Tampilkan postingan dengan label Jawa Pos. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jawa Pos. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 Desember 2009

Imaji Panorama Ekonomi 2010

[ Sabtu, 26 Desember 2009 ]
Oleh: Agus Suman

BERGANTI tahun tidak berarti semua masalah langsung sirna. Justru harus semakin waspada hingga berbagai pekerjaan rumah khususnya di bidang ekonomi di 2009 ini menjadi "saham" untuk melangkah pada tahun depan.

Di pengujung tahun ini, semua pengamat bersuara nyaris seragam bahwa ekonomi Indonesia pada 2009 belum menghidangkan pencapaian yang mengagumkan. Pekerjaan ekonomi yang ada tersisih bahkan terinjak gunjangan politik.

Salah satu alibi bahwa paras ekonomi 2009 belum memuaskan adalah masa kuratif dari badai krisis global sehingga laju ekonomi belum terpacu pada tingkat yang wajar.

Meski begitu, mengerek tinggi-tinggi optimisme terhadap prospek ekonomi untuk kondisi yang lebih bagus pada 2010 mutlak dilakukan. Meski tentu saja, kibaran optimisme tersebut bergantung pada beberapa syarat.

Pertama, bila pemerintah sanggup mengatasi persoalan laten, yakni sandera energi, terutama listrik. Krisis setrum itu melanda hampir semua kawasan, zona-zona bisnis cukup babak belur dihantam persoalan energi itu. Tidak saja harga listrik untuk industri yang masih tinggi, tersendatnya pasokan juga menjadi mimpi buruk bagi pelaku ekonomi.

Kedua, bila layunya kredit perbankan juga segera bisa diatasi. Bunga kredit yang masih cukup tinggi perlu dicermati. Masih jangkungnya bunga pinjaman turut mempersulit para pelaku ekonomi yang berhasrat ekspansi ataupun memberpesar kapasitas produksi. Jika bunga kredit bisa diturunkan cukup signifikan, pertumbuhan beberapa sektor seperti industri akan kelihatan.

Ketiga, bila ekspor dapat terus dipacu sehingga memberikan ruang yang besar bagi pemerintah untuk membiayai pembangunan. Tiga syarat itu akan menuntun apakah nanti optimisme ekonomi tersebut bisa terealisasi atau tidak pada 2010.

Karakteristik Persoalan

Tiga persoalan ekonomi di atas, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk belenggu energi, terasa betapa negara ini seolah berdiri pada panggung keironian. Sebagai negara yang kaya sumber daya energi, sungguh aneh bila Indonesia malah mengalami krisis energi.

Berdasar data yang dihidangkan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tidak dapat dimungkiri bahwa sumber energi yang kita miliki cukup kolosal. Catatan terakhir tentang cadangan potensial minyak bumi kita adalah 4.414,57 million metrik stock tank barel (MMSTB). Untuk gas bumi, cadangannya sebesar 106,01 trillion standard cubic feet (TSCF).

Tapi kenyataannya, memenuhi kebutuhan energi rakyatnya sendiri masih kedodoran. Bahkan untuk listrik, pemadaman aliran listrik menjadi menu utama yang dipersembahkan untuk rakyat.

Warta terbaru mungkin cukup mengembuskan harapan, yakni pergantian pucuk pimpinan pada perusahaan setrum itu. Bahkan, sepak terjang Dirut yang baru dalam menghadapi karut-marutnya perusahaan negara ini layak dinanti.

Selanjutnya, ekspansi kredit pada tahun ini yang berada pada titik terendah. Sampai akhir bulan lalu, statistik perbankan Indonesia mencatat pertumbuhan kredit hanya Rp 69 triliun atau menjadi Rp 1.377 triliun. Jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu yang mencapai Rp 1.308 triliun, kedudukan saat ini hanya tumbuh 5,3 persen.

Tentu itu menjadi sketsa getir bagi perbankan. Sebab, angka tersebut anjlok dari target yang ingin dicapai. Nahasnya lagi, pertumbuhan saat ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan 2006. Situasi pada 2006 cukup mencekam dengan kenaikan harga BBM yang mencapai 100 persen, tetapi pada saat yang sama kredit perbankan tumbuh 13,9 persen.

Coba kita lacak, membiaknya kredit perbankan ini, pada 2002 naik 17,3 persen dari total kredit tahun sebelumnya. Kemudian berturut-turut pada 2003, 2004, dan 2005. Uluran perbankan lewat kredit membiak, masing-masing 18,7 persen, 27,0 persen, dan 24,3 persen. Pada 2006 serta 2007 pun, bersemi 13,9 persen serta 26,5 persen hingga pada tahun kemarin kredit perbankan begitu mekar hingga mencapai 30,5 persen.

Sementara itu, masalah ekspor merupakan gabungan dari faktor eksternal dan internal. Secara eksternal, selama ini Indonesia cukup diuntungkan oleh kenaikan harga internasional untuk komoditas primer, seperti minyak sawit (CPO) dan karet.

Namun, secara internal, pemerintah juga harus berupaya untuk meningkatkan produksi. Sekaligus menyelesaikan kendala yang kerap muncul dalam upaya ini. Perluasan kebun kelapa sawit acap menimbulkan masalah sosial, antara pengusaha sawit dan warga menemui jalan buntu soal ganti rugi lahan.

Karena itu, perbaikan peraturan untuk kepastian hukum mutlak diperlukan agar jika terjadi persoalan pada upaya pembukaan lahan untuk meningkatkan produksi dapat diselesaikan dengan baik serta tidak ada pihak yang dirugikan. Memang sampai saat ini komoditas minyak sawit (CPO) kita cukup gemilang.

Strategi pengembangan yang jelas, khususnya untuk CPO dari pemerintah serta pemberian stimulus bagi pengembangan industri hilir CPO, akan semakin meningkatkan daya saing komoditas tersebut. Sebab, fakta di lapangan, untuk pasar Tiongkok yang mengonsumsi CPO hingga lebih dari 7 juta ton per tahun, CPO Indonesia hanya mampu menyuplai 2 juta ton. Kita kalah bersaing dengan Malaysia yang mampu mengedrop CPO hingga 5,5 juta ton atau menguasai 79 persen pasar Tiongkok.

Semoga berderet optimisme pemerintah untuk kondisi perekonomian yang lebih baik pada 2010, seperti pertumbuhan ekonomi yang diikrarkan Menko Perekonomian mampu tumbuh 5,5 persen, bisa dipegang erat sehingga cerahnya ekonomi tahun depan bisa kita sambut bersama.

*) Agus Suman, guru besar Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang

Puluhan Pulau di Kaltim Rawan Dicaplok Malaysia Tidak Berpenghuni dan Tak Bernama

[ Jum'at, 25 Desember 2009 ]
SAMARINDA - Peringatan bagi pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Berdasar data yang dirilis Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kaltim, sedikitnya 23 pulau di Kaltim rawan dicaplok negara tetangga, Malaysia.

Kepala Balitbang Kaltim Syachrumsya Asri menjelaskan, sangat memungkinkan pulau-pulau tersebut dicaplok negara lain. Selain karena sebagian besar tidak berpenghuni, secara geografis pulau tersebut memang berada di wilayah perbatasan dengan Malaysia. ''Pemerintah harus segera mengambil langkah strategis untuk mengamankan pulau-pulau tersebut,'' tegasnya.

Kalau tidak, peristiwa lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan bukan tidak mungkin terulang. ''Apalagi, tidak sedikit pulau itu yang tidak bernama,'' terang Syachrumsyah.

Dia menuturkan, semua pulau yang dimaksud merupakan wilayah Kabupaten Nunukan. Dia menjelaskan, Kabupaten Nunukan terdiri atas 25 pulau. Dua di antaranya adalah pulau besar, yakni Pulau Sebatik dan Pulau Nunukan. Sebanyak 23 pulau lainnya adalah pulau-pulau kecil yang masuk wilayah Kabupaten Nunukan.

''Nah, 23 pulau itulah yang sedang kami awasi. Semoga data yang kami miliki bisa menjadi acuan bagi pemerintah agar senantiasa memperhatikan wilayahnya, terutama di kawasan perbatasan.''

Karena itu, dia juga berharap seluruh bupati dan wali kota segera menginventarisasi pulau-pulau di wilayah masing-masing. Menurut dia, hal itu harus segera dilakukan, mengingat masih banyak pulau di Kaltim yang belum bernama. (ara/jpnn/ruk)

Minggu, 29 November 2009

Kota Suci Penerang Peradaban

[ Minggu, 29 November 2009 ]
ADA dua kota suci yang dirindukan umat Islam untuk selalu disinggahi. Yakni, Makkah dan Madinah. Nabi Muhammad dilahirkan di Makkah, dan di kota inilah Nabi Muhammad mulai menyebarkan risalah agamanya. Sedangkan Madinah menjadi persinggahan kedua Nabi, sehingga Islam semakin maju dalam menciptakan peradaban zaman. Nabi pun akhirnya dikuburkan di Madinah.

Karena keagungannya, kedua kota suci ini dikatakan sebagai al-haramain; dua kota suci yang diharamkan berbuat kejahatan dan kenistaan. Mustahil kiranya mau mengkaji jejak Nabi dan jejak Islam tanpa memahami secara mendalam atas seluk-beluk Makkah dan Madinah.

Buku bertajuk Mekkah; Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim karya Zuhairi Misrawi ini merupakan bentuk penjelajahan dalam memotret Makkah secara biografis. Penelusuran biografis atas Makkah dilakukan penulis dengan mengetengahkan unsur lokal dan pengalaman hidup dan belajarnya selama menuntut ilmu di Timur Tengah. Kesan-kesan hidup sentimental yang disuguhkan dalam memotret Makkah secara biografis inilah yang memberikan nuansa tersendiri bagi pembaca dalam menguak jejak sosio-historis dan geopolitik yang melingkupi Makkah sepanjang hayatnya.

Penulis melihat jejak historis Makkah memberikan indikasi kuat bahwa Makkah sebagai kota suci. Selain secara teologis Makkah memang mendapatkan legitimasi kuat dari kitab suci, secara sosio-historis, Makkah juga menunjukkan letak geografis yang penuh tanda kesucian. Di Makkah inilah, bagi Zuhairi, banyak Nabi yang singgah, sejak Nabi Adam. Pertemuan Adam dengan Hawa setelah berpisah lama dari surga, juga ada di sudut gunung di Makkah. Kegigihan Nuh, Hud, dan Syu'aib dalam menegakkan agama Allah juga berada di Makkah

Terlebih lagi Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar, yang banyak meletakkan batu teologis agama monotes dalam jejak geografis di Makkah. Bahkan, hampir semua prosesi dalam ibadah haji adalah napak tilas yang dilakukan Ibrahim. Mulai ihram, tawaf, sai, melempar jumrah, sampai wukuf di Arafah, merupakan jejak Nabi Ibrahim dalam membuktikan keimanannya kepada Yangkuasa. Karena Ibrahim mampu menjalankan ujian keimanannya, tak salah kemudian lelaku Nabi Ibrahim menjadi tonggak kekal yang diabadikan oleh nabi sesudahnya. Dan, Muhammad juga memberikan isyarat umatnya untuk menapaktilasi Ibrahim yang dikenal pemberani dan dermawan itu.

Besarnya jejak para nabi yang singgah di Makkah adalah indikasi lahirnya para tokoh dan pembesar suatu kaum yang berdiam di Makkah. Pembesar kaum Quraisy pastilah berdiam di Makkah, karena mereka menjadi panutan yang menggerakkan arah tradisi masyarakat yang berkembang di sana.

Di masa pra-Islam, Makkah sudah menjadi kota metropolis yang maju, perdagangan yang berkembang, dan tradisi keilmuan yang sudah mengenal baca tulis. Tetapi, karena tidak adanya pemimpin suku yang definitif, akhirnya sering terjadi konflik antarsuku. Kesepakatan ihwal hukum, aturan, norma, dan etika sangatlah absurd, sehingga masyarakat berjalan sesuai dengan ambisi suku dan pemimpin sukunya.

Baru setelah Muhammad terpilih untuk menegakkan risalah islamiyah, beliau akhirnya terpilih sebagai al-amin (yang tepercaya). Nabi bisa berdiri di tengah-tengah lintas suku, sehingga memungkinkan beliau menyebarkan ajaran agama dengan jalan persuasif. Walaupun demikian, bukanlah semulus yang diperkirakan, karena banyak pembesar Quraisy yang menolak ajaran agama baru yang disebarkan Muhammad. Hijrah Nabi ke Madinah bukanlah strategi langkah mundur, tetapi sebagai upaya mendakwahkan risalahnya dengan jalan damai, dan itu dimulai dari Madinah.

Walaupun terkesan telah diusir dari Makkah saat melakukan hijrah, bukanlah langkah mundur yang dijalankan Nabi. Justru ka­rena jalan perdamaian dan persaudaraan yang ingin ditempuh Nabi, hijrah ke Madinah menjadi bagian niscaya dalam sejarah hidup Nabi.

Terbukti, ketika fathu makkah (pembebasan Makkah), Nabi tidak memaksakan ajaran aga­ma kepada masyarakat Makkah. Beliau justru menawarkan jalan damai bagi semua warga. Bahkan, pembesar Quraisy pun mendapatkan pemaafan dari Nabi.

Ketika Makkah sudah di tangan umat Islam, Makkah semakin ramai. Tak lain karena di Makkah ada Kakbah dan Masjidilharam yang mendapatkan keistimewaan luar biasa dari umat Islam. Nabi juga memerintahkan umat Islam untuk berhaji, bertahannuts, dan bermunajat di Kakbah dan Masjidilharam. Perintah Nabi ini tak lain adalah wujud apresiasinya atas jejak Nabi Ibrahim yang sangat istimewa untuk diteladani umat Islam.

Para jamaah haji tidak akan melewatkan waktu istimewanya dalam menjelajah pesona di balik Makkah. Setahun sekali, umat Islam berduyun-duyun untuk menjalankan rukun Islam kelima itu. Bulan Zulhijah menjadi pertemuan agung umat Islam dalam memenuhi panggilan Allah sebagai tamu istimewa. Bukan saja bulan haji, tetapi ketika Ramadan tiba, umat Islam juga sangat antusias untuk bermunajat di Makkah. Hampir semua yang berkunjung tak bisa melukiskan kebesaran Makkah, karena memang pengalaman ruhaninya begitu mendalam.

Di sinilah penulis telah memperlihatkan Makkah sebagai kota suci yang menerangi peradaban dunia Islam. Pengalaman haji, umrah, serta iktikaf di Kakbah dan Masjidilharam telah menciptakan ruang teologis dan sosial yang melekat dalam diri seorang muslim. Peradaban dunia Islam akan semakin bercahaya dengan semakin bercahayanya mereka yang meresapi substansi ibadahnya dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. (*)

*) Muhammadu A.S, Pengelola perpustakaan Al-Hikma Pati, Jawa Tengah

---

Judul Buku: Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Tekanan Ibrahim

Penulis: Zuhairi Misrawi

Penerbit: Kompas

Cetakan: 1, 2009

Tebal : xviii+374 halaman