Selasa, 13 Oktober 2009

7 Tingkatan Jenis Permusuhan Setan

Ibnul Qayyim—rahimahullah—telah menyebutkan bahwa permusuhan setan terhadap manusia itu tercermin dalam tujuh tingkatan. Ketujuh tingkatan tersebut kami sebutkan secara ringkas sebagai berikut:

1. Kufur dan syirik memusuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika setan berhasil melakukannya terhadap anak Adam, maka rintihannya akan redam dan merasa nyaman dari rasa lelahnya, karena itu merupakan hal pertama yang diinginkannya dari setiap hamba. Jika setan berhasil dalam upayanya ini, maka setan menjadikan hamba itu sebagai tentara dan wakil-wakilnya, sehingga hamba tersebut menjadi bagian dari propagandis-propagandis Iblis. Namun jika setan itu berputus asa karena tidak berhasil, maka ia mengalihkannya kepada tingkat kejahatan yang kedua.

2. Bid’ah. Bid’ah itu lebih disukai oleh setan daripada kefasikan dan kemaksiatan, mengingat bahwa bahayanya terhadap agama merupakan bahaya yang menyerang; yaitu menentang dakwah para rasul. Jika seorang hamba termasuk orang yang memusuhi ahli bid’ah dan kesesatan, maka setan memindahkannya ke tingkatan yang ketiga.

3. Dosa-dosa besar, dengan segala jenisnya. Setan sangat menginginkan untuk bisa menjerumuskan hamba ke dalam dosa-dosa besar, khususnya jika hamba tersebut adalah seorang yang alim, agar manusia lari darinya. Sudah maklum bahwa orang-orang yang menginginkan tersebarnya kekejian di kalangan orang-orang yang beriman, maka bagi mereka adzab yang pedih. Lalu bagaimana jika mereka sendiri yang mengumandangkan kekejian? Jika setan tidak mampu menggoda dengan cara ini, ia mengalihkan kepada tingkatan sesudahnya.

4. Dosa-dosa kecil. Dosa-dosa kecil ini jika menumpuk, juga akan dapat membinasakan pelakunya, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw,

إياكم ومحقرات الذنوب فإن مثل ذالك قوم نزلوا بفلاة من الأرض

“Jauhilah dosa-dosa sepele, karena perumpamaan hal itu adalah seperti suatu kaum yang singgah di padang sahara di belahan bumi ini.”[1]

Disebutkan pula dalam sebuah hadits yang maknanya bahwa mereka datang dengan membawa sebilah kayu bakar sehingga dapat menyalakan api yang besar, sehingga bisa memasak dan memanggang. Sementara dosa-dosa kecil, bagi mereka terasa sangat ringan sehingga mereka pun meremehkannya. Karena itu, pelaku dosa besar yang merasa takut, lebih baik keadaannya daripada pelaku dosa-dosa kecil yang menyepelekan itu. Jika setan dibuat tak berdaya oleh seorang hamba dalam hal ini, maka setan pun beralih kepada tingkatan yang kelima.

5. Menyibukkan hamba dengan perkar-perkara mubah, yang tidak ada pahalanya dan juga tidak ada sanksinya. Namun akibatnya adalah hilangnya pahala disebabkan kesibukannya dengan perkara-perkara mubah itu. Jika seorang hamba bisa membuat setan tak berdaya dalam hal ini, yang ia selalu menjaga waktunya, mengerti kadar nafsunya dan keterputusannya, serta apa yang harus ia terima, apakah kenikmatan atau siksa, maka setan pun beralih kepada tingkatan sesudahnya.

6. Menyibukkan hamba dengan amalan yang tidak utama untuk menghindarkan keutamaan darinya sehingga kehilangan pahala amalan yang utama, serta membukakan pintu-pintu kebaikan cukup banyak untuknya. Seperti disebutkan bahwa ia memerintahkan 70 pintu dari pintu-pintu kebaikan, dengan tujuan agar hamba itu sampai kepada satu pintu kejahatan atau hamba itu kehilangan kebaikan yang jauh lebih agung, lebih mulia, dan lebih utama daripada ke-70 pintu kebaikan itu. Ini merupakan hal yang tidak bisa dimengerti kecuali dengan cahaya dari Allah swt yang dimasukkan ke dalam hati seorang hamba. Caranya adalah dengan secara murni mengikuti Rasul saw serta memberi perhatian yang sangat terhadap tingkatan-tingkatan amal di sisi Allah, paling dicintai dan diridhai-Nya. Ini tidak bisa diketahui kecuali oleh orng yang menjadi pewaris Rasul saw, wakil-wakil beliau di kalangan umat ini serta pengganti beliau di muka bumi. Allah swt menganugerahkan karunia-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.[2]

7. Jika hamba bisa membuat setan tak berdaya mengenai keenam tingkatan itu, maka setan memberikan kuasa kepada golongannya dari kalangan manusia dan jin atas hamba itu dengan berbagai macam penganiayaan, pengkafiran, penyesatan, pengadaan bid’ah, serta memberikan peringatan agar berhati-hati dari hamba tersebut. Setan juga berupaya menjadikan hamba itu tak dikenal dan memadamkannya agar hatinya kacau serta dapat menghalangi manusia dari mengambil mamfaat dari hamba tersebut. Dengan begitu, upayanya agar orang-orang batil dari kalangan setan manusia dan jin berkuasa atas hamba itu tidak pernah berhenti.



[1] Hadits ini terdapat dalam Musnad Ahmad, 5/3311, hadits shahih. Lihat silsilat al-Ahadits ash-Shahihah, hadits ke-389, dan Shahih al-Jami’, 2/386, hadits ke 2683 dan 2684

[2] Bada’i al-Fawaid. 2/260-262 (dengan peubahan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar