Sabtu, 06 November 2010

Pantau Langsung Merapi, Keputusan SBY Tepat

Sabtu, 06/11/2010 09:00 WIB -

Gunung Merapi mengeluarkan letusan terdahsyat selama 100 tahun terakhir, pada Jumat (5/11) dini hari. Awan panas pun meluncur dengan cepat ke permukiman warga, bahkan yang berjarak 16 kilometer dari puncak Merapi. Tak pelak, korban tewas berjatuhan akibat diterjang awan panas. Setidaknya, 69 orang tewas dan seratusan lainnya luka-luka. Hujan abu tak hanya mengguyur kawasan di lereng Merapi, namun juga melayang hingga ke Puncak, Bogor, Jawa Barat.
Bandara Adisutjipto Yogyakarta ditutup dalam waktu yang tak ditentukan karena udara sangat pekat diguyur abu. Kawasan Bandara pun pekat oleh hujan abu bercampur air.
Di Yogyakarta, Kali Code meluap dan pemerintah setempat mengharuskan kawasan 300 meter dari pinggir sungai harus dikosongkan guna menghindari bahaya dari banjir lahar dingin. Adanya bencana yang seakan tiada henti ini, rupanya mengetuk hati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jika saat bencana banjir Wasior dan tsunami Mentawai SBY dikritik habis-habisan karena dinilai lamban, kali ini SBY mengambil keputusan berbeda.
Dua hari setelah kunjungannya ke kawasan pengungsi Merapi, akhirnya SBY secara mendadak memutuskan untuk berkantor di Yogyakarta. Presiden akan memimpin jalannya pemerintahan dari Yogyakarta, apa pun risikonya. Bukan itu saja, pemerintah bahkan memutuskan akan membeli semua hewan ternak milik warga lereng Merapi. Hal itu agar warga tenang selama berada di pengungsian, sehingga tidak pulang pergi dari pengungsian ke rumah hanya untuk mengurus ternak.

Presiden Akan Berkantor di Yogyakarta
Di Yogyakarta, Presiden akan berkantor untuk sementara di Gedung Agung Kompleks Istana Kepresidenan Yogyakarta, guna memantau dari dekat penanganan bencana letusan Gunung Merapi.
Keberadaan Presiden di DIY juga untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam keadaan krisis bencana.
Presiden akan berada di Yogyakarta untuk waktu yang belum ditentukan guna memastikan semua kebijakan yang diambil cepat dan tepat dalam menangani bencana letusan Gunung Merapi, serta memastikan semua instruksi yang baru dikeluarkan segera diterapkan di lapangan.
”Saya berencana tinggal di Gedung Negara meski saya berharap semua tugas dilaksanakan pejabat-pejabat pusat dan daerah yang telah saya tetapkan dan tugaskan tadi itu,” ujar Presiden.
Pemerintah Beli Semua Ternak di Merapi
Pemerintah memutuskan membeli ternak milik warga lereng Merapi. Menurut Menteri Pertanian, Suswono ini langkah terbaik agar warga tak mengkhawatirkan ternak yang mereka tinggalkan, terutama sapi.
Dana yang disiapkan sebesar Rp 100 miliar. Uang itu juga akan digunakan untuk mengganti ternak yang mati diterjang awan panas. ”Sapi-sapi itu sumber penghasilan mereka. Walaupun dalam keadaan berbahaya mereka tetap kembali ke lokasi untuk memberi pangan ternak. Ini sangat berbahaya,” kata Suswono.
Pendataan ternak milik pengungsi Merapi pun sudah dilakukan. Sementara, untuk sapi yang masih dibeli secara kredit, pemerintah meminta agar bank memberi pemutihan.

Presiden Tak Mau Dijemput di Bandara
Staf Khusus Presiden Bidang Informasi Heru Lelono mengatakan, kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Yogyakarta pada Jumat malam, tak perlu disambut di bandara oleh pejabat daerah setempat.
”Presiden akan bertolak ke Yogyakarta, berpesan agar para pejabat daerah di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah berkonsentrasi untuk membantu pengungsi dan tidak perlu menjemput Presiden di Bandara. Presiden Yudhoyono akan ke lokasi sendiri,” kata Heru.

BNPB Menangani Letusan Merapi
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan untuk memusatkan penanggulangan bencana letusan Gunung Merapi di bawah satu komando, yaitu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif.
Kepala BNPB nantinya akan dibantu oleh Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Pangdam IV Diponegoro, Polda Jawa Tengah, dan Polda DIY. ”Kendali operasi tanggap darurat penanggulangan bencana Gunung Merapi ini mulai hari ini berada di tangan Kepala BNPB, satu komando. Kepala BNPB yang oleh UU diberikan otoritas untuk itu, dan yang bersangkutan adalah pejabat setingkat menteri,” kata Presiden.
Meskipun Pemerintah Provinsi DIY dan Jawa Tengah masih berfungsi, tetapi karena skala dan keberlanjutan dari bencana itu maka dibutuhkan satu komando yang dibantu unsur daerah guna mempercepat penanganan situasi.
Keputusan Presiden Pantau Langsung Merapi Tepat
Pengamat Politik dari Universitas Indonesia Ari Junaedi menilai keputusan Presiden ke Yogyakarta memantau dan mengoordinasikan langsung langkah-langkah penanganan meletusnya Gunung Merapi sebagai langkah yang tepat.
”Keputusan SBY untuk memimpin langsung penanganan bencana letusan Gunung Merapi sudah tepat. Apalagi intensitas letusan Gunung Merapi kian membahayakan warga di sekitar lereng Merapi,” katanya.
Ia menilai, keputusan presiden kali ini tanggap dan cepat merespons keadaan bencana. ”Belum ada kata terlambat SBY untuk memimpin langsung dan berada di tengah-tengah warga. Jika Wasior dan Mentawai, saya melihat SBY gagap namun untuk Merapi, saya salut untuk SBY,” Kata Ari Junaedi.
Menurut dia, Presiden Yudhoyono belajar dari kecaman dan kritik masyarakat terhadap penanganan bencana di Wasior dan Mentawai. Ia mengharapkan, Presiden Yudhoyono juga harus mampu mendorong aparat birokrasi lebih tanggap dalam bekerja menangani bencana. ”Aparat di bawah akan malu ketika SBY berada di lokasi, mereka tidak bekerja,” katanya. (***)
http://harianjoglosemar.com/berita/pantau-langsung-merapi-keputusan-sby-tepat-28542.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar