Selasa, 09 November 2010

Permainan Gayus

Rabu, 10 November 2010 pukul 11:02:00

Permainan Gayus


Ternyata Gayus Tambunan memang bukan orang sembarangan. Uang miliaran rupiah hasil korupsinya telah mampu menyihir aparat agar meloloskannya dari jeratan hukum saat sebelum kasusnya diungkap kembali. Bahkan kini, ketika di tahanan, pun dengan kepiawaiannya dia bisa menikmati udara bebas dan terbang berlibur ke Bali.
Seperti sudah diberitakan koran ini, seorang wartawan foto berhasil membidik gambar Gayus ketika sedang menonton turnamen tenis Commonwealth di Nusa Dua Bali, Sabtu silam. Padahal, semestinya saat itu Gayus mendekam di Rutan Brimob Kelapa Dua di mana dia dititipkan oleh kejaksaan terkait kasus mafia pajak.

Apa yang dilakukan Gayus ini merupakan tamparan berat bagi Polri, terutama kepada Kapolri yang baru, Timur Pradopo. Setelah ditunggu beberapa lama tidak ada gebrakan dari Timur, kini justru dia yang digebrak secara memalukan oleh Gayus. Kita tunggu, apakah dalam kasus yang sudah terang benderang ini kapolri mau mengakui kelemahannya.

Siang kemarin, kepala Rutan Brimob sudah mengakui perbuatan meloloskan Gayus. Dia bersama delapan anak buahnya kemudian dicopot dan diperiksa terkait pelanggaran tersebut. Ini merupakan langkah yang baik, setelah sebelumnya pihak kepolisian masih mencoba berkelit bahwa foto tersebut bisa jadi orang lain.

 Menurut aturan yang berlaku, dalam status sebagai tahanan kejaksaan, setiap ada tahanan yang mau keluar harus seizin pengadilan. Namun, entah mengapa dalam kasus ini, polisi penjaga berani meloloskan sementara tanpa seizin pengadilan kepada Gayus. Kabarnya ini pun bukan yang pertama kali, karena sewaktu lebaran silam, Gayus pulang ke rumahnya.

Kasus keluarnya tahanan ini bukan monopoli Gayus. Sudah banyak para tahanan dengan berbagai alasan satu-dua hari bisa menghirup udara bebas. Entah itu di tahanan Brimob ataupun di lembaga pemasyarakatan. Asal ada uang, semua bisa diatur. Jadi, lolosnya Gayus bukan hal baru. Hanya saja, itu menjadi sorotan karena keberadaan Gayus terabadikan oleh kamera sehingga tidak bisa lagi dibantah.

Kasus ini jelas merupakan tamparan buat Polri, bahkan juga buat penegakan hukum di negeri kita. Pemberantasan korupsi yang didengungkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ternyata hanya ucapan belaka. Dalam praktiknya, korupsi masih merajalela, suap-menyuap masih menjadi tradisi, hukum masih bisa dipermainkan dan diperjualbelikan.

Kondisi ini terjadi karena pemerintah masih berkompromi dalam penegakan hukum. Aparat hukum juga masih mudah untuk dibeli sehingga mereka bukannya menegakkan hukum, melainkan justru membelokkan hukum. Ketika aparat sudah bisa dibeli, hukuman koruptor pun menjadi ringan sehingga hukuman itu sama sekali tak membuat jera.

Tampaknya, masih sulit mengandalkan aparat hukum untuk memberantas korupsi. Kecuali, jika Presiden menggunakan power-nya dan terjun langsung mengawasinya. Selama ini, Presiden hanya pandai berbicara mengenai pemberantasan korupsi, tetapi pelaksanaannya kedodoran. Aparat di bawah menganggapnya sebagai angin lalu.

Pemainan Gayus semestinya menjadi cambuk bagi Presiden untuk berani bertindak membersihkan aparat hukum, mulai dari atas sampai bawah. Jika tidak, 'Gayus-gayus' yang lain akan terus mempermainkan hukum.
http://koran.republika.co.id/koran/47

Tidak ada komentar:

Posting Komentar