Minggu, 21 November 2010

Ulil, Pluralis yang Anti Perbedaan [?]

Ulil, Pluralis yang Anti Perbedaan [?]

Dudi Rustandi
| 22 November 2010 | 00:08


Kenalkah dengan Ulil? Ya Ulil Abshar Abdalla, penjaga gawang Jaringan Islam Liberal yang seringkali menuai controversial dengan pemikiran-pemikirannya, walaupun sebetulnya pemikiran tersebut hanya daur ulang dari pemikir pada masa lalu dan telah dilakukan oleh sekelas Cak Nur (Alm, Nurkholis Madjid), Gus Dur (Alm, Abdurahman Wahid), Harun Nasution (Alm). Namun tentu sebagian dari kita termasuk saya menganggap bahwa apa yang dilontarkan Ulil adalah suatu yang baru dan memunculkan controversial, padahal jika kita telusuri pemikiran-pemikiran tokoh Islam sekelas yang telah disebutkan di atas, kebanyakan lontaran Ulil adalah hasil memungut dari pemikiran mereka.

Namun tetap saja, Ulil selama ini, tokoh Islam Liberal dikenal sebagai penuai controversial. Karena pemikiran-pemikirannya yang liberal. Pertama kali ia menuai kontroversi ketika menulis artikel tentang penyegaran kembali pemikiran Islam yang di muat di Kompas beberap Tahun lalu. Ulil saat itu banyak berseteru dengan mainstream umat Islam. Saat itulah gaung Islam Liberal Ulil yang memiliki situs Jaringan Islam Liberal mulai dikenal.
Karakter dari pemikiran-pemikiran Ulil dan rekan-rekannya di Jaringan Islam Liberal selalu mengusung masalah Demokrasi, HAM, dan Pluralisme. Ia mengusung kebebasan berfikir seperti halnya kaum mu’tazillah dan para filsuf Islam lainnya sekelas Ibn Rusyd.
Dalam konteks Indonesia Ia sangat menentang kekerasan karena terlalu fanatic terhadap Agama, ia menentang kekerasan seperti yang dilakukan oleh FPI sehingga dia berani mengatakan bahwa FPI harus dibubarkan. Ia pun membela golongan-golongan Islam yang dianggap minoritas seperti Ahmadiyah. Ia mengusung masalah-masalah kebebasan berpendapat, Demokrasi, HAM dan Pluralisme. Ususan pemikirannya hampir sama dengan apa yang diusung oleh Barat, sehingga ia mendapatkan sumber dana asing untuk kampanye Islam Liberalnya. (lihat buku-buku dan situs JIL yang didanai oleh sumber dana asing)
Masalah pemikiran yang liberal, saya sendiri tidak menjadikannya masalah yang prinsipil, karena bagi saya berfikir liberal itu selagi memiliki tujuan ijtihad dan kemaslahatan bagi umat itu disahkan secara ushul fiqh. Tentu dengan bersandar pada dalil naqli. Saya memiliki pendapat, justeru orang yang melakukan ijtihad dengan cara berfikir liberal, ia telah memanfaatkan secara maksimal akal yang diberikan oleh Allah. Sebaliknya orang yang langsung menggunakan dalil naqli, ia tidak menghargai pemberian Allah. Karena apa? Dalil naqli adalah senjata utama, ketika akal tidak mampu lagi berfikir secara mendalam, maka dalil naqli lah yang menjadi sandaran utama, bukankah akal itu sangat terbatas. Oleh karena itu dalam hal liberalism pemikiran (bukan liberalism prilaku) saya menganggap Ulil adalah sebagai seorang tokoh yang layak diapresiasi.
Namun apa nyana, melalui artikel seorang bloger/ kompasianer yaitu admin kompasiana, Mas Iskandar J, pemikirannya yang liberal dan begitu sangat mengusung masalah perbedaan ternyata tidak dikuti oleh sikapnya yang pluralis. Ia antikritik dan tidak menerima perbedaan tatkala argument orang lain mengalahkan logika dalam argumennya. Bahkan cenderung ia merasa bahwa dirinya paling benar, saya ingat kata-kata dalam artikel yang ditulis Mas Isjet, ketika ia saling berbalas pendapat di twitternya Mas Ulil. Balasan yang dilontarkan Mas Ulil terhadap Mas Isjet sebagai berikut: anda salah. ada ibadah yg tata-caranya harus meniru nabi, ada yg fleksibel bs disesuaikan dg zaman. harus dibedakan.
Lihat kata-kata Mas Ulil yang saya italic dan saya bold ‘anda salah’. Kata ‘anda salah’ memposisikan bahwa hanya pendapatnya dia yang benar, ia langsung menjustifikasi bahwa orang lain berada dalam posisi salah. Justifikasi salah benar bukankah adanya sikap tidak menerima perbedaan pendapat dengan orang lain? Ini merupakan ciri dari Mas Ulil yang anti perbedaan dalam berpendapat jika argumentasi logikanya sudah mandeg. Selama argumentasinya masih kencang dia akan memberikan argumentasi yang menurut dia benar, tetapi ketika argumentasinya kuldesak, dia akan mengatakan: Anda Salah Bung! Ini cirri nyata bahwa Mas Ulil yang dikenal sebagai pejuang pluralisme Islam ternyata anti perbedaan. Ironis sekali.
Setelah mas Isjet memberikan kembali argumennya atas justifikasi Mas Ulil yang memvonis pendapat Mas Isjet, Mas Ulil tidak membalas kembali tanggapannya.
Ini adalah pernyataan mas Isjet yang saya kutif dari tulisannya; “Lalu, selesai! Tidak ada tanggapan balik dari yang bersangkutan. Padahal, di Timeline nya, saya melihat Ulil masih terus menanggapi pertanyaan dan sanggahan seputar ide qurban-pakai-uang.”
Bahkan pengakuan salah seorang bloger (Doditt), karena berbeda pendapat dengan Ulil, twitternya diblok, berikut penuturannya; saya diblock di twitter sama ulil gara2 banyak berbeda pendapat, itulah aktivisi JIL, menjujung tinggi plurasime tapi meradang kalo ada pendapat yang berbeda dengan mereka”.
Jika memang benar antiperbedaan terhadap pendapat yang lebih masuk akal dan argumentative, maka nyatalah bahwa Mas Ulil adalah seorang Pluralis yang anti perbedaan. Ini juga pelajaran buat kita yang merasa diri demokrasi namun seringkali merasa bahwa diri kita saja yang benar dengan menganggap bahwa orang lain salah tanpa memberikan argument yang benar-benar masuk akal.
Mau merasa Benar sendiri? Anda bukan Tuhan, anda tidak layak!! Karena yang maha benar itu hanya Tuhan, kita hanya diberikan potongan-potongan kecil kebenaran saja, seperti kata Al-Ghazali, kebenaran itu ibarat pecahan kaca yang dilemparkan Tuhan ke bumi, dan potongan-potongan kaca tersebut sebagai milikmu.
http://filsafat.kompasiana.com/2010/11/22/ulil-pluralis-yang-anti-perbedaan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar