Senin, 08 November 2010

IPO yang Merugikan


Monday, 08 November 2010
Gonjang-ganjing penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) PT Krakatau Steel (KS) pada level Rp850 telah menjadi polemik nasional.
Banyak pihak mengemukakan sinyalemen kerugian negara triliunan rupiah jika IPO PT KS diobral dengan harga terlampau murah. Ketidakwajaran IPO senilai Rp850 ini di satu sisi,ditilik dari nilai buku saham PT KS, jauh di atas penawaran perdana yang berkisar Rp1.500 per lembar saham. Di sisi lain, sebagai industri strategis,PT KS ditaksir mempunyai tingkat penawaran tinggi (high bargaining values) di bursa saham dibandingkan harga saham sejumlah emiten lain yang kompetisinya di bawah PT KS,tapi justru mempunyai nilai saham lebih tinggi. Masih ada ketidakwajaran lain seperti waktu penawaran yang sangat singkat dan sahamnya sendiri sulit ditemui di pasaran.

Tak Logis

Kemunculan Rp850 dari price range yang ditawarkan antara Rp800 hingga Rp1.200 harus diakui underpriced.Karena itu,wajar bila bermunculan beragam syak wasangka, kecurigaan, dan kegelisahan masyarakat. Sebaliknya, menurut tiga sekuritas penjamin emisi yang ditunjuk pemerintah, yaitu PT Danareksa, PT Bahana, dan PT Mandiri,IPO senilai Rp850 merupakan sebuah kewajaran sebagai strategi mengakomodasi investor jangka panjang dan menarik kepeminatan investor asing.

Bahkan menurut ketiga join lead underwriterstersebut,jika IPO dinaikkan Rp50 saja,penjualan saham akan menurun drastis karena banyak investor yang akan lari, apalagi dinaikkan hingga di atas Rp1.000.Alasan tersebut menjadi klise dan tidak masuk akal jika menilik fakta sehatnya pasar saham Indonesia di satu sisi dan tren permintaan baja dunia yang mengalami kenaikan nilai (rebound). Pertama, ditinjau dari keadaan pasar saham Indonesia, saat ini sedang mengalami tren strong bullish. Ini dapat dilihat dari tren nilai IHSG yang terus melaju dan mencetak rekor baru. IHSG menguat 4,4% dan berhasil menembus level psikologis 3.500 pada akhir bulan Oktober.

Meski kondisi bursa global tak menentu, nyatanya hal itu tak menjadi penghalang bagi IHSG untuk terus naik. Kedua, menurut World Steel Association (WSA) selaku asosiasi baja dunia, permintaan baja dunia diperkirakan akan mengalami rebound (berbalik naik) tahun 2010 ini.Permintaan baja tumbuh 13,1% setelah kontraksi pada 2009 dan diperkirakan akan mencapai rekor tinggi pada 2011. Ketiga, selain faktor-faktor di atas, laporan keuangan PT KS menunjukkan kinerjanya sangat baik dan positif dengan mencatatkan laba bersih hingga semester I/2010 sebesar Rp997,75 miliar atau lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya Rp800 miliar.

Pada domain ini, dengan pendapatan mencapai Rp9 triliun, berarti laba bersih perseroan lebih tinggi 24,71%. Dari beragam indikator di atas, IPO KS seharga Rp850 yang ditentukan BUMN underwritersungguh tak logis menurut pertimbangan rasional mana pun.Fakta di atas seharusnya memosisikan IPO KS pada level kuat, antara Rp1.200 hingga Rp1.250 per lembar saham.Namun, jika faktanya seperti ini, lebih dari satu triliun rupiah kerugian negara yang ditimbulkan oleh IPO KS,yang kini sedang dalam tahap melaunhcing 3,115 miliar saham, jelas akan muncul di depan mata. Keberadaan ketiga underwriter dalam hal ini patut dipertanyakan. Apakah keberadaan mereka, yang notabene perusahaan milik pemerintah juga,memang dimaksudkan agar mudah dikendalikan?

Untuk Kepentingan Asing

Sebanyak 20% dari keseluruhan saham PT KS yang berkisar 2,6 triliun lembar saham memang telah disepakati DPR RI periode 2004–2009 dengan pemerintah waktu itu untuk diprivatisasi. Pemerintah kini melakukan privatisasi secara bertahap dengan melaunching IPO KS sebanyak 20% terlebih dahulu.Sebagai mitra kerja yang mengawasi BUMN,DPR RI dalam hal ini Komisi VI tidak tahumenahu dengan munculnya harga Rp850. Ini merupakan keputusan sepihak dari Kementerian BUMN karena selama ini tidak pernah membicarakannya dengan DPR.

Selain penentuan IPO underpricedyang diselimuti gonjang-ganjing, persentase alokasi penjualan saham pun penuh misteri dan terindikasi untuk mengakomodasi kepentingan asing. Dengan dipatoknya harga Rp850 per lembar saham, 20% saham yang dilepas dikhawatirkan sebagian besar akan dimiliki pihak asing.Kondisi ini akan berbeda bila harga saham dijual di atas seribu rupiah. Bila harga saham dilepas, misalnya pada harga Rp1.250 per lembar, investor lokal nantinya bisa menguasai saham mayoritas. Sebab para investor lokal lebih berani membeli saham KS dengan harga jauh lebih mahal ketimbang tawaran murah para investor asing yang seolah under estimated terhadap perusahaan besar nasional sekelas PT KS.

Sepertinya pemerintah memang tak mampu menahan sergapan arus ekonomi neoliberal dan lantas menggadaikan sebagian besar aset strategis negara kepada pihak asing dengan harga sangat murah, bahkan terkesan diobral. Entah apa yang ada di benak pemerintah dan jajaran BUMN. Sepertinya sudah tak ada lagi pertimbangan etis untuk mengelola aset Tanah Air demi hajat hidup dan kemakmuran rakyat seperti yang diamanatkan Pasal 33 UUD 1945. Sebaliknya, mereka mengabdi pada kepentingan asing dengan menggadaikan negeri sendiri.Sungguh ironis.

Polemik

Obral harga saham pada IPO KS di atas tak pelak memunculkan banyak kecurigaan dari banyak kalangan, termasuk para ekonom yang melihat privatisasi PT KS dalam konteks optimalisasi pertumbuhan ekonomi dan untuk penyejahteraan rakyat.Penilaian mayoritas mengatakan bahwa IPO KS harus dibatalkan atau ditunda untuk selanjutnya ditinjau ulang harga saham yang diajukan. Jangan sampai negara dirugikan oleh keputusan problematis ini.

Pembatalan ataupun penundaan IPO memang berisiko mendapat penalti. Tapi kerugian akan jauh lebih besar bila proses ini terus dilanjutkan. Banyak pihak mengkhawatirkan pernik-pernik keputusan underpricedIPO KS menjadi bola salju yang menggelinding seperti kasus Century. Selain meresahkan rakyat, kondisi seperti ini akan mengganggu stabilitas ekonomi dan politik nasional.Maka pemerintah semestinya melakukan introspeksi kebijakan agar tidak terjebak pada beragam manipulasi segelintir pihak berkepentingan. Dapat dipahami bahwa perusahaan nasional sekelas PT KS menjadi magnet tersendiri bagi para investor untuk melakukan akumulasi finansial di bursa saham.

Di titik ini,dimungkinkan terjadi permainan harga dengan pihak-pihak internal, baik antara jajaran Kementerian BUMN, BUMN penjamin emisi maupun para investor sehingga rendahnya IPO KS pada level Rp850 patut diselidiki lebih lanjut. Karena berkaitan dengan kerugian negara, gonjang-ganjing IPO KS diprediksi akan merambah ranah hukum dan politik mengingat adanya indikasi dan potensi penyelewengan dengan adanya harga obral saham KS.Semua pihak yang terkait dengan sistem policy controlling dan budget auiditing harus segera mengawasi, mengontrol, dan menyelidiki murahnya harga IPO KS. Untuk itu,semua pihak yang bertanggung jawab harus segera mengambil langkah proaktif dan sikap yang tegas terhadap potensi kerugian negara dari polemik ini.

Sekali lagi, pemerintah harus membatalkan atau menunda IPO KS dan selanjutnya meninjau ulang keputusan tak rasional tersebut. Jika tidak, situasinya akan semakin rumit. Kita semua mengkhawatirkan adanya upaya ”menggoreng” saham yang berujung pada kerugian negara,tidak hanya dalam nominal angka, tapi juga kerugian dalam penguasaan aset negara bila nantinya sampai jatuh kepada pihak asing.(*)

Ir Eriko Sotarduga
Anggota Komisi VI DPR-RI dari Fraksi PDI Perjuangan
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/362761/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar