Rabu, 10 November 2010

Jangan Kecewa pada Obama

Jangan Kecewa pada Obama

Selasa, 09 November 2010 | 01:59 WIB
Jangan buru-buru kecewa atas singkatnya kunjungan Presiden Barack Obama ke Indonesia. Sesingkat apa pun lawatannya, pemerintah harus berupaya memetik manfaat sebesar mungkin. Dengan hubungan yang tidak terlalu erat tapi juga tak renggang dengan Amerika Serikat, negara kita juga akan lebih leluasa bekerja sama dengan banyak negara.

Presiden Amerika itu dijadwalkan melawat ke Indonesia pada 9 sampai 10 November, setelah bermuhibah ke India. Dari Jakarta, dia akan terbang ke Korea Selatan untuk menghadiri pertemuan G-20 selama tiga hari. Lawatan Obama itu akan ditutup dengan kunjungan ke Yokohama, Jepang. Dengan waktu kunjungan kurang dari 24 jam, terkesan Obama sekadar transit di Jakarta. Ini mirip yang dilakukan oleh pendahulunya, George W. Bush, yang berkunjung ke Indonesia cuma selama 10 jam.

Benar bahwa Barack Obama berbeda dengan George Bush. Obama ketika sekolah dasar pernah bersekolah di Menteng Dalam, Jakarta. Dia juga punya saudara tiri orang Indonesia. Namun ikatan emosional ini tak serta-merta membuat pertemuan Obama-Yudhoyono jadi berbobot. Kuncinya tetap pada kemampuan pemerintah menggali manfaat dari hubungan bilateral ini dan tak menerima begitu saja agenda yang disodorkan Amerika.

Obama datang ke Asia dengan ajakan untuk memperjuangkan tata perdagangan dunia yang lebih berimbang. Keinginan ini harus dilihat dalam konteks meningkatnya pengaruh Cina dalam perekonomian dunia. Banyak negara, termasuk Amerika dan Indonesia, mulai dibanjiri produk-produk Cina. Karena itulah Amerika mengajak negara-negara lain ikut menekan Cina memperkuat mata uangnya, yuan. Gara-gara nilai yuan yang lemah terhadap dolar, barang-barang Cina menjadi murah.

Dilihat dari angka perdagangan, ekspor kita ke Amerika cenderung turun dari tahun ke tahun. Adapun angka impor kita dari negeri Obama ini relatif stabil. Bandingkan dengan hubungan dagang kita dengan Cina, yang cenderung meningkat, baik dari sisi impor maupun ekspor. Investasi perusahaan-perusahaan Amerika di negeri ini juga rendah, kalah oleh investasi dari Singapura, Jepang, dan Korea Selatan.

Kunjungan Obama yang singkat juga harus dimanfaatkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk merayu pengusaha AS untuk meningkatkan investasi di Indonesia. Begitu juga dalam soal perdagangan. Bagaimanapun, Amerika masih bak Tanjung Harapan. Kendati ekspor kita ke Amerika cenderung merosot, nilainya masih sedikit lebih tinggi dibanding nilai ekspor ke Cina.

Secara politik, posisi Indonesia sebenarnya juga cukup penting karena kita mendapat giliran menjadi pemimpin negara-negara ASEAN. Tinggallah pemerintah memanfaatkannya demi kepentingan nasional. Berada di tengah persaingan Amerika dengan Cina, Indonesia tak boleh pasif dan pasrah "menerima nasib". Indonesia harus pintar memainkan peran agar tak terlindas oleh dua kutub yang kuat ini.

Jika kita selama ini cukup terbuka terhadap Cina, tak ada salahnya pula menyambut baik lawatan Obama.
http://www.tempointeraktif.com/hg/opiniKT/2010/11/09/krn.20101109.217482.id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar