Rabu, 29 September 2010

Jakarta Kian Sesak

Rabu, 29 September 2010 | 03:12 WIB
Tommy Firman
Hasil sementara Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk DKI Jakarta telah mencapai 9,6 juta jiwa dengan laju kenaikan 1,39 persen per tahun dalam kurun 2000-2010.

Laju ini masih lebih rendah ketimbang laju pertambahan penduduk nasional 1,49 persen per tahun pada periode sama (BPS, 2010). Angka itu sesungguhnya sedikit mengejutkan sebab menurut Sensus Penduduk (SP) 1990 dan SP 2000, jumlah penduduk DKI Jakarta 8,2 juta dan 8,4 juta jiwa.
Laju pertambahan 2,39 persen per tahun (1980-1990) dan 0,16 persen per tahun (1990-2000). Berarti terjadi lonjakan laju kenaikan yang sangat signifikan dari 0,16 persen per tahun (1990-2000) menjadi 1,49 persen per tahun (2000-2010). Dengan kondisi ini diperkirakan penduduk DKI Jakarta 11 juta jiwa pada 2020 (Kompas, 2/9).
Menurut Terry Hull dari Australian National University, sensus tahun 2000 kemungkinan dipengaruhi kondisi politik, sosial, dan ekonomi tak menentu, dan itu berdampak pada kurang kondusifnya pelaksanaan sensus, terutama di wilayah terpencil.
Hal lain yang memengaruhi hasil sensus tahun 2000 adalah konsep perhitungan, yang berdampak pada perhitungan jumlah penduduk yang lebih rendah dari angka sebenarnya.
Kenaikan laju pertambahan penduduk ini memunculkan beberapa pertanyaan. Dengan menganggap perubahan dalam laju pertambahan penduduk itu alamiah, maka sumber kenaikan kemungkinan besar adalah meningkatnya laju migrasi ke wilayah DKI Jakarta. Sayang hal ini belum bisa dieksplorasi karena dengan data yang dipublikasikan BPS belum memungkinkan untuk kajian itu. Pertanyaan lainnya adalah apakah hal ini terjadi sebagai dampak pembangunan apartemen untuk kelompok berpenghasilan menengah ke atas, juga belum bisa dijawab.
Angka sementara hasil Sensus Penduduk 2010 mengindikasikan juga bahwa tingkat konsentrasi jumlah penduduk DKI Jakarta secara nasional sedikit berkurang. Pernah mencapai angka 4,43 persen pada tahun 1980, kemudian meningkat menjadi 4,62 persen pada tahun 1990, lantas menurun lagi menjadi 4,06 persen tahun 2000, tapi kini hanya 4,04 persen (BPS, 2010).
Penduduk di Botabek
Laju pertambahan penduduk DKI Jakarta pada kurun 1990-2000 relatif rendah. Wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat bahkan kenaikan jumlah penduduknya negatif, yaitu masing-masing minus 0,67 persen dan minus 2,1 persen per tahun. Hal ini terjadi karena banyak permukiman penduduk di wilayah tersebut berubah fungsi menjadi kawasan bisnis, mal, perkantoran, dan berbagai kegiatan sektor tersier lain. Penghuni asal pindah dari Jakarta.
Studi yang dilakukan penulis (2003 dan 2009) menunjukkan bahwa banyak penduduk DKI pindah ke Kota dan Kabupaten Tangerang, Bekasi, dan Bogor. Banyak dari mereka menjual tanah dan rumah di DKI Jakarta, meski sebagian besar tetap mencari nafkah dan bekerja di Kota Jakarta.
Selain sebagai daerah penerima migrasi masuk dari Jakarta, kota dan kabupaten tersebut tentu saja juga didatangi pendatang dari daerah lain, khususnya Jawa Barat dan Jawa Tengah, karena berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi, khususnya industri manufaktur dan elektronik di berbagai kawasan industri di sana.
Tak mencengangkan bila laju kenaikan penduduk di kabupaten dan kota itu sangat tinggi. Selama kurun 1990-2000, laju kenaikan penduduk Kabupaten Bekasi dan Tangerang masing-masing 4,70 persen dan 4,13 persen per tahun, sementara laju kenaikan jumlah penduduk Kabupaten Bogor mencapai 2,25 persen per tahun. Angka ini tentu belum termasuk jumlah migran musiman dan bersifat jangka pendek dan tak bermaksud pindah atau menetap di kota dan kabupaten tersebut. Jumlah signifikan, tapi tidak dapat dilihat dari data sensus.
Data hasil sensus 2010 untuk Kabupaten dan Kota Bogor, Tangerang, dan Bekasi belum tersedia, tapi berdasarkan kajian yang telah dilakukan penulis, tampaknya kecenderungan ini belum berubah signifikan.
Pelaju
Perkembangan Kota Jakarta berdampak luar biasa pada meningkatnya jumlah pelaju (commuters) dari kota dan kabupaten sekitar ke Kota Jakarta secara ulang alik. Memang belum ada kajian empiris yang memperkirakan jumlah pelaju secara pasti, tapi taksiran yang dibuat oleh Japan International Cooperation Agency tahun 2002 saja jumlahnya telah mencapai lebih dari 3 juta orang per hari. Ini terdiri dari 1,10 juta dari Tangerang; 1 juta dari Bogor, serta 1,14 juta dari Bekasi. Belum termasuk pelaju dari wilayah yang lebih jauh lagi, seperti Cianjur, Sukabumi, Serang, dan Rangkasbitung.
Bila diasumsikan jumlah pelaju saat ini masih berada di sekitar angka 3 juta, sebenarnya jumlah nyata penduduk Kota Jakarta pada siang hari telah mencapai 12,6 juta jiwa, yang tentu saja memperberat tingkat pelayanan infrastruktur dan fasilitas umum di Kota Jakarta.
Perlu pula dicermati bahwa dewasa ini arus pelaju yang ada di Kota Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) bukan hanya dari Bogor, Tangerang dan Bekasi (Botabek) pada pagi hari, serta dari Jakarta ke kota dan kabupaten tersebut pada sore hari, tapi juga terjadi pada arah sebaliknya, yakni dari Jakarta ke berbagai lokasi di Botabek, seperti Jababeka, Depok, dan Bogor pada pagi hari, serta dengan arah sebaliknya pada sore hari. Hal ini karena tempat-tempat di Botabek telah tumbuh menjadi pusat berbagai kegiatan pendidikan maupun industri. Memang intensitas pelaju di jalur ini tak sebesar jumlah yang dari Botabek ke Jakarta pada pagi dan dari Jakarta ke Botabek pada sore.
Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa penduduk DKI Jakarta yang kini berjumlah sekitar 9,5 juta meningkat dengan laju 1,39 persen per tahun selama periode 2000-2010. Memang angka ini masih di bawah laju pertumbuhan penduduk nasional 1,49 persen per tahun, tetapi yang mencengangkan bahwa laju 1,39 persen ini melonjak dari laju kenaikan dalam kurun waktu 1990-2000 yang hanya 0,16 persen per tahun.
Penafsiran angka pertumbuhan penduduk Kota Jakarta ini bisa keliru bila tidak dikaitkan dengan wilayah sekitarnya, khususnya Botabek, karena wilayah tepi ini masih mengalami pertambahan penduduk yang sangat besar. Kini lokasi migrasi masuk (in-migrasi) ke Jakarta telah bergeser ke Botabek. Selain itu, banyak penduduk yang berasal dari Jakarta pindah ke Botabek karena ”terdesak” oleh perkembangan berbagai kegiatan bisnis di Jakarta. Pada gilirannya hal ini berdampak pada semakin meningkatnya angka pelaju dari Botabek ke Jakarta karena mereka masih bekerja di Kota Jakarta. Dewasa ini jumlah penduduk siang Kota Jakarta kemungkinan besar telah mencapai 12,6 juta jiwa.
Analisis ini baru penafsiran sementara, berdasarkan data hasil Sensus Penduduk 2010 yang telah dikeluarkan oleh BPS. Fenomena dinamika perkembangan jumlah penduduk DKI Jakarta ini akan dapat diinterpretasikan dengan lebih akurat setelah BPS memublikasikan data yang lebih rinci.
Tommy Firman
Guru Besar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung
http://cetak.kompas.com/read/2010/09/29/03124913/jakarta.kian.sesak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar