Kamis, 31 Desember 2009

Refleksi Akhir Tahun: Mempositifkan Eklusifisme Agama

Oleh Yahya (Jumat, 1 Januari 2010)
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt! Segala puji bagi Allah yang mana dengan limpahan nikmat-Nya kita sampai pada saat yang berbahagia ini dengan selamat sentosa. Yakni menghadiri shalat Jum’at yang bagi kaum muslim merupakan sebuah keharusan. Kedua shalawat beserta salam kita tetap haturkan kepada Nabi Muhammad saw yang dengan jasanya yang tanpa pamrih kita merasakan sisa kebaikan Islam yang ikut aus bersamaan dengan bergulirnya waktu.
Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!
Dua peristiwa penting layak dicatat umat Islam Indonesia pada awal tahun baru hijriah tahun ini. Pertama, konferensi Persaudaraan Muslim Dunia yang dilaksanakan di Hotel Sultan Jakarta. Salah satu hasilnya adalah menyerukan agar umat Islam bersatu. Kelompok-kelompok dan madzhab-madzab di berbagai negara muslim diminta menyelesaikan berbagai perselisihan dengan cara berdialog. Umat Muslim yang berbeda-beda kelompok dan madzab jangan sampai mengkafirkan yang lainnya, apalagi menghalalkan darah, tanah air, serta harta benda. Kedua, acara refleksi bersama untuk memperingati tahun baru Islam 1 Muharram 1431 H yang diselenggarakan Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Jawa Pos edisi Selasa, 22/12/2009). Dua peristiwa itu begitu penting karena dari sana terdengar gema indah. Yakni, gema persatuan.
Di samping itu, dua peristiwa penting di akhir tahun 2009 dan awal tahun baru 2010 juga perlu diketahui oleh umat Islam. Pertama, kampanye besar-besaran “I am Muslim, I am American” yang dilakukan oleh Council on American-Islamic Relations (CAIR) cabang New York yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa umat Islam adalah bagian yang berharga dari masyarakat Amerika di New York - Times Square yang berlangsung sejak 22/12 s/d16 Januari mendatang. Kedua, desakan Hudson Institute, organisasi sayap kanan di Amerika Serikat yang dikenal sebagai perpanjangan tangan entitas Zionis dan salah satu pusat intelektual dari kelompok neo-konservatif dan gerakan Zionisme modern, kepada lembaga-lembaga donor untuk mendukung secara finansial atas usaha mereka dalam melakukan pemurtadan terhadap umat Islam dan mendukung perjuangan mereka untuk melawan sebuah tindakan yang mereka anggap sebagai "intoleransi dan kekerasan," yang di lakukan oleh Arab Saudi dan agama Islam di seluruh dunia sebagaimana dilansir eramuslim.com 26/12/2009.
Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia!
Dari kenyataan di atas, terlihat bahwa umat Islam masih sangat tergantung pada pengakuan dari umat lain sedangkan keadaan sebaliknya, tidak tergantung pada umat Islam, terjadi pada umat non Islam. Kebangkitan kembali agama di abad ini sebenarnya patut kita syukuri dan sikap sebagaimana sikap Hudson Institute di atas, ingin menegasikan umat lain, menurut Komaruddin Hidayat adalah sikap yang akan membawa benturan baru yang menjadi penghambat bagi majunya peradaban (paramadina.or.id) atau singkatnya sikap eklusif yang tidak pada tempatnya. Sikap eklusif tentu tidak bisa kita singkirkan begitu saja, sebagaimana kehendak kaum liberal, karena hal itu menyangkut keyakinan umat beragama yang jika disingkirkan sama dengan membubarkan agama tersebut. Terlebih bagi agama Islam sebagaimana firman Allah ”Innad diina ’indallaahil Islaamu, sesungguhnya agama yang (diridhai Allah) di sis Allah hanyalah Islam (QS. Ali Imron, 3: 19),” yang kemudian menuntut umat Islam bersikap bahwa hanya agama Islamlah yang benar karena berdasarkan teks suci yang lain dinyatakan bahwa ”Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum, Allah tiada tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya) (QS. Albaqarah, 2: 255).” Maka, wajar jika Raja Arab Saudi, Raja Abdullah menjawab dengan lantang pernyataan Hudson Institute tersebut bahwa Islam dan umat Islam akan tetap kuat meski musuh-musuh Islam melakukan berbagai konspirasi untuk menghancurkan Islam dan umat Islam.
Sebenarnya terdapat korelasi yang sangat baik antara kemajuan peradaban dengan eklusifisme agama, apalagi pada era kebangkitan kembali agama ini. Prof. Dr. Hamka dalam bukunya Tasawuf Modern (Pustaka Panjimas: 1995) mengilustrasikan sikap eklusif ini dengan sangat baik. Menurut Hamka, kepercayaan pemeluk tiap-tiap agama, bahwa (agama) dan pemeluk agamanyalah yang lebih mulia dari agama dan pemeluk agama lain sangat besar pengaruhnya bagi kemajuan peradaban dan kemakmuran kehidupan manusia di muka bumi ini. Kaum ateis akan mengatakan kepercayaan seperti ini adalah fanatik dan terlalu eklusif karena akan menghidupkan kembali permusuhan dan kebencian.
Hadirin Jamaah Jum’at yang berbahagia!
Sebenarnya, Kepercayaan ini sangat penting, karena jika tiap-tiap pemeluk agama sudah merasa paling baik maka haruslah ia senantiasa berusaha memperbaiki budi pekertinya dan memperhalus kesopanan dan pengetahuannya agar ia dan agamanya nampak berwibawa. Kepercayaan itu juga akan mencegah pemeluknya menganiaya sesama makhluk karena akan memperburuk citra agama dan pemeluknya. Jika kondisi seperti ini terjadi secara berkesinambungan maka misi manusia sebagai khalifah akan tercapai. Oleh karena itu, amat salah jika kita mengaku dan bangga bahwa kita dan agama yang kita peluk adalah umat dan agama yang paling mulia tapi kita tidak mampu menunjukkan kebaikan ajaran agama yang kita peluk.

Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah!
Kita akan melanjutkan pembahasan. Mengapa agama masuk dalam komponen penting bagi majunya suatu peradaban? Singkatnya mungkin kita bisa menjawab dengan tiga hal, yaitu Agama akan memunculkan, minimal, tiga sifat baik (1) malu, (2) amanah, bisa dipercaya dan (3) shidiq, benar.
Ketiga sifat ini akan membawa kepada perbaikan moral manusia. Sebenarnya, sebagaimana yang kita ketahui bersama, kerusakan yang terjadi di dunia ini bukan semata-mata karena kebodohan manusia tetapi disebabkan juga oleh bejatnya moral atau akhlak manusia. Baik itu akhlak kepada sesama, alam dan lain sebagainya. Mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan kurang lebihnya saya mohon maaf. Semoga bermamfaat bagi kita semua Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar