Sabtu, 12 September 2009

Puisi-puisi karya Hario Priojati

Minggu, 13 September 2009 pukul 01:43:00

Puisi-puisi karya Hario Priojati


Rubrik Sastra

Sayembara Cinta Anak Manusia
Tolong sampaikan kepada Na, siapa tahu Anda kini
berada didekatnya.
Kalau aku ingin menghabiskan usia dengannya
sampai lepas simpul nyawa.
Kalau aku ingin beribadah beralas kejujuran dalam
ikatan suami-istri, bukan hubungan pacaran yang kerap
menghalalkan praktek penipuan diri.
Kalau aku ingin menjadi saksi atas kemunculan bayibayi
bandel tapi lucu yang lahir berurutan dari
rahimmu, berapa pun Tuhan akan kasih untuk kita.
Kalau aku ingin dipanggil "ayah" oleh mereka yang
memanggilmu "ibu".
Kalau aku ingin kamu adalah satu-satunya wanita
dalam satu kesempatan hidup bagi satu pria sepertiku.
Tolong sampaikan kepada Na, barangkali ia tak
sempat membaca Koran hari ini.

Khalifah

Hidup ibarat penggembaraan
para musafir.
Hingga langkah dan nafas
manusia haruslah bertujuan
ibadah.
Tapak jejak yang tertinggal
di tanah, udara yang tersisa
di dada, biarlah saja diabdikan
bagi sesama.
Rentang usia nyatanya
lebih pendek daripada
rentang amal.
Bersyukurlah orang yang
diberi kelapangan panjang
usia, tapi juga diberi kekuatan
beramal.


Akhir Ramadhan

Memandangi langit saat senja terakhir Ramadhan.
Segera setelah rombongan ayam pulang kandang.
Diantara keramaian sikap taqwa hambaNya menanti kemenangan.
Dunia yang mendadak tampak beraroma surgawi dengan alunan
takbir.
Senandungnya perlahan menggetarkan semesta, hingga air mata
menetes diam-diam.
Saat tidak ada satupun kekuatan duniawi yang dapat menghentikan
tarian sujud umat Islam.
Dalam balutan fitri yang membahana, Dia Maha Tahu, siapa saja yang
menangis, dan apa yang membuat hambaNya menangis.
Menjelang fajar, takbir kian berkolaborasi dengan tangis akan ke -
agungan Tuhan.
Tanpa sadar, pergantian Ramadhan menuju Syawal selalu penuh
dengan khidmat kemuliaan.
Dan itu sangat, sangat, sangat indah.


Idhul Fitri


Masa dimana tempat asal muasal begitu mudah dirindukan daripada
biasanya.
Masa dimana kehadiran sanak saudara begitu mudah dinanti
daripada biasanya.
Masa dimana kesalahan begitu mudah diakui daripada biasanya.
Masa dimana dendam amarah begitu mudah dihapus daripada
biasanya.
Masa dimana si miskin dan kaya begitu mudah dipersatukan
dalam tempat bernama masjid daripada biasanya.
Sebuah hajatan besar yang diselenggarakan oleh Allah SWT bagi
hambaNya yang taqwa.
Sebuah reuni umat manusia bernama Idhul Fitri.
Yogyakarta, 2009
*Penulis adalah mahasiswa fakultas Psikologi UGM, pernah menerima beasiswa
Program Actor Studio Teater Garasi 2007-2008, dan pegiat di Walhi DIY.
Tinggal di Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar