Rabu, 25 November 2009

MAKALAH HIERARKI TEORI PENDIDIKAN DAN KURIKULUM

(Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah: Pengembangan Kurikulum)
Dosen Pengampu: Drs. Ari Anshori, M.Ag








Disusun Oleh:
MUHAMMAD HAILAN
G.000.080.062


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009

HIERARKI TEORI PENDIDIKAN DAN KURIKULUM

A. PENDAHULUAN
Dewasa ini berkembang suatu anggapan bahwa pendidikan bukan lagi merupakan suatu ilmu, melainkan suatu teknologi. Hal ini disebabkan oleh upaya pengembangan dan penyempurnaan pendidikan khususnya kurikulum, lebih banyak datang dari pengalaman praktik disekolah, dibandingkan dengan penerapan teori-teori yang sudah mapan. Penambahan atau perubahan isi kurikulum sering diadakan karena adanya kebutuhan-kebutuhan praktis. Karena selalu menekankan pada hal-hal praktis itulah, masa berlaku suatu kuriklum tidak bisa lama.
Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum, dan suatu teori kurikulum diturunkan atau dijabarakan dari teori pendidikan tertentu. Kurikulum dapat dipandang sebagai rencana konkret penerapan dari suatu teori pendidikan. Untuk lebih memahami hubungan kurikulum dengan pendidikan, dikemukakan beberapa teori pendidikan dan model-model konsep kurikulum dari masing-masing teori tersebut.
Pada makalah ini akan diuraikan apa, mengapa, dan bagaimana teori, khususnya pentingnya dasar-dasar teoritis dalam pengembangan kurikulum dan akan disajikan susunan Hierarki teori pendidikan dan kurikulum.

B. PEMBAHASAN
1. Apakah teori itu?
Ada beberapa kesepakatan diantara para ahli, tetapi juga ada beberapa perbedaan pendapat. Kesepakatan yang telah diterima secara umum, bahwa teori merupakan suatu set atau sistem pernyataan (a set of statement) yang menjelaskan serangkaian hal. Ketidak sepakatannya terletak pada karakteristik pernyataan tersebut.
Diantara sekian banyak pendapat yang berbeda, ada tiga kelompok karakteristik utama sistem pernyataan suatu teori :
Pertama, pernnyataan dalam suatu teori bersifat memadukan (unifying statement), karakteristik ini banyak disetujui oleh para perumus teori, diantaranya oleh Kaplan (1964, hal. 295), Hall dan lindsay (1970, hal. 11) menekankan hal yang sama yaitu sifat unifying, seperti mereka nyatakan bahwa”…a theory is set of confentions that sould contain a cluster of relevant assumption systemacally related to each other and a set of empirical definitions”. dan pendapat yang juga hampir sama yaitu pendapat yang dikemukakan oleh Snow (1973, hal. 787).
Kedua, pernyataan tersebut berisi kaidah-kaidah umum (universal preposition), karakteristik ini dapat kita temui dalam pernyataan yang dikemukakan dalam definisi teori Rose (1953, hal. 52, “A theory may be defined as an integrated body of definitions, assumptions and general perpositions covering a given subject matter from which a compherensive and consistent set of specific and testable hypotheses can be deducted logically”. Menurut Rose, karakteristik ini meliputi definisi, asumsi dan kaidah-kaidah umum.dalam rumusan yang lebih kompleks teori ini juga menyangkut hukum-hukum, hipotesis, dan deduksi-deduksi logis-matematis.
Ketiga, pernyataan bersifat meramalkan (predictive statement), karakteristik yang ketiga ini dipandang sebagai ciri utama suatu teori. Teori harus mampu menjangkau kedepan, bukan hanya menggambarkan apa adanya tetapi mampu meramalkan apa yang terjadi atas suatu hal. Rumusan ini dapat dilihat dalam definisi teori Traves (1960, hal. 10): “….a theory consist of generalizations intented to explain phenomena and that the generalizations must be predictive”.
Suatu rumusan yang lebih menyeluruh, yang mengandung tiga karakteristik utama suatu teori (unifying, universal prepositions, dan predictive) dapat kita temukan dalam definisi Kerlinger (1973, hal. 9) . “A theory is a set of interelated construct (concepts), definitions, and prepositions that present a systematicview of phenomena by spesefying relations among variable, whit the purpose of explaining and predicting phenomena”.
Dengan bermacam-macam rumusan teori ini diharapkan sampai pada suatu kesimpulan, walaupun bersifat tentatif bahwa suatu teori lahir dari suatu proses, yang berbeda dengan yang lainnya. Suatu teori hanya menjelaskan hal yang terbatas, teori lain menjelaskan hal yang lebih luas.

2. Teori Pendidikan dan Kurikulum.
1. Teori pendidikan
Pendidikan merupakan ilmu terapan (applied science), yaitu terapan dari ilmu atau disiplin lain terutama filsafat, psikologi, sosiologi dan humanitas. Sebagai ilmu terapan, perkembangan teori pendidikan berasal dari pemikiran–pemikiran filosofis-teoritis, penelitian empiris dalam praktik pendidikan.dengan latar belakang seperti itu, beberapa ahli menyatakan bahwa ilmu pendidikan merupakan ilmu yang “belum jelas”. Hal itu diperkuat oleh kenyataan bahwa cukup sulit untuk merumuskan teori pendidikan. Teori-teori pendidikan yang ada lebih menggambarkan pandangan filosofis, seperti teori pendidikan Langeveld, Kohnstam, dan sebagainya, atau lebih menekankan pada pengajaran seperti teori Gagne, Skinner, dan sebagainya .

Menurut Beauchamp (1975, hal. 34), teori pendidikan akan atau dapat berkembang tetapi perkembangannya pertama-tama dimulai pada sub-subteoriny. Yang menjadi subteori dalam dari teori pendidikan adalah teori-teori dalam kurikulum. Pengajaran, evaluasi, bimbingan-konseling, dan administrasi pendidikan.
Susunan teori pendidikan dengan subteori dan teori yang memayunginya dapat dilihat pada bagan berikut:
Bagan. Susunan hierarki teori pendidikan dan kurikulum













Telah diuraikan sebelumnya bahwa ada dua kecendrungan perkembangan ilmu pendidikan. Pertama, perkembangan yang bersifat teoritis yang merupakan pengkajian masalah-masalah pendidikan dari sudut pandang lain, seperti filsafat, psikologi dan lain-lain. Kedua, perkembangan ilmu pendidikan dari praktik pendidikan. Keduanya dapat saling membantu, melengkapi, dan memperkaya. Dalam kenyataan, tidak selalu terjadi hal yang demikian. Hanya sedikit hasil-hasil pengkajian teoritis yang diterapkan para pelaksana pendidikan. Sebagai contoh: teori J.J Rousseau yang menekankan pendidikan alam dengan peranan anak sebagai subjek yang penuh potensi, hampir tidak ada yang melaksanakannya secara penuh., kecuali beberapa prinsip utamanya, itupun dengan modifikasi. Sebaliknya para pendidik dilapangan melaksanakan praktik pendidikan yang lebih didasarkan kebutuhan-kebutuhan praktis, sekalipun tidak banyak dilandasi oleh teori-teori yang kuat.
Hugh C. Black dalam bukunya A Four-fold Classification of Edicational theories (1966), mengemukakan empat teori pendidikan yaitu, teori tradisional, teori progresif, teori hasil belajar, dan teori proses belajar. Teori tradisional menekankan fungsi pendidikan sebagai pemelihara dan penerus warisan budaya, teori progresif memandang pendidikan sebagai penggali potensi anak-anak, dalam teori ini anak menempati kedudukan yang sentral dalam pendidikan. Teori hasil belajar sesuai dengan namanya mengutamakan hasil, sedangkan teori proses belajar mengutamakan proses belajar .
Bronuer mengidentifikasi enam teori pendidikan, Keenam teori tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ;
Teori Metode Pandangan terhadap anak Penekanan dalam pendidikan
Monitorial method
Object teaching

Herbartiansim

Child study
Experimentalism
Curent academic emphasis Orielland memorization
Handling thing

Five steps

Self expresion
Problem solving
New tecnology Trainable beast

Flower to be cultivated

Social embryo to be molded
Potential artist
Responsible rebel
Greatest natural resourse Obedience

Discoverer

Will power

Sensitivity
Involvement
mastery


2. Teori kurikulum
Teori kurikulum yaitu suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, pengembangan dan evaluasi kurikulum .
Sedangkan menurut menurut Pinar teori kurikulum dapat didefenisikan atas teori tradisionalis, konseptualis empiris, dan rekonseptualis. Teori tradisionalis adalah teori yang mementingkan transmisi sejumlah pengetahuan dan pengembangan kebudayaan agar fungsi masyarakat berjalan sebagai mestinya. Teori konseptualis empiris adalah teori kurikulum yang menerapkan metode penelitian dalam sains untuk mengahasilkan generalisasi yang memungkinkan pendidik untuk meramalkan dan mengendalikan apa yang terjadi disekolah. Sedangkan teori Rekonseptualis adalah teori yang menekankan pada pribadi, pengalaman eksistensi dan interprestasi hidup untuk melukiskan perbedaan dalam masyarakat.
Teori kurikulum memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan penyusunan, pengembangan, pembinaan dan evaluasi kurikulum pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Dalam kaitan ini fungsi kurikulum adalah :
1. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan menberikan alternative secara rinci dalam perencanaan kurikulum.
2. Sebagai landaasan sistematis dalam pengambilan keputusan, memilih, menyusun dan membuat urutan isi kurikulum.
3. Sebagai pedoman atau dasar bagi evaluasi formatif bagi kurikulum yang sedang berjalan.
4. Membantu orang (yang berkepentingan dengan kurikulum) untuk mengidentifikasi kesenjangan pengetahuaanya sehingga merangsang untuk diadakannya penelitian lebih lanjut.


Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan , yaitu :.

1.Pendidikan klasik (classical education),
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme, Essensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik. Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses ”penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri .
2.Pendidikan pribadi (personalized education).
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey - memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,– memiliki nurani kejujuran,kebenarandan ketulusan.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis),
3.Teknologi pendidikan,
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik, melalui metode pembelajaran individual, media buku atau pun elektronik, sehingga mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.
4. Pendidikan interaksional,
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial. Pendidikan interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan bekerja sama untuk memecahkannya.


C. KESIMPULAN
a) Bahwa teori merupakan suatu set atau sistem pernyataan (a set of statement) yang menjelaskan serangkaian hal.
b) Pendidikan merupakan ilmu terapan (applied science), yaitu terapan dari ilmu atau disiplin lain terutama filsafat, psikologi, sosiologi dan humanitas.
c) Teori kurikulum yaitu suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, pengembangan dan evaluasi kurikulum.
d) Teori kurikulum memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan penyusunan, pengembangan, pembinaan dan evaluasi kurikulum pada khususnya dan pendidikan pada umumnya.
e) Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu : (1) pendidikan klasik; (2) pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan dan (4) teori pendidikan interaksional.

DAFTAR PUSTAKA

Sukmadinata, Nana syaodih. Pengembangan kurikulum teori dan paktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung: 2000
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Raja Grafindo Persada, 1996
http//akhmadSudrajat.wordpress.com//2008/02/07.pengembangan kurikulum dan pembelajaran 17 Komentar/
Suwarno, Wiji. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Ar-Ruzz, Yogyakarta: 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar