Rabu, 16 September 2009

Kitab Al-Tasrif, Buku Rujukan Para Dokter

Selasa, 15 September 2009 pukul 01:10:00

Kitab Al-Tasrif, Buku Rujukan Para Dokter


Selama enam abad, Kitab al-Tasrif menjadi pan duan praktik medis bagi para dokter dan ahli bedah, baik di dunia Islam maupun Eropa abad pertengahan.


Kitab al-Tasrif. Buku kedokteran karya Abu al-Qasim al-Zahrawi alias Abulcasis itu begitu fenomenal. Ditulis pada abad ke-10 M, Kitab al-Tasrif telah turut berjasa mengubah dunia kedokteran moden. Kehebatan buku kedokteran karya dokter bedah legendaris Muslim dari Andalusia itu telah diakui para dokter dan ilmuwan Barat.

Buku kedokteran karya al-Zahrawi telah menjadi referensi kalangan dokter di dunia Barat. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah berkebangsaan Prancis bernama Guy de Chauliac tercatat mengutip Kitab al-Tasrif lebih dari 200 kali. Sedangkan Pietro Argallata yang hidup pada 1453 M menabalkan al-Zahrawi sebagai, "Kepala semua ahli bedah yang sangat andal dan tidak diragukan kemampuannya".

Gagasan dan pemikiran yang dituangkan al-Zahrawi dalam Kitab al-Tasrif telah menjadi pijakan dan pegangan para dokter selama lima abad, setelah wafatnya sang ahli bedah Muslim itu. Kitab al-Tasrif telah turut memantik semangat Renaisans yang berlangsung di dunia Barat. Betapa tidak. Al-Tasrif merupakan acuan para dokter terutama ahli bedah di

Kitab al-Tasrif terdiri i dari 30 volume yang mengupas dan membahas tentang; deskripsi anatomi, klasifikasi penyakit, informasi nutrisi, bagian-bagian pada obat-obatan, ortopedi, ophtalmologi, farmakologi, gizi, terutama operasi.

Di dunia Barat, kitab tersebut juga dikenal dengan judul Concessio Data ei Qui Componere Haud. Setidaknya selama enam abad, kitab itu sangat penting sebagai panduan praktik medis bagi para dokter maupun ahli bedah, baik di dunia Islam dan abad pertengahan di Eropa.

Kitab al-Tasrif mencakup berbagai topik medis, antara lain kedokteran gigi serta menangani kelahiran. Kitab tersebut berisi kumpulan pengalaman al-Zahrawi selama 50 mendedikasikan dirinya sebagai seorang dokter dan pengajar. Dalam kitab tersebut, al-Zahrawi menekankan arti pentingnya membangun hubungan yang positif antara dokter dengan pasien, serta hubungan positif antara seorang penagajar dengan para mahasiswanya.

Dia menyebut para mahasiswanya dengan sebutan sebagai "anak-anak saya". Dia juga menekankan pentingnya merawat pasien tanpa memandang status sosial mereka, baik mereka orang kaya mupun orang miskin. Dia juga mendorong pengamatan secara dekat dan mendetil terhadap kasus-kasus individu untuk membuat diagnosis yang paling akurat dan memberikan pengobatan yang terbaik.

Dalam Kitab al-Tasrif, al-Zahrawi menjelaskan secara baik " Metode Kocher" untuk mengobati dislokasi bahu dan metode "Posisi Walcheri" dalam bidang kebidanan. Al-Tasrif juga menggambarkan bagaimana pembuluh darah ligatur sebelum Ambroise Pare. Buku tersebut juga merupakan buku pertama yang mencatat dan mendokumentasikan beberapa perangkat gigi serta menjelaskan sifat turun-temurun dari penyakit darah haemofilia (penyakit kelainan pembekuan darah).

Penyakit tersebut sangat membahayakan jiwa, karena jik orang yang mengidap penyakit tersebut mengalami luka ditubuhnya, misalnya tangannya terkena pisau, maka dia sulit sembuh. Sebab darahnya sulit mengalami pembekuan.

Kitab al-Tasrif diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard dari Cremona pada abad ke-12 M, dan diberi ilustrasi untuk mempermudah pemahaman bagi para pembacanya. Selama beberapa abad kitab tersebut menjadi sumber utama pengetahuan di dunia medis Eropa, Sehingga kitab tersebut sering digunakan sebagai referensi bagi para dokter dan ahli bedah.

Berikut ini berbagai macam penemuan al-Zahrawi yang tertulis dalam Kitab al-Tasrif:

* Pembedahan pada wanita

Al-Zahrawi menjelaskan alat bedah yang unik untuk wanita, seperti penggunaan forseps dalam pemeriksaan vagina. Dia juga orang yang pertama kali melakukan operasi pengecilan payudara dengan menggunakan metode yang menyerupai teknik modern, seperti yang dijelaskan dalam Kitab al-Tasrif.

* Operasi gigi
Dalam kedokteran gigi dan perbaikan gigi, Kitab al-Tasrif merupakan buku pertama yang berisi penjelasan medis untuk menangani operasi gigi secara rinci dan mendetil. Dia memberikan metode yang rinci dan jelas untuk mencabut gigi dan menggantinya dengan gigi palsu yang baru.

* Pembedahan
Al-Zahrawi memiliki pengaruh yang besar dalam pengembangan studi pembedahan dan anatomi tubuh. Dia menekankan pentingnya pembedahan dalam bab bedah di Kitab al-Tasrif. Dia menemukan sejumlah alasan mengapa tidak ada ahli bedah yang berpraktik pada zamannya. Sebab belajar ilmu bedah kedokteran membutuhkan waktu yang sangat lama.
Selain itu, ilmu bedah juga membutuhkan banyak latihan sebelum terjun berpraktik. Untuk mengetahui masalah pembedahan, seseorang harus mempelajari anatomi tubuh terlebih dahulu. Galen menggambarkan bagaimana seorang ahli bedah harus mengetahui bentuk dan bagian-bagian dari fungsi tubuh, dia juga harus mengetahui bagaiman bagian tubuh tersebut terkait satu sama lain.
Yang jelas, seorang ahli bedah harus tahu tentang fungsi tulang, saraf, dan otot, pembuluh darah, arteri, serta vena tubuh. Orang-orang yang melakukan pembedahan tanpa mengetahui anatomi tubuh manusia sama saja dengan merusak sebuah kehidupan dan itu merupakan sebuah kesalahan yang sangat fatal.

* Lithotomy dan Urologi
Dalam urologi dan lithotomy, al-Zahrawi merupakan dokter pertama yang berhasil menemukan sebuah pisau untuk menghancurkan batu ginjal besar di dalam kandung kemih. Sehingga batu ginjal bisa dihancurkan satu demi satu. Inovasi ini penting untuk pengembangan operasi batu ginjal karena secara signifikan mampu mengurangi angka kematian sebelumnya yang disebabkan oleh operasi-operasi yang gagal.

* Bedah syaraf

Abu al-Qasim juga mengembangkan materi dan desain teknis yang masih digunakan dalam bedah saraf. Modern. Dia telah melakukan bedah plastik yang pertama kalinya pada masa zaman kuno Sushruta di india. Dia juga mengembangkan metode sayatan, penggunaan benang sutera untuk melakukan jahitan dan untuk mencapai cosmesis yang baik. Abu al Qasim juga menemukan prosedur operasi pengurangan mammoplasty untuk memperbaiki ginekomastia.

Meski telah berusia 1.000 tahun, Kitab al-Tasrif hingga kini masih diperbincangkan dunia kedokteran modern. dyah ratna meta novia


Dari Alat Bedah hingga Kosmetika

Selain berhasil menjelaskan berbagai teori penyembuhan dan operasi penyakit, al-Zahrawi dalam Kitab al-Tasrif, juga mengungkap beragam peralatan medis yang ditemukannya. Beberapa penemuan sang dokter legendaris itu antara lain;

*Alat bedah
Dalam al-Tasrif, al-Zahrawitelah lmemperkenalkan koleksi alat-alat bedah yang jumlahnya lebih dari 200 buah. Kebanyakan instrumen itu tidak pernah digunakan sebelumnya oleh para ahli bedah terdahulu. Sekurang-kurangnya terdapat 26 instrumen bedah inovatif yang diperkenalkan oleh Abu al-Qasim .

* Perban perekat dan Plaster
Pada buku kedokterannya, al-Zahrawi juga mengungkapkan keberhasilannya menciptakan perban perekat dan plester, yang masih digunakan di rumah sakit di seluruh dunia hingga zaman modern ini. Penggunaan perban perekat digunakan untuk pasien yang mengalami patah tulang. Hal itu juga menjadi praktik standar untuk dokter di wilayah Arab, meskipun praktik ini tidak diadopsi secara meluas di Eropa sampai abad ke-19.

* Senar dan Forsep
Al-Zahrawi pun mengungkapkan penggunaan senar untuk menjahit luka. Hal itu juga masih dipraktikkan di dalam metode bedah modern. Senar tampaknya menjadi satu-satunya zat alami yang mampu melarutkan dan dapat diterima oleh tubuh. Ia juga menemukan forsep untuk mengeluarkan janin yang sudah mati, seperti digambarkan dalam Kitab Al-Tashrif.

* Penggunaan kapas
Al-Zahrawi adalah ahli bedah pertama yang menggunakan kapas sebagai alat medis untuk mengendalikan perdarahan. Dengan menempelkan kapas pada tubuh yang terluka dan berdarah, maka pendarahan yang berlebihan bisa segera dicegah dengan baik.

* Kimia dan Kecantikan

Ia juga dikenal sebagai seorang ahli kimia dan mempersembahkan sebuah bab tentang ilmu kimia pada volume ke-19 Kitab al-Tasrif untuk tata rias. Dia juga menemukan obat kosmetik termasuk deodoran, alat pencabut bulu, losion tangan, pewarna rambut untuk mengubah rambut menjadi berwarna pirang atau hitam, obat untuk perawatan rambut untuk memperbaiki struktur rambut, obat untuk mengeriting rambut.
Dalam bab tersebut, dia juga menggambarkan bahan-bahan yang memiliki manfaat banyak sebagai obat. Misalnya, untuk menghilangkan bau mulut yang dihasilkan karena makan bawang putih atau bawang merah. Ia menyarankan mengkonsumsi kayu manis, pala, kapulaga dan mengunyah daun ketumbar.
Kosmetika lainnya yang ditemukan Abu al Qasim antara lain; lipstik yang wangi yang diletakkan dalam cetakan khusus, minyak mineral yang digunakan untuk tujuan pengobatan maupun tujuan estetika dan kecantikan. Dia juga menggambarkan perawatan dan kecantikan baik rambut, kulit, gigi dan bagian lain dari tubuh, yang dianjurkan dalam hadis.

* Kosmetik gigi
Dalam kedokteran gigi, kosmetika juga diperlukan. Dia menjelaskan metode untuk memperkuat gusi serta metode untuk pemutihan gigi dengan menggunakan pemutih gigi. Sehingga gigi tampak rapi, bersih dan putih, sehingga si pemilik gigi akan tampak lebih cantik atau tampan kala tersenyum.
Al-Zahrawi pun menemukan beberapa perangkat yang digunakan selama operasi, antara lain untuk tujuan pemeriksaan bagian dalam uretra, menerapkan dan memindahkan benda asing dari tenggorokan, juga pemeriksaan telinga. dya

Abu al-Fida Sejarawan Muslim dari Dinasti Mamluk

Rabu, 16 September 2009 pukul 01:34:00

Abu al-Fida Sejarawan Muslim dari Dinasti Mamluk


Pada masa kanak-kanaknya, ia menghabiskan hampir seluruh waktu bermainnya untuk mempelajari Al Quran, Hadis dan ilmu pengetahuan umum.

''Manusia yang sungguh luar biasa,'' begitu penulis Barat bernama de Vaux memuji sosok sejarawan dan geografer Muslim di abad ke-13 M bernama Abu al-Fida. Dedikasi dan pengabdian sang ilmuwan Muslim itu telah diakui peradaban Barat. Tak heran jika namanya diabadikan di sebuah kawab bulan, yakni Abulfeda.

Sejatinya, dia bernama lengkap Abu al-Fida Ismail Ibnu Ali bin Mahmud al-Malik al-Mu'ayyad Imad Ad-din. Ia adalah seorang ahli sejarah keturunan Kurdi yang sangat legendaris. Abu al-Fida terlahir di kota Damaskus, Suriah pada November 1273 M. Ayahnya bernama Malik ul-Afdha -- saudara dari pangeran Hamah yang telah melarikan diri dari serangan dan invasi pasukan dari Mongolia.

Setelah ditelusuri, Abu al-Fida merupakan keturunan dari Ayyub, ayah seorang panglima hebat pada masa Perang Salib yakni Salahuddin al-Ayyubi. Abu al-Fida terlahir dalam kondisi politik dan keamanan yang tak menentu, menyusul serangan bangsa Mongol ke kota-kota Islam.

Pada saat lahir, ayahnya telah diusir dari kerajaan Hama oleh para penyerang dari Mongol yang melakukan invansi kedua pada 1259 di bawah komando Hulagu Kan. Invasi pertama Mongol terjadi pada 1219-1222 yang dipimpin Jenghis Khan. Meski tumbuh dalam situasi politik dan keamanan yang tak menentu, namun semangat Abu al-Fida untuk belajar tak pernah surut.

Pada masa kanak-kanaknya, ia menghabiskan hampir seluruh waktu bermainnya untuk mempelajari Alquran, hadis dan ilmu pengetahuan umum. Mengingat kondisi keamanan yang tak menentu, setelah tumbuh menjadi remaja, Abu al-Fida mencurahkan dirinya untuk terjun dalam bidang militer.

Ia telah turut angkat senjata membela agama Allah SWT saat melawan para Tentara Perang Salib dari Roma. Setelah menerima pendidikan, pada usianya yang ke-12, dia sudah berani berjuang melawan tentara Salib bersama ayahnya bersama Penguasa Dinasti Mamluk. Dia juga tercatat ikut berjuang mengambil alih benteng tentara Salib dari Ksatria Markab Hospitaler.

Ketika menginjak usia 16 tahun, Abu al-Fida masih berjuang bersama ayahnya dan sepupunya untuk merebut Tripoli dari Tentara Salib. Setelah berjuang merebut Tripoli, dia bersama pasukan Muslim lainnya masih berjuang melawan Tentara Salib untuk menaklukan Kastil Roum yang penting guna mengendalikan kekuasaan di wilayah Sungai Eufrat.

Beberapa tahun kemudian, dia berada di bawah perintah Sultan Mamluk Ladjyn berperang melawan orang-orang Kristen di Armenia. Abu al-Fida dalam buku sejarah yang ditulisnya menceritakan kehebatan Sultan Ladjyn yang berasal dari Jerman dan asal-usulnya sebagai keturunan dari Ordo Ksatria Teutonik.

Pada awalnya, Sultan Ladjyn berjuang melawan kaum Kristen di Italia dan melawan orang-orang kafir, kemudian dia datang ke Suriah untuk melawan kaum Muslimin. Namun, ia mendapat hidayat dari Allah SWT. Ladjyn terpesona oleh keagungan agama Islam dan akhirnya memeluk agama Allah. Setelah itu, dia bergabung dengan Dinasti Mamluk, dan secara bertahap naik pangkat sampai akhirnya menjadi seorang Sultan dan menjadi teman Abu al-Fida.

Pada 1309, Abu al-Fida berjuang di Armenia melawan pasukan aliansi Mongol-Armenia, tak lama setelah kembali dari perjalanan ziarah ke Makkah. Lalu pada 1316, dia berada di Kairo Mamluk dan ditunjuk sebagai letnan untuk Sultan. Dua tahun kemudian, dia diangkat menjadi Pangeran Hama, dengan demikian dia telah berjuang memulihkan kebesaran nama nenek moyangnya.

Abu al-Fida juga meriwayatkan kembali kota para leluhurnya supaya dikenang kebesarannya sepanjang masa. Ia kemudian kembali lagi ke Makkah pada 1321, lalu dia pergi melakukan kampanye militer sekali lagi untuk berperang di wilayah Asia Kecil. Saat berada di tengah-tengah ekspedisi militer ini, Abu al-Fida menggunakan sedikit waktunya yang tersisa untuk menulis.

Pada 1323, dia kembali ke Hama dan menulis karya geografi. Dia juga banyak menggunakan waktunya untuk berdiskusi dan belajar, bahkan dia juga sempat melakukan perdagangan. Abu al-Fida hidup dengan luar biasa. Seluruh hidupnya dari masa kanak-kanak hanyalah serangkaian kampanye militer, selain itu dia naik haji ke tanah suci Makkah, sebanyak tiga kali.

Pada saat menjadi Pangeran Hama, Abu al-Fida mencurahkan waktunya untuk mananam modal, memberikan perlindungan kepada para pelajar, serta menulis. Sebagai seorang pangeran, Abu al-Wafa mendapat gelar Malik Us Salhn dan pada tahun 1320 dia menerima kenaikan pangkat dan diangkat menjadi Sultan bergelar Malik ul-Mu'ayyad.

Selama lebih dari dua puluh tahun lamanya, Abu al-Fida memerintah dalam suasana yang penuh ketenangan dan keindahan. Dia mengabdikan dirinya untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah dan membuat berbagai macam karya yang membuatnya menjadi masyhur. Dia juga tipe orang yang suka sekali berkirim surat.

Sehingga banyak sekali surat yang datang untuknya. Abu al-Fida meninggal pada puncak kemuliaan dan kekuasaannya di Hama pada 1331. Meskipun Abu al-Fida sangat tertarik dengan ilmu sejarah dan geografi, dia juga aktif mempelajari dengan baik berbagai bidang ilmu lainnya seperti botani dan Materia Mediaca.

Dia juga menulis sebuah karya dalam banyak volume tentang obat-obatan yang berjudul Kunash, dan dia juga membuat sebuah buku tentang keseimbangan. dyah ratna meta novia


Karya Sang Pangeran

Selain dikenal sebagai seorang pejuang dan penguasa, Abu al-Fida juga merupakan seorang ilmuwan Muslim terpandang di abad ke-14 M. Salah satu karya fenomenal Abu al-Fida adalah bukunya yang berjudul The Concise History of Humanity atau Ringkasan Sejarah Manusia. Dalam bahasa Arab, buku itu berjudul Tarikhu 'l-Mukhtasar fi Akhbari' l-Bashar.

Karyanya yang sangat terkenal itu ditulis pada 1315. Ia kemudian melanjutkan penulisan buku tersebut pada 1329. Buku yang legendaris itu, selain memuat tentang penciptaan dunia, juga memuat tentang sejarah universal, sejarah pra-Islam dan sejarah Islam pada 1329.

Peradaban Barat juga turut mempelajari buku sejarah karya Abu al-Fida tersebut. Buktinya, buku itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Prancis dan Inggris. Dalam menulis karya-karyanya, Abu al-Fida menjadikan sumber-sumber kepercayaan juga pengalamannyai sebagai seorang pejuang yang menyaksikan berbagai peristiwa penting dan bersejarah sebagai rujukan.

Dia juga mendapatkan banyak pengaruh dari sejarawan besar di Mosul sebelum, yakni Ibnu al-Atsir. The Concise History of Humanity, merupakan sebuah karya penting, sehingga banyak yang menuliskan lanjutan dari sejarah tersebut. Beberapa ahli sejarah yang melanjutkan karya Abu al Fida antara lain Ibnu al-Wardi pada 1348, Ibn al-Shihna al-Halabi pada 1403.

Karya-karya Abu al-Fida sangat dihargai oleh para orientalis Barat. Bahkan banyak dari karyanya sebagian diterbitkan di Barat, John Cagnier (1670-1740) pernah menerbitkan karya Abu al -ida, begitu pula Reiske. Sehingga sejarah Islam banyak dikenal di dunia Barat.

Seperti banyak karya sejarah sebelumnya, termasuk karya-karya Ptolemeus dan Muhammad al-Idrisi. The Concise History of Humanity, memiliki sebuah pengantar panjang tentang berbagai macam masalah geografis yang isinya tentang kota-kota utama di dunia. Dalam buku tersebut juga terdapat garis bujur, lintang, iklim, ejaan. Buku tersebut mulai diterbitkan dan diterjemahkan pada awal 1650, di Eropa.

Dalam bukunya, dia juga menegaskan bahwa tiga perempat permukaan bumi tertutup dengan air. Beberapa wilayah yang diceritakan dalam buku tersebut antara lain; Arab, Mesir, Maghrib. Afrika, Spanyol, Pulau-pulau di Mediterania dan Atlantik, bgian utara Eropa dan Asia Suriah, Jazirah, Irak, Khuzistan atau Ahwaz, Fars, Kirman, Sijistan, Sind, India, China, Pulau-pulau di Timur, Roma dan Armenia.

Buku tersebut juga berisi tentang negara termasuk batas-batasnya, keanehan fisik, kehidupan politik, divisi etnis , sopan santun, adat istiadat, monumen, jalan-jalan utama, kota-kota utama, sumber informasi, bujur, lintang, iklim, ortografi, deskripsi singkat. Abu al- Fida berusaha keras untuk menetapkan ortografi dan orthophony dari nama-nama tempat. Salah satu aspek yang paling penting dalam karya Abu al-Fida adalah pengamatan bentuk bola bumi. dya

(-)