Minggu, 13 September 2009 pukul 01:56:00
TANQIH AL-QAWL AL-HATSITS Menjadi Mukmin Sejati
Rubri Kitab
Kitab ini berisi berbagai keutamaan beribadah yang disandarkan pada hadis Nabi SAW.
Setiap umat Islam menginginkan dirinya menjadi hamba yang saleh, taat menjalankan ibadah yang diperintahkan Allah SWT dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya. Karena itu, dalam Alquran, Allah memerintahkan setiap Mukmin (orang yang beriman) agar masuk dan mempelajari agama Islam secara menyeluruh (kaffah ).
''Hai, orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan ( kaffah ) dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya, setan itu musuh yang nyata bagimu.'' (Albaqarah [2]: 208).
Ayat ini menggambarkan bahwa menjadi Mukmin sejati itu tidaklah mudah. Banyak godaan dan halangan yang dihadapi umat Islam. Di antaranya adalah bujuk rayu setan yang senantiasa menjerumuskan manusia pada jalan kesesatan.
Rasulullah SAW mengajarkan berbagai cara bagi umat Islam untuk menghindari bujuk rayu setan. Di antaranya ialah senantiasa menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Berkaitan dengan hal inilah, tampaknya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi bin Ali al-Bantani al-Jawi (1230-1315 H/1814-1890 M)lebih dikenal dengan nama Syekh Nawawi al-Bantani--menyusun kitab yang diberi nama Tanqih al-Qawl al-Hatsits bi syarh Lubab al-Hadits , syarah atau penjabaran dari kitab Lubab al-Hadits karya Syekh Jalaluddin bin Abu Bakar as-Suyuthi.
Kitab Tanqih al-Qawl al-Hatsits ini berisi tentang berbagai amalan yang dapat dijadikan pegangan oleh umat Islam dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Kitab Tanqih al-Qawl al-Hatsits ini bukanlah kitab fikih yang biasa menjelaskan hukum-hukum ibadah, seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya. Kitab ini secara spesifik berisi tentang berbagai fadhilah atau keutamaan dalam beramal.
Dalam kitab ini, sedikitnya terdapat sekitar 400 hadis Nabi SAW. Namun, seperti diakui sendiri oleh Syekh Nawawi al-Bantani, beberapa di antara hadis yang termuat dalam kitab ini tergolong dalam hadis dhaif (lemah).
''Kendati demikian, (hadis-hadis dhaif itu) sebaiknya jangan diabaikan sebab hadis dhaif ini bisa digunakan untuk fadhilah amal (keutamaan beramal), sebagaimana ditandaskan Ibnu Hajar al-Asqalani (773-852 H-1372-1449 M) dalam kitab Tanbih al-Akhyar ,'' tulis Syekh Nawawi dalam mukadimah (pembukaan) kitab tersebut.
''Hadis dhaif juga bisa dijadikan hujjah untuk fadhilah amal dengan kesepakatan ulama, seperti dijelaskan dalam Syarh Muhadzdzab dan lainnya,'' tambah Syekh Nawawi.
Kitab Tanqih al-Qawl ini terdiri atas 40 bab keutamaan yang masing-masing bab berisi sekitar 10 hadis. Secara berurutan, kitab ini dimulai dengan bab keutamaan ilmu dan ulama, lalu dilanjutkan dengan bab keutamaan Laa Ilaha Illallah , keutamaan basmalah, shalawat Nabi SAW, iman, wudhu, siwak, azan, shalat berjamaah, Jumat, masjid-masjid, bersorban, puasa, ibadah fardhu, ibadah sunah, kelebihan zakat, sedekah, salam, doa, istighfar, dan berzikir kepada Allah.
Selanjutnya, dibahas pula kelebihan dan keutamaan bertasbih, taubat, fakir, nikah, beratnya hukum zina, azab bagi pelaku homoseksual, hukuman bagi peminum khamar, keutamaan memanah, berbakti kepada kedua orang tua, mendidik anak, tawadhu, diam, mengurangi makan dan minum, menyedikitkan tertawa, menjenguk orang sakit, mengingat kematian, mengingat kubur, larangan meratapi mayat, dan keutamaan sabar apabila tertimpa musibah.Semua keutamaan ibadah dan larangan berbuat maksiat yang tertulis dalam kitab ini disandarkan pada hadis Nabi SAW dan penjelasan Alquran.
Keunggulan
Salah satu kelebihan dari kitab ini, walaupun setiap bab hanya berisi 10 hadis, di dalamnya disertai dengan penjelasan dan hikayat-hikayat (cerita) yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Dengan demikian, hal itu akan menambah semangat dan keyakinan bagi umat untuk mengamalkan dan menjalankan segala petunjuk yang dibahas dalam kitab tersebut.
Misalnya tentang keutamaan membaca dan mengamalkan kalimat tauhid Laa Ilaha Illallah , Syekh Nawawi menulis, ''Orang yang membiasakan membaca Laa Ilaha Illallah ketika masuk ke rumah, hal itu bisa menghancurkan kemiskinan. Dan, orang yang membaca Laa Ilaha Illallah dan memanjangkannya (terus-menerus), maka baginya akan dirobohkan 4000 dosa besar. Para sahabat bertanya, 'Wahai Nabi, jika dia sama sekali tidak memiliki dosa besar?' Nabi menjawab, 'Keluarga dan tetangganya akan diberi ampunan'.'' (HR Bukhari).
Kemudian, Syekh Nawawi mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majahm Ibnu Hibban, dan Hakim dari Jabir RA. ''Zikir yang paling utama adalah Laa Ilaha Illallah dan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah.''Begitu juga ketika Syekh Nawawi membahas berbagai keutamaan lainnya. Berbagai hadis Rasulullah SAW mengenai topik yang dibahas dikaitkan dengan penjelasan Alquran.
Misalnya tentang keutamaan berdoa, Syekh Nawawi menyatakan, ''Doa itu merupakan otak ibadah.'' (HR Tirmidzi dari Anas, hadis sahih). Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Insyirah ayat 7-8. ''Maka, apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (pada urusan) lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.''
Keunggulan lainnya adalah disebutkannya para perawi hadis ( isnad ) yang sahih. Menurut Syekh Nawawi, yang dimaksud dengan sahih adalah sanadnya lengkap dan perawinya adil. Sedangkan, yang dimaksud dengan isnad adalah menceritakan jalur matan hadis. Dan, sanad adalah jalur yang membuat sampai matan hadis.
Mengutip pendapat Imam Syafii, ''Orang yang mencari hadis tanpa sanad itu seperti pencari kayu bakar di malam hari yang memanggul kayunya, sementara dia tidak mengetahui di dalam tumpukan kayu itu ada ular.''Keunggulan lain dari kitab ini adalah penjelasannya sangat perinci dan detail sehingga memudahkan pembaca mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Belum Populer
Bila dibandingkan kitab Nasha'ih al-Ibad bi Syarh al-Munabbihat 'ala al-Isti'dad ila Yawm al-Ma'ad yang juga merupakan karya Syekh Nawawi al-Bantani, kitab Tanqih al-Qawl al-Hatsits ini masih kalah populer. Bahkan, di dunia pesantren, kitab Nasha'ih al-Ibad banyak digemari dan dipelajari di berbagai lembaga pendidikan Islam tertua tersebut.
Tak hanya di Indonesia, kitab Nasha'ih al-Ibad juga dipelajari di berbagai lembaga pendidikan Islam di Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan lainnya.Namun demikian, kitab Tanqih al-Qawl al-Hatsits ini memiliki keistimewaan yang tersendiri. Sebab, kitab Nasha'ih al-'Ibad berisi tentang penjelasan mengenai hadis yang berkaitan dengan sejumlah pelakunya, yakni untuk dua orang, tiga orang, hingga 10 orang. Sedangkan, kitab ini berisi penjelasan untuk mendorong umat agar memperbanyak ibadah bagi setiap individu.
Sebagaimana dijelaskan pada bagian lain tulisan ini, kitab Tanqih al-Qawl al-Hatsits merupakan syarah (penjabaran) dari kitab Lubab al-Hadits karya Jalaluddin as-Suyuthi.Sebenarnya, ada satu lagi kitab yang menjadi syarah kitab Lubab al-Hadits , yaitu al-Jawhar al-Mawhub karya Syekh Wan Ali bin Abdurrahman al-Kalantani. Namun, syarah dari Al-Jawhar al-Mawhub ditulis dalam bahasa Melayu. Keduanya hidup sezaman sewaktu tinggal di Makkah al-Mukarramah.
Namun demikian, dari segi isinya, terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Syarah Tanqih al-Qawl al-Hatsits yang ditulis Syekh Nawawi, sebagaimana tertulis dalam mukadimahnya, lebih menekankan pentingnya isnad .Syekh Nawawi menekankan pentingnya isnad hadis yang termaktub dalam kitab Lubab al-Hadits karya Jalaluddin as-Suyuthi. Ia memberikan penilaian hadis yang terdapat dalam kitab Lubab al-Hadits berdasarkan ilmu musthalah al-hadits .
Sedangkan, syarah Syekh Wan Ali Kelantan lebih mementingkan syarah menuju kepada perbaikan akhlak dan dihubungkan dengan amalan yang dikerjakan sehari-hari.Dan, bila ditinjau dari sudut kajian akademik, seperti di zaman modern sekarang ini, syarah yang ditulis Syekh Nawawi dengan menggunakan kajian ilmu Musthalah al-Hadits itu terbilang sangat maju dan lebih dapat diterima sebagai sebuah kitab yang memiliki kualitas tinggi kendati tak semua masyarakat Muslim membutuhkan keterangan jalur isnad hadis.
Dalam syarahnya ini, Syekh Nawawi menyebutkan sejumlah nama perawi hadis serta isnad -nya yang disebut dengan sanad sahih atau sanad dhaif dan sebagainya.Sedangkan, syarah Syekh Wan Ali Kelantan tidak dibicarakan secara umum dan hanya menyebutkan sedikit sekali. Tentunya, Syekh Wan Ali Kelantan mengetahui hal ini. Namun, karena tujuan dan sasaran dakwah yang berbeda, hal itu menjadi pertimbangan tersendiri bagi ulama asal Kelantan, Malaysia, tersebut. Wallahualam .
Riwayat Singkat Syekh Nawawi
Syekh Nawawi al-Bantani yang bernama lengkap Muhammad bin Umar bin Ali al-Bantani al-Jawi dilahirkan di Tanara, Banten, pada tahun 1255 H (1830). Syekh Nawawi wafat di Kota Makkah pada 1315 H (1890). Syekh Nawawi merupakan salah seorang ulama besar nusantara yang menjadi pengajar di Masjid al-Haram, Makkah. Sejumlah ulama nusantara lainnya pernah menjadi murid-muridnya.
Selama hidupnya, Syekh Nawawi menulis sejumlah karya dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu hadis, fikih, tafsir, tasawuf, maupun lain sebagainya. Di antara karyanya adalah Marah al-Labid li Kasyfi Ma'na al-Qur'an al-Majid (tafsir), Tanqih al-Qawl al-Hatsits (hadis), Qathru al-Gaiths, Fath al-Majid, Qami' ath-Thugyan (tauhid), Sullam al-Munajat, Kasyifah al-Saja, Uqud al-Lujjayn (fikih), Salalim al-Fudlala, Maraq al-Ubudiyah (tasawuf), dan lainnya.
Nama : Ummu Fadhilah
Alamat : Pelita Air Blok D III, Pancoran Mas, Depok
Rek BRI No 3704-010-0064-4502
a/n : S Fadlila TR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar