Senin, 08 November 2010

Integrasi, Kunci Toleransi Beragama


Senin, 08 November 2010 pukul 11:23:00

Martin Hatfull
Duta Besar Inggris untuk Indonesia

Baru-baru ini, saya diundang untuk berbicara di depan para mahasiswa Universitas Indonesia dan sejumlah universitas lainnya di Indonesia melalui video conference. Topik yang disampaikan saat itu adalah mengenai "Islam di Inggris". Topik ini adalah isu yang aktual di mana banyak media di Indonesia menaruh perhatian pada isu keberagaman agama di dalam negeri. Dalam hal bagaimana mengatasi isu keberagaman, banyak hal yang bisa kita pelajari satu sama lain. Namun, persepsi masyarakat Indonesia tentang Inggris diwarnai oleh kesalahpahaman terlebih mengenai pendekatan kami terhadap komunitas-komunitas yang berbeda di Inggris dan mengenai pendekatan kebijakan luar negeri kami secara luas. Oleh karena itu, saya ingin memberikan penjelasan dan berbagi pengalaman serta pendekatan kami terhadap integrasi di Inggris.
Saat ini, ada sekitar 2 juta umat Muslim tinggal di Inggris atau sekitar 3 persen dari seluruh populasi Inggris. Mereka datang dari berbagai macam latar belakang etnis dan agama yang berbeda-beda-Asia, Timur Tengah, Afrika, dan beberapa warga negara Inggris yang baru memeluk Islam-mereka semua memiliki tradisi budaya dan agama yang berbeda-beda. Begitu banyak komunitas Muslim di Inggris. Umat Muslim pertama datang ke Inggris pada abad ke-17, namun gerakan imigrasi dari negara-negara Muslim berawal pada tahun 1950-an. Hal ini mengartikan bahwa saat ini lebih dari setengah Muslim lahir di Inggris. Dari tiga generasi Muslim ini, bahasa Inggris telah menjadi bahasa pertama mereka. Saat ini, Muslim dari golongan mana pun, latar belakang apa pun, terintegrasi secara menyeluruh ke dalam tatanan masyarakat Inggris di semua level: profesional, komersial, pendidikan, sektor publik, atau swasta. Dokter Anda bisa jadi seorang Muslim; pengemudi bis bisa jadi seorang Muslim. Begitu juga dengan pengacara Anda, guru anak Anda, penjaga toko di sekitar Anda, atau bahkan pemilik supermarket pun bisa jadi seorang Muslim. Satu dari sepuluh unit bisnis dimiliki oleh Warga Asia-Inggris, di mana sebagian besar dari mereka adalah Muslim. Kami memiliki beberapa ribu miliuner Muslim dan lebih banyak anggota parlemen Muslim dibanding negara lain di Eropa. Saat ini, kami juga telah memiliki seorang wanita Muslim di kabinet-Baroness Warsi-yang baru-baru saja diliput oleh media di Indonesia. Saya memiliki rekan-rekan kerja Muslim, termasuk di Jakarta dan jumlah mereka semakin meningkat. Selain itu, terdapat banyak LSM Muslim yang aktif menyediakan bantuan, seperti Islamic Relief di Aceh dan baik LSM Muslim maupun LSM non-Muslim bekerja bersama-sama untuk membantu bencana banjir di Pakistan.

Muslim di Inggris adalah bagian yang melengkapi masyarakat, di mana agama dilihat sebagai urusan pribadi dan setiap orang bebas untuk menjadi siapa pun yang mereka mau. Saya ingat pengalaman seorang pengunjung Indonesia di Inggris, di mana ia sempat diberhentikan oleh seseorang di Jalan Oxford yang ingin menanyakan arah. Ia menceritakannya kepada saya sambil menunjuk jilbabnya: "Apakah saya terlihat seperti orang Inggris?", lalu saya menjawab: "Anda tidak terlihat bukan Inggris."

Sebuah elemen kunci dalam pendekatan integrasi ini adalah hukum. Seperti hukum agama lainnya, identitas religius Muslim di Inggris dilindungi hukum. Konstitusi Inggris mencakup kebebasan berpikir, berekspresi, beragama, beribadah-semua kebebasan ini dijamin oleh hukum untuk semua anggota masyarakat. Ada lebih dari 600 masjid dan lebih dari 100 sekolah Islam di Inggris yang semuanya itu dilindungi hukum. Sebagian besar Muslim Inggris merasakan dirinya sebagai orang Inggris dan Muslim: poling opini pada tahun 2009 menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen warga Bangladesh dan Pakistan merasa bahwa mereka adalah bagian dari Inggris.

Tentu saja tidak ada tatanan masyarakat yang sempurna. Orang-orang tidak selalu akur dengan tetangganya; banyak dari kita, di setiap lapisan masyarakat, cenderung enggan untuk berubah. Beberapa tindak kejahatan yang dilakukan oleh individu yang salah jalan dapat merusak cara masyarakat dihormati. Namun, sebagai sebuah pemerintahan, kami fokus pada prinsip panduan integrasi dan hal ini menjadi sebuah bagian penting dalam agenda pemerintah. Theresa May, menteri dalam negeri kami, baru-baru ini mengatakan, "Kami percaya kepada semua orang di negeri kami, di mana dari segala komunitas berkumpul bersama-sama, bekerja bersama-sama, mendukung dan memercayai satu sama lain." Bagian dari usaha kami menuju integrasi, lanjutnya, adalah mengatasi ektrimisme, mendorong integrasi dan menghukum tindak kejahatan pada agama minoritas. Memang kami tidak selalu bisa menyelesaikannya dengan benar, namun apa yang kami lakukan sudah cukup memberikan kepercayaan diri kepada kaum minoritas untuk menyadari bahwa mereka dilindungi hukum.

Pada akhirnya, Inggris menjadi luar biasa kaya melalui usaha para komunitas Muslim kami. Umat Muslim telah melakukan kontribusi kepada masyarakat Inggris melalui area yang beragam: profesional, artistik, pelayanan publik, dan di area perdagangan. Selain itu, komunitas Muslim terus membantu kami untuk berkembang-contoh praktisnya adalah melalui Perbankan Islam di mana saat ini area tersebut telah menjadi sebuah sektor pasar yang tumbuh subur dengan hadirnya bank-bank besar di Inggris (seperti HSBC). Setiap orang dihargai dan Muslim memainkan peran besar dalam menjadikan Inggris seperti apa yang ditemukan oleh para pengunjung ketika datang ke Inggris: sebuah demokrasi yang bersemangat, modern, dan sekuler.
http://koran.republika.co.id/koran/24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar