Selasa, 09 November 2010

Tata Kota di Andalusia

Selasa, 09 November 2010 pukul 14:38:00
Tata Kota di Andalusia

Oleh Yusuf Assidiq

Umat Islam membangun Cordoba dengan kemampuan terbaiknya.
Julukan permata dunia dinisbatkan pada Cordoba. Bukan tanpa dasar sebutan itu muncul. Sebab, Cordoba yang berada di wilayah Andalusia (Spanyol) itu sarat keindahan dan kemegahan. Umat Islam memainkan peran penting dalam membangun Cordoba yang mengundang decak kagum itu.

Sebelumnya, keadaan Cordoba tak seelok itu. "Kota yang penting, namun tak diurus dengan baik," ujar Ehsaan Masood dalam Ilmuwan Muslim Pelopor di Bidang Sains Modern, yang memberikan gambaran Cordoba sebelum kedatangan Abd al-Rahman, pangeran muda Dinasti Umayyah pada abad ke-8 Masehi.

Abd al-Rahman mengubah kota itu secara drastis. Cordoba tak hanya menjelma sebagai pusat ekonomi, kebudayaan, pendidikan, dan ilmu pengetahuan, tapi juga kota metropolitan yang indah serta tertata rapi. Penataan Cordoba menandai pula puncak kejayaan pemerintahan Abd al-Rahman di dunia Barat.

Kehebatan Kordoba menjadi simbol penting. Dalam History of the Arabs, Philip K Hitti tak ragu menyejajarkan Cordoba dengan dua kota masyhur lainnya di abad pertengahan, yaitu Baghdad, ibu kota pemerintahan Dinasti Abbasiyah dan Konstantinopel. Umat Islam, jelas dia, membangun Cordoba dengan kemampuan terbaiknya.

Terdapat bangunan-bangunan berarsitektur indah, menara-menara tinggi, tembok besar, jalan-jalan yang lebar, kanal kota, juga pusat pendidikan dan ekonomi. Kordoba segera memperoleh popularitas internasional serta membangkitkan pesona dan kekaguman bagi para pengunjungnya.

Philip Hitti mencatat, pada puncak kejayaannya, Kordoba memiliki sekitar 130 ribu unit rumah tinggal, 73 perpustakaan besar, toko buku, masjid, istana, serta 21 kota satelit. Demikian pula bermil-mil jalan mulus yang memudahkan akses transportasi bagi warga dan para pedagang.

Sementara itu, dari catatan Thomas F Glick, pada masa Abd al-Rahman I memegang kekuasaan, populasi di Cordoba sudah mencapai 25 ribu jiwa. "Jumlah itu terus bertambah hingga menjadi 100 ribu jiwa pada abad kesepuluh," katanya dalam artikel yang berjudul "Islamic and Christian Spain in the Early Middle Ages."

Pertumbuhan kota tak terelakkan, terutama terkait penyediaan lahan perumahan serta perekonomian. Cordoba adalah magnet bagi penduduk dari berbagai wilayah dan negara. Karenanya perlu diatur sedemikian rupa. Seluruh pembangunan diarahkan ke area-area tertentu sesuai fungsinya.

Begitu pula mulai muncul kota-kota satelit baru guna menunjang kehidupan di kota utama. Glick menyebutkan, struktur dan tata kota dikembangkan mengikuti sistem peninggalan bangsa Romawi. Kordoba sendiri dirancang sebagai kota terpadu. Di dalamnya mencakup fasilitas pemerintahan, perdagangan, maupun permukiman.

Untuk itu, sistem jalan yang representatif dan terintegrasi sangat dibutuhkan. Seperti ciri kota Romawi lainnya, Kordoba dibangun bak benteng dengan pintu gerbang utama di empat penjuru mata angin. Muslim mengembangkan rintisan tata kota peradaban Romawi ini.

Bagian-bagian kota
Glick menguraikan, keseluruhan area kota terbagi menjadi pusat kota, pinggir kota, dan luar kota. Di jantung kota terkonsentrasi kantor-kantor pemerintahan. Masjid Kordoba didirikan pada lokasi yang sama agar memudahkan masyarakat mencapainya. Di pusat kota pula Abd al-Rahman membangun istananya nan megah.

Demi menambah kenyamanan, kota dihiasi taman-taman, pelataran yang luas, juga air mancur. Lapangan rumput terdapat di beberapa bagian kota. Jalanan yang lebar memudahkan warga untuk beraktivitas. Kegiatan warga berpusat di sentra-sentra perdagangan. Pasar biasanya berada tak jauh dari pusat kota atau dekat dengan masjid.

Di area tertentu berdiri pasar yang menjajakan barang dagangan. Misalnya, pasar perhiasan, kerajinan, atau toko buku. Perniagaan dan kegiatan sosial juga bisa berlangsung di ruas jalan tertentu atau pelataran. Jalan utama yang disebut dengan zuqaq al-kabir terhubung dengan pintu gerbang.

Lokasi itu menjadi area publik yang paling ramai. Karena itu, pemerintah menetapkan larangan agar di sana tak dibangun perumahan. Adapun kawasan permukiman terletak di wilayah pinggir kota. Tidak seperti di pusat kota, jalanan di wilayah permukiman dirancang tidak terlalu lebar. Hanya sekitar tiga meter.

Jalan dibuat berkelok-kelok mengikuti kontur alam yang ada. Ini bertujuan agar sistem drainase dapat berfungsi baik sewaktu hujan turun. Tata letak permukiman menggunakan sistem blok. Menurut Glick, satu blok terdiri dari delapan atau sepuluh bangunan rumah. Pengaturan ini sangat penting untuk melahirkan kerapian.

Blok semacam itu juga bertujuan layaknya kluster perumahan pada masa modern sekarang, yaitu mengefektifkan pengamanan lingkungan. Beberapa kawasan permukiman, dihuni oleh komunitas non-Muslim, terutama penganut Yahudi dan Nasrani. Mereka melengkapi kawasannya dengan sarana ibadah, pendidikan, dan perdagangan.

Dari kalangan Muslim, sejumlah komunitas membentuk kawasan tersendiri misalnya kaum Barber dari Afrika Utara. Kota satelit dibangun demi memperkuat daya dukung kota. Antara lain kota Madina al-Zahra dan Calatrava. Di lokasi itu berdiri banyak sarana, seperti kantor pemerintah dan fasilitas publik.

Untuk wilayah luar kota, kawasan ini digunakan sebagai pusat pertanian, pertambangan, dan industri. Kawasan sebelah tenggara, seperti Zaragoza, dikenal beriklim sejuk dan sangat subur. Dari sini berbagai produk pertanian, seperti gandum, buah-buahan, dan zaitun, dihasilkan dan didistribusikan ke sejumlah kota.

Sevilla menjadi pusat pengekspor kapas, zaitun, dan minyak, di samping merupakan kota pelabuhan terbesar. Dari wilayah Malaga dan Jaen, di sana ditanam kunyit, daun ara, juga dijadikan sentra kerajinan marmer. Sementara itu, di Toledo serta Almeria banyak ditemui perajin logam dan baja.

Majunya sektor perekonomian membuat kota-kota tadi turut bertumbuh pesat. Glick mengungkapkan, pembangunan kota-kota itu dilakukan serupa dengan konsep yang terdapat di Cordoba. Namun, mereka memiliki kekhususan. Kota Leon adalah pusat militer. Sedangkan, Santiago menjadi rute penting jamaah haji.

Kota Jane dan Algave kondang dengan kegiatan kerajinan maupun pertambangan emas dan perak. ed: ferry kisihandi


Geliat Pasar dan Para Muhtasib

Oleh Yusuf Assidiq

Kota yang tertata dan tertib tidak mewujud begitu saja. Umat Islam berhasil mengembangkan Cordoba sebagai kota indah serta rapi. Aspek pengawasan memegang peranan penting demi memelihara keindahan dan keteraturan kota. Tanggung jawab itu diserahkan kepada sang pengawas yang disebut dengan muhtasib.

Pemerintahan Abd al-Rahman, jelas Thomas F Glick, menilai sangat penting tindakan pengawasan itu. Ia kemudian membentuk badan pengawas. Sebelumnya, pengawas ini bertugas mengawasi kegiatan pasar. Mereka bertugas untuk menjamin perdagangan di pasar berjalan tanpa adanya kecurangan, dan ketertiban pasar terjaga.

Pada perkembangannya, muhtasib juga mengemban tugas mengawasi ketertiban dan pembangunan kota. Mereka menjaga tata bangunan, termasuk mengatur ketinggian bangunan. Hal inilah yang menjadikan Cordoba dan kota-kota besar di dunia Islam sangat tertata. 

Namun, kontribusi terbesar muhtasib adalah dalam menjaga ketertiban di pasar. Apalagi saat itu, salah satu tempat paling sibuk di Cordoba adalah pasar publik. Tak heran jika pengembangan pasar memperoleh perhatian besar. Lokasi pasar biasanya tak jauh dari pusat kota. Bahkan, pasar utama berdekatan dengan masjid besar.

Pasar-pasar pendukung pun tersebar di beberapa kawasan atau permukiman warga. Ada beberapa jenis pasar. Pertama, pasar permanen (suq), yang kegiatannya berlangsung setiap hari.  Pasar ini terdiri dari bangunan toko yang ditata sebagai lokasi dagang.

Dilengkapi juga dengan jalan-jalan penghubung untuk mempermudah lalu lintas angkut barang. Terdapat pelataran luas yang mampu mengakomodasi keperluan pengunjung dan pedagang. Jenis pasar kedua adalah pasar yang digelar pada hari-hari tertentu dan berlangsung di beberapa lokasi.

Di Distrik Castillan, misalnya, merupakan lokasi pasar Selasa. Pasar Rabu berlangsung di kawasan Arva, Alarba, Larva dan Distrik Valencia of Cuart. Sahagun menjadi tempat untuk pasar yang berlangsung setiap Senin, dan Najera bagi pasar Kamis. Pasar-pasar ini tidak kalah ramai dibanding aktivitas di pasar utama.

Berbagai barang dagangan diperjualbelikan, baik yang dihasilkan di wilayah sekitar mapupun dari luar negeri. Pedagang asing banyak berdatangan ke Cordoba seiring perkembangan sejak abad 8 Masehi. Sedangkan, jenis lainnya, tambah Glick, adalah pasar yang menjual barang-barang tertentu, seperti pasar ternak yang ada di Castallan. ed: ferry kisihandi
http://koran.republika.co.id/koran/36/122768/Tata_Kota_di_Andalusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar