Senin, 15 Agustus 2011

Blackhole Nazaruddin

Senin, 15 Agustus 2011 pukul 09:58:00

Blackhole Nazaruddin


Irfan Ridwan Maksum
Guru Besar Tetap Ilmu Administrasi Negara UI, Staf Pengajar di UMJ

Dalam ilmu alam, diyakini ada satu titik di jagat raya ini berupa blackhole (lubang hitam). Lubang ini memiliki energi yang sangat besar berpusar dan bergerak pada porosnya mengitari jagat. Bahkan kian hari kian besar energinya. Pergerakannya membawa petaka benda-benda apa pun. Lubang ini akan menyerap dan melenyapkan semua benda yang dilewatinya. Seiring dengan benda-benda yang dilenyapkan, diameter lubangnya makin membesar.
Kasus Nazaruddin, jika dibiarkan, tentu akan membesar, bak lubang hitam jagat raya, dia akan memakan siapa pun yang berada di sekitar kasus tersebut. Saya katakan bisa menjadi fenomena lubang hitam karena dia adalah mantan bendahara partai berkuasa. Dia berada di pusat kekuasaan. Karena tersandung kasus korupsi, tentu dapat merusak kontur pemerintahan. Tentu, kita harus memikirkan hal ini agar tidak menimbulkan masalah yang kian lebar.

Sebetulnya asumsi blackhole yang ditakuti hanyalah energi serapnya. Energi yang besar dari Nazaruddin adalah karena ada pasokan dari media. Jika tidak ada pasokan dari media, tentu tidak akan membesar. Media membidiknya juga karena Nazaruddin memiliki nilai jual tinggi karena posisinya sebagai mantan bendahara partai berkuasa.

Jika tidak karena ini, niscaya media tidak akan melirik sama sekali. Nazarudin, ditonton oleh banyak masyarakat Indonesia karena masyarakat kita memang suka hal-hal yang seperti ini. Gejolak, kritik terhadap ketidakadilan, konflik, hal-hal yang berbau sadis amatlah disukai para pemirsa, pendengar, dan pembaca berita di negara kita. Apalagi, menyangkut berita mengenai seseorang yang berada di lingkar kekuasaan.

Partai berkuasa tentu adalah pusat kekuasaan nomor dua di sebuah negara bangsa setelah kepala pemerintahan. Nyanyian Nazaruddin secara langsung terutama mengganggu partai demokrat. Kekuatan leadership partai inilah yang menentukan pusaran fenomena lubang hitam Nazaruddin dapat dihentikan atau tidak. Jika pak Anas Urbaningrum tidak punya strategi dan jika benar apa yang dinyanyikan Nazaruddin mengenai keadaaan para tokoh partainya tentu gangguannya akan makin besar.

Pak Anas harus mampu mengelola imbas nyanyian Nazaruddin yang masuk ke tubuh partai tersebut. Jika tidak mampu, tentu Pemerintahan SBY sedikit-banyak terganggu. Ke mana alurnya? Tentu tidak langsung ke menajamen pemerintahan.

Gangguan tersebut, pertama akan mengganggu konstelasi partai-koalisi. Koalisi akan lemah. Partai lain akan memiliki posisi tawar yang tinggi. Konsentrasi partai menggalang kekuatan dukungan di parlemen agar menjaga kebijakan pemerintah akan terganggu. Dari sini pemerintahan SBY-Boediono mulai terusik. Jadi, inilah tantangan buat pak Anas.

Blackhole akan pudar dengan daya terang yang melebihi kapasitas kegelapan dari lubang hitam tersebut. Pusat kekuasaan dalam konsep negara modern sebetulnya menerangi sekeliling dan memberikan daya hidup, bak matahari dalam sebuah tata surya.

Beruntung, secara hukum, nyanyian Nazaruddin tidak bisa dijadikan dasar hukum sehingga hanya citra partai berkuasa saja yang terus terpengaruh dengan kemungkinan efek berantai seperti tertulis di atas. Daya terang tersebut terutama dikendalikan oleh leadership pak Anas.

Pak Anas harus bekerja keras. Ke dalam, dia harus konsolidasi kuat dengan dibantu para ketuanya. Keluar, tentu hubungan politik dengan partai-koalisi harus solid. Hal ini harus dia kendalikan langsung oleh pak Anas melalui tangannya sendiri. Dua hal tersebut dikelola sembari memfokuskan secara hukum perihal Nazaruddin. Jika semua yang dituduhkan Nazaruddin yang dialamatkan ke pribadinya tidak benar, pak Anas harus siap membuktikannya.

Jika menyangkut ke sejumlah petinggi partai dan sejumlah nama lain bahkan kelembagaan, maka yang dibutuhkan adalah pengelolaan manajemen bersama yang terarah dengan baik. Hubungan dengan media, dewan pembina, sesepuh partai, para-kader, dan pimpinan wilayah serta cabang harus dia kendalikan dengan mencoba mencari strategi dan peta jalan mengatasi masalah tersebut.

Pak Anas tentu dengan pengalamannya di HMI dan KPU telah siap dengan kondisi terburuk sekalipun. Pak Anas menjadi harapan partai yang menentukan keberlangsungannya pula. Jika dia punya sapu bersih, tentu sapu tersebut akan digunakan pertama kali terhadap lingkungan terdekatnya, baru ke jarak yang lebih luas dari lingkungan tersebut. Pertanyaannya adalah, apakah sapu yang dia miliki sudah bersih? Tentu ini menjadi batu ujian yang betul-betul serius dihadapi.

Sebagai orang yang memiliki track-record tergolong ulet, pak Anas tidak boleh menyepelekan hal ini. Taruhannya adalah partainya dan bangsanya yang sedang dikelola oleh manajemen partainya. Sekali acuh-tak-acuh dan tidak ada kegiatan konkret, katakanlah, untuk membantu para penegak hukum dan publik mengetahuinya, maka jelas pak Anas bunuh diri.

Dia harus duduk 24 jam untuk soal ini. Tidak boleh sedikit pun memikirkan hal-hal yang berorientasi pada kepentingan pribadinya semata, keluarga, bahkan orang dekat. Hari-hari ini dan ke depan pak Anas hanya untuk partai dan bangsanya. Hanya satu kata: buktikan!
http://koran.republika.co.id/koran/24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar