Senin, 08 November 2010

TAJUK, Harga Minyak Naik, Segera Antisipasi


Monday, 08 November 2010
HARGA minyak mentah dunia yang mulai menggeliat belum mengusik perhatian pemerintah.Tengok saja,mengawali perdagangan awal pekan ini, harga minyak mentah dunia sudah mendekati USD90 per barel, melewati patokan harga minyak sebesar USD80 per barel yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010.
Pada perdagangan kemarin di pasar Asia,harga minyak Light Sweet untuk kontrak Desember tercatat melesat 15 sen menjadi USD87 per barel. Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak periode yang sama naik 9 sen menjadi USD 88,20 per barel. Pemerintah beralasan kenaikan harga tersebut masih bersifat temporer sehingga belum dikhawatirkan bakal merepotkan anggaran negara. Meski demikian,pemerintah tetap harus waspada,sebab beberapa analis pasar minyak dunia memperkirakan harga minyak mentah bakal melambung seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju,yang sempat tiarap sepanjang tiga tahun ini.

Perhatian pemerintah terhadap harga minyak mentah dunia untuk sementara cenderung dikesampingkan. Energi pemerintah difokuskan pada pencapaian target lifting minyak yang terancam tidak terealisasi. Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa secara terus terang mengakui lebih khawatir soal target lifting minyak yang meleset dari angka yang dipatok pemerintah ketimbang kenaikan harga minyak mentah yang terus melambung mendekati USD90 per barel. Pasalnya, setiap kekurangan 10.000 barel dari target liftingminyak akan mengurangi Rp1 triliun dalam APBN. Kita berharap pemerintah tidak lengah dengan kenaikan harga minyak yang terus bergejolak dalam dua pekan terakhir ini.

Kenaikan harga tersebut dipicu permintaan yang terus meningkat. Laporan bulanan International Energy Agency (IEA) edisi Oktober 2010 memprediksi permintaan minyak mentah global hingga akhir tahun ini melonjak sebesar 2,1 juta barel per hari (bph) atau sekitar 2,5% menjadi 86,9 juta bph dibandingkan tahun lalu. Adapun prediksi Organization of The Petroleum Exporting Countries (OPEC) sedikit lebih kecil dibandingkan IEA.Sesuai laporan bulan Oktober lalu,organisasi negara pengekspor minyak itu memperkirakan permintaan minyak mentah dunia naik 1,13 juta bph menjadi 85,59 juta bph tahun ini dibandingkan tahun lalu.

Faktor lain yang memicu kenaikan harga minyak mentah global menurut kalangan analis pasar minyak dunia adalah persoalan geopolitik, yakni pemogokan kerja pada sejumlah pelabuhan minyak utama di Prancis, Jerman, dan Swiss. Adapun pengaruh dari kawasan Asia Pasifik dipicu laporan kenaikan indeks pembelian China menjadi 53,8 yang melebihi perkiraan. Selain itu, didorong oleh peningkatan aktivitas pabrik di negara-negara Asia dan kenaikan impor minyak mentah China sebesar 11% menjadi 5,67 juta bph. Untuk target liftingminyak tahun ini,Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pesimistis bisa terealisasi.

Diperkirakan, realisasi liftingminyak hanya berada pada level 955.000 bph hingga 960.000 bph dari target sebesar 965.000 bph sebagaimana ditetapkan dalam APBN-P 2010. Sikap pesimistis pihak Kementerian ESDM tersebut dipicu penurunan produksi PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) hingga 150.000 bph sebagai dampak kebocoran pipa milik PT Transportasi Gas Indonesia (Transgasindo) .Padahal, CPI salah pemasok minyak terbesar dengan rata-rata produksi antara 380.000 hingga 400.000 bph. Melihat prediksi IEA dan OPEC soal kenaikan permintaan minyak mentah dunia,fakta yang terjadi di kawasan Asia Pasifik,terutama terkait konsumsi minyak mentah China yang begitu tinggi serta lifting minyak yang meleset dari target yang ditetapkan dalam APBN-P 2010,pemerintah wajib segera merumuskan antisipasi dampak dari kenaikan harga minyak tersebut.

Pemerintah tak boleh bersembunyi di balik alasan temporer dan terus berkonsentrasi untuk memenuhi lifting minyak tahun ini yang diperkirakan melenceng dari target yang sudah dipatok. Bila harga minyak mentah dunia melewati USD100 per barel, dengan sangat terpaksa pemerintah bakal mengutak-atik harga bahan bakar minyak (BBM),yang pada akhirnya akan berdampak terhadap segala sisi kehidupan masyarakat.(*)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/362762/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar