi di pesawat Northwest Arlines di Detroit sepekan yang lalu, TSA mengumumkan akan memeriksa secara khusus orang-orang yang datang atau melalui 14 negara dalam penerbangan ke AS. 14 negara itu semuanya negara Muslim, kecuali Kuba.

Dalam kasus Nadia, aparat TSA di bandara Dulles mengatakan pada Nadia bahwa berdasarkan aturan baru itu, penumpang yang mengenakan pakaian longgar dan panjang, termasuk yang mengenakan jilbab harus menjalani pemeriksaan tambahan. (ln/iol)