Sabtu, 06 November 2010

Pasca Bencana

PostDateIconSenin, 25 Oktober 2010 00:00 | PostAuthorIconDitulis oleh Mukti Hartono

Sebuah kota tak berpenghuni. Dihiasi oleh bangkai-bangkai mobil, rumah-rumah kosong, dan toko-toko korban penjarahan. Entah kapan terjadi. Mungkin bertahun-tahun silam. Agak jauh terlihat reruntuhan gedung pencakar langit. Seperti sebuah dokumentasi bisu keangkuhan para manusia pada masa itu. Masa-masa puncak peradaban masa lalu. Semua hancur dalam sekejap oleh sebuah bencana.

Lenggang

PostDateIconSenin, 25 Oktober 2010 00:00 | PostAuthorIconDitulis oleh Irzen Hawer |

Dari cara dia bicara, terlihat apa yang dibicarakannya seolah-olah amat penting. Sangat serius. Wajahnya dimajukan ke depan - ke arah lawan bicaranya. Padahal yang dibicarakannya sering soal remeh-temeh. Kalau hal-hal yang besar, dia jarang dibawa-bawa orang. Dia kebagian selalu masalah-masalah yang kecil.

Main Siksa Informan Sigi

Sabtu, 06 November 2010 | 01:25 WIB

Kepolisian Republik Indonesia tak boleh membiarkan kesewenang-wenangan ini. Jika benar ada penyiksaan terhadap narapidana yang menjadi narasumber SCTV, kasus ini harus diusut tuntas. Bukan cuma membungkam hak orang untuk bicara, main siksa juga melanggar hak asasi manusia.

Bencana dalam Perspektif Agama

Sabtu, 06/11/2010 09:00 WIB - Muh Abu Nasrun

Dosen Fakultas Tarbiyah STAIMUS Surakarta

Bencana demi bencana seakan-akan tidak mau pergi dari Tanah Air. Indonesia yang indah pun terkoyak dengan banjir bandang di Distrik Wasior, Kabupaten Pulau Wondama, lalu gempa bumi berkekuatan 7,2 pada skala Richter yang diikuti gelombang tsunami mengguncang pulau menawan, Mentawai, di wilayah Sumatra Barat, dan beberapa hari lalu, gunung paling aktif di Indonesia (dan mungkin di dunia) Gunung Merapi, memuntahkan material vulkaniknya. Korban pun berjatuhan. Banyak yang meninggal dunia. Tetapi, lebih banyak yang hilang dan belum ditemukan. Mereka mungkin juga meninggal dalam keadaan yang memprihatinkan.

Pantau Langsung Merapi, Keputusan SBY Tepat

Sabtu, 06/11/2010 09:00 WIB -

Gunung Merapi mengeluarkan letusan terdahsyat selama 100 tahun terakhir, pada Jumat (5/11) dini hari. Awan panas pun meluncur dengan cepat ke permukiman warga, bahkan yang berjarak 16 kilometer dari puncak Merapi. Tak pelak, korban tewas berjatuhan akibat diterjang awan panas. Setidaknya, 69 orang tewas dan seratusan lainnya luka-luka. Hujan abu tak hanya mengguyur kawasan di lereng Merapi, namun juga melayang hingga ke Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Bermain Mata dengan Bencana

Jumat, 05/11/2010 09:00 WIB - Rhenald Kasali

Flirting, menggoda atau bermain mata, dengan bencana tampaknya menjadi masalah serius bangsa ini. Bencana, sama seperti lalu lintas di perkotaan, tak pernah tuntas terselesaikan.

Kita dan Mistisisme Bencana

Jumat, 05/11/2010 09:00 WIB - Sayfa Auliya Achidsti

Peminat masalah sosial,
mahasiswa Jurusan Ilmu
Administrasi, FISIP, UGM Yogyakarta

Bulan Oktober tahun ini, tercatat beberapa bencana alam besar melanda Indonesia. Awal bulan, di bagian Indonesia timur, Wasior, banjir bandang menyapu dan mengakibatkan lebih dari 150 orang tewas, 150 hilang. Tanggal 25 Oktober, gempa 7,2 SR mengguncang Mentawai, Sumatra barat, yang menelan 112 jiwa. Keesokan harinya, menyusul wilayah Yogyakarta dengan keluarnya awan panas Gunung Merapi. Sehari kemudian, ditemukan 22 orang tewas dan belasan ribu orang lainnya terpuruk di barak pengungsian.

’Reading for pleasure’, sebuah candu

Friday, 05 November 2010

”I have imagined that paradise will be a kind of library.”  Hanya seorang pencandu yang akan mengandaikan perpustakaan dalam bayangan sedemikian berlebihan. Dan Jorge Luis Borges (1899-1986) adalah orang yang kelewat mencandu buku itu. Borges dikenal sebagai pustakawan Argentina yang matanya nyaris buta karena kegilaannya dalam membaca.

Mencari sistem pemilu yang efektif & efisien

Friday, 05 November 2010

MAHALNYA penyelenggaraan pemilihan umum sudah cukup lama dikeluhkan berbagai pihak. Maka muncullah wacana agar pemilu dilaksanakan secara gabungan. Yakni pemilu legislatif (pileg), dan pemilu presiden (pilpres) dalam satu paket. Jika pada Pemilu 2014 gagasan penggabungan itu bisa dilaksanakan, maka negara bisa menghemat anggaran sekitar Rp 3 triliun.

Memanen bencana menanam mitigasi

Saturday, 06 November 2010

BETAPA kita dirundung nestapa menyaksikan terpaan musibah demi musibah yang menghujam saudara-saudara kita di seantero Nusantara belakangan ini. Belum kering air mata meratapi saudara kita di Wasior (Papua) yang dihanyutkan oleh banjir bandang; gunung Merapi di Yogyakarta dan Jateng memuntahkan lahar dan menghabisi ratusan nyawa; tsunami di Mentawai juga menyapu apa saja di wilayah pesisir.

Kampung-kampung kosong di Mentawai

Saturday, 06 November 2010

 ”MABESIK..mabesik, rakekku mabesik — sakit...sakit, kakiku sakit,” jeritan seorang bocah berumur enam tahun yang masih selamat dari gulungan gelombang tsunami di Dusun Munte, Desa Betumonga Pagai Utara, Mentawai, Sumbar. Jeritan itu begitu jelas terdengar oleh Hendri Saleleubaja (relawan) bersama teman-teman lainnya dari arah perbukitan dusun Munte yang sudah rata dengan tanah itu.

Hati Bersama Warga Merapi

TAJUK RENCANA
Sabtu, 6 November 2010 | 04:26 WIB

Hati Bersama Warga Merapi

Saat ini tak ada hal lain yang dapat kita sampaikan, kecuali bahwa segenap hati dan perasaan kita erat bersama dengan saudara-saudara di sekitar Gunung Merapi.

Ada Cinta di Balik Merapi

Sabtu, 6 November 2010 | 04:47 WIB

HERRY TJAHJONO

Letusan Merapi mengajarkan banyak hal kepada kita. Mbah Maridjan sudah banyak diulas dan secara personifikasi: hampir semua wacana terkait Merapi bermuara pada sosok fenomenal itu. Namun, sesungguhnya Merapi menyelipkan sebuah pesan luar biasa luhur yang perlu dijadikan pelajaran oleh bangsa ini keseluruhan.

Anak dan Remaja dalam Bencana

Sabtu, 6 November 2010 | 04:42 WIB

Limas Sutanto

Sebagaimana biasanya, setelah bencana terjadi, simpati masyarakat luas menghambur keluar. Para politisi juga selalu memanfaatkan saat-saat pascabencana sebagai ajang meningkatkan popularitas mereka. Para pejabat, mulai dari Presiden, menteri, sampai gubernur, bupati, dan sebagainya, semuanya berduyun mengunjungi daerah bencana. Di sana mereka menyatakan simpati, sejenak menjamah rakyat yang menjadi korban, mengucurkan bantuan material, membuat pernyataan-pernyataan, serta menjawab pertanyaan para wartawan.

Ironi Merapi

Sabtu, 6 November 2010 | 04:42 WIB

FX Wikan Indrarto

Letusan Gunung Merapi kali ini tidak hanya memberikan banyak pelajaran berharga, tetapi juga bahan berkaca. Selain faktor kehidupan dan kematian, juga aspek relawan dan pengungsi, serta berkah dan ironi. Ironi Merapi apa yang dapat kita jadikan bahan renungan?

Konstruksi Politik Daerah Rawan Bencana

Sabtu, 6 November 2010 | 04:27 WIB

Gutomo Bayu Aji

Tayangan korban bencana alam di layar televisi dalam hari-hari terakhir ini menunjukkan suatu pola. Korban banjir bandang Wasior, tsunami Mentawai, dan letusan Merapi adalah penduduk yang tinggal di daerah aliran sungai, pesisir, dan lereng bukit.

Keteladanan Imam Nawawi

Sabtu, 06 November 2010 pukul 07:59:00
Pardan Syafrudin

Suatu hari, ulama terkemuka bernama Imam Nawawi dipanggil Raja azh-Zhahir Bebris untuk menandatangani sebuah fatwa. Imam Nawawi yang bertubuh kurus dan berpakaian sangat sederhana pun datang memenuhi undangan sang raja. Tanda tanganilah fatwa ini, perintah Raja Bebris sembari meremehkan. Imam Nawawi membacanya dan menolak untuk membubuhkan tanda tangan.

Bencana Nasional

Sabtu, 06 November 2010 pukul 09:19:00

Indonesia kembali berduka. Jumat (5/11), dini hari, Gunung Merapi kembali meletus dengan ledakan yang sangat besar. Diperkirakan letusan itu merupakan yang terbesar dalam rangkaian letusan Merapi selama dua pekan terakhir ini. Letusan ini mengambil korban jiwa yang tak sedikit. Ribuan pengungsi yang tinggal di tempat pengungsian panik.

Rethinking Public Private Partnership

Sabtu, 06 November 2010 pukul 09:22:00
Gunawan Adji
(Peneliti)

Pascalebaran, wacana tentang pembiayaan infrastruktur kembali mengemuka. Hal ini dipicu oleh kondisi infrastruktur jalan yang diharapkan dapat memperlancar arus mudik Lebaran 2010, tapi ternyata itu kembali menjadi masalah. Pembangunan dan rehabilitasi jalan yang dilakukan tidak cukup mengatasi problem klasik seputar arus mudik Lebaran 2010. Banyaknya kondisi jalan yang rusak dan berlubang serta sempitnya ruas badan jalan membuat kemacetan panjang terjadi kembali pada lebaran tahun ini.

Peran Kebangsaan HMI

Sabtu, 06 November 2010 pukul 09:25:00
Ahmad Nasir Siregar
Sekretaris Jenderal PB HMI)

Sejak awal berdiri, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sudah menancapkan tujuan besarnya untuk turut memberikan kontribusi dalam memajukan bangsa Indonesia, termasuk meraih kemerdekaan. Tujuan itu pula yang menyegarkan aliran darah organisasi ini untuk terlibat dalam mewujudkan cita-cita nasional. Dengan demikian, tak heran jika Jenderal Besar Soedirman menyebut HMI sebagai Harapan Masyarakat Indonesia.