Minggu, 19 September 2010

"Penyakit Belanda"?

Senin, 13 September 2010 | 04:41 WIB
Muhammad Chatib Basri
Tingginya pertumbuhan ekspor komoditas kita di satu sisi dan terpuruknya industri manufaktur di sisi lain mengingatkan saya akan obrolan rutin dengan Max Corden sepuluh tahun yang lalu di Cellar Café University House, Australian National University, di Canberra.

Setelah Mudik Fitrah Usai

Senin, 13 September 2010 | 04:42 WIB
Abdul Munir Mulkhan
Puasa yang diakhiri dengan membayar fitrah dilanjutkan Lebaran bagai jalan tapa Bima memenuhi perintah Durno, gurunya, mencari air suci ya Dewa Ruci. Idul Fitri berarti kembali ke fitrah diri setelah sebulan mengarungi lautan batin menahan nafsu (makan-minum) dan berahi dalam puasa.

Mengelola Negara Kesejahteraan

Senin, 13 September 2010 | 04:41 WIB
Budiman Sudjatmiko
Konsepsi Negara Kesejahteraan yang dicita-citakan para pendiri republik harus berkembang menerjang waktu. Hal tersebut mensyaratkan watak modern, efektif, dan efisien, tetapi tetap berbasis kearifan lokal bangsa.

Mu'tazilah

Muʿtazilah (Arabic: المعتزلة‎) is an Islamic school of speculative theology  that flourished in the cities of Basra and Baghdad, both in present-day Iraq, during the 8th–10th centuries. It is still adopted by some of Muslim intellectuals today. The adherents of the Mu'tazili school are at odds with other Sunni scholars due to the former's belief that human reason is more reliable than scripture. Because of this belief, Mu'tazilis tend to interpret passages of the Qur'an in a highly metaphorical matter, a practice frowned upon by traditional, orthodox schools.
Contents

Mengupayakan Kerukunan dan Keserasian

Jumat, 17 September 2010 00:01 WIB
ADA yang patut kita syukuri pada Ramadan yang lalu. Pembatalan rencana pembakaran kitab suci Alquran di Amerika sungguh melegakan para pencinta damai. Rencana membakar kitab suci menunjukkan sisi gelap manusia. Sikap demikian sama buruknya dengan serangan World Trade Center di New York, 9/11/2001, dan pembunuhan besar-besaran orang Yahudi oleh pemerintahan Nazi Jerman (1933-1945). Pembatalan pembakaran Al Qur'an memberi harapan.
Di sisi lain, penganiayaan fisik maupun batin yang dialami seseorang atau suatu kelompok adalah bukti bahwa tidak ada manusia sempurna. Ada unsur-unsur baik maupun buruk dalam dirinya. Unsur-unsur buruk itulah yang membangkitkan konflik dan ketidakadilan sosial. Ini yang akan terus-menerus kita waspadai.

CALAK EDU Melek Aksara

Senin, 20 September 2010 00:01 WIB

Melek aksara (literacy) adalah harapan semua orang agar bisa dihargai. Sebagai sebuah pemenuhan hasrat kemanusiaan, melek aksara sebanding dengan harapan setiap individu di muka bumi ini untuk ikut serta dalam meningkatkan partisipasi sosial. Jika partisipasi sosial meningkat, dominasi satu golongan terhadap golongan lainnya pasti akan berkurang, kekerasan menurun, dan kesejahteraan hidup manusia di dunia ini menjadi lebih mungkin untuk diwujudkan. Dalam bentuk yang paling formal, melek aksara adalah tujuan dan agenda paling mendasar dari proses pendidikan.

Arah Pendidikan Buta Aksara

Senin, 20 September 2010 00:01 WIB

Buta aksara adalah keadaan ketika orang tidak mampu membaca dan menulis. Padahal, keduanya merupakan jendela untuk melihat dunia. Artinya, jika orang bisa membaca, dia melihat dunia baru dan segala perkembangannya, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta teknologi informasi (TI). Akibat banyaknya penderita buta aksara, majalah Time pada 2007 lalu, melabeli kita sebagai bangsa yang tidak punya pengaruh atau kurang diperhitungkan dalam kancah hubungan internasional. Indonesia, tulis Time, bahkan tertinggal jauh tidak saja dari negara-negara maju Asia seperti Jepang, Singapura, Malaysia, dan sebagainya, tapi juga tertinggal dari negara-negara pendatang baru seperti Vietnam, Laos, bahkan Kamboja. Julukan sebagai bangsa tertinggal dan tidak punya pengaruh memang menyakitkan!